Eight.

3.1K 252 1
                                    

Haechan urungkan niatnya untuk jajan ke kantin. Karena bagaimana pun juga, panggilan orangtua itu lebih penting.

cklek..

"Papa kenapa mangg-" Haechan membeku, menatap pemuda yang sedang duduk bersama Papa nya.

Tatapan nya masih terus tertuju ke pemuda itu. Ia sama sekali tidak mengalihkan pandangannya.

'heol.' batin Haechan.

"Haechan-a. Hei? Kenapa berdiri disitu? Sini masuk." Johnny melihat Haechan yang berdiam diri di dekat pintu.

Haechan memasuki ruangan Papa nya dan memberi salam pada kedua nya.

Johnny menegapkan badan nya dan menunjuk Mark Jung, "Ah nak, dia OB baru disini. Baru kerja hari ini."

'gamungkin. mana ada ob seganteng itu? yakali anjir jadi ob. papa boong kali ya?' batin Haechan.

Johnny juga memperkenalkan anaknya, "Markeu-ya, ini anak sematawayang saya, Haechan nama nya."

"Oh ne.. Annyeonghaseyo, Mark Jung imnida." Mark berdiri dari duduk nya dan membungkuk memberi salam pada Haechan.

Haechan tersenyum lebar dan segera membungkuk balik, "Oh halo, gue Haechan. Seo Haechan." Haechan menjulurkan tangan kanan nya dan Mark pun membalas menjabat tangan nya.

Hati Haechan berdetak sangat kencang. Tidak bisa berhenti. Haechan segera melepaskan tangan nya, karena ia takut jika jantungnya terus-menerus dagdigdug dagdigdug.

"Ekhm anu itu Pa.. tadi kata Ten, Papa manggil Haechan? Kenapa?" Haechan bertanya pada Johnny dengan gerak-gerik yang sedang salting karena masih ada Mark disitu.

'lucu.' bicara Mark dalam hati sambil menggaruk hidungnya, padahal tidak gatal. huh.

"Papa mau ada meeting lagi tapi di kantor Mr. Taeil, kamu ikut ya nanti sama Jeno. Pak Doyoung juga ikut."

"Ngga."

"Kenapa? Jeno ikut lho nak."

"Ya trus kenapa kalo dia ikut? Bodo amat sih mau dia ikut apa ngga juga." Haechan berubah lagi.

"Hmm yasudah nanti Papa bilang kalo kamu ngga ikut."

Haechan menyilangkan kedua tangannya, "Dih apa sih Pa? Kalo dia pengen ikut ya sok aja sih, kenapa harus banget samaan kaya Haechan."

"Maksud Papa biar ada temennya sayang..."

"Gamau ikut ya titik."

Mark hanya menunduk diam menunggu percakapan Papa dan Anak yang sedang mendebatkan hal tidak penting.

"Papa lain kali kalo mau ngomong yang ga penting lewat chat aja kalo ga telfon kan bisa ish sebel banget sih." Haechan berniat pergi meninggalkan Papa nya, tapi-

"Sebentar nak aduh Papa belum selesai ngomong ini."

Haechan tetap pergi dari ruangan itu.

"Haechan-a.. Yak! Seo Haechan."

Johnny menghembuskan nafas berat dan menggaruk kepala nya. "Maaf Markeu-ya, kamu jadi menunggu. Maaf juga anak saya memang seperti itu."

"Hehehehe iya Tuan, maklum ya anak muda biasa nya masih labil emosi nya.." padahal Mark juga masih terbilang muda. Umur Mark dan Haechan hanya selisih 3 tahun.

"Hahaha betul sekali. Yasudah mungkin itu saja arahan dari saya, semoga kamu betah bekerja disini ya Markeu-ya."

"Ah iya, jika ingin bertanya sesuatu, tanya lah pada saya atau Haechan ya."

"Baik Tuan. Terimakasih banyak, saya permisi dulu.."

"Silahkan silahkan."

Ternyata, Mark telah diberi arahan mengenai pekerjaannya oleh Tuan Johnny. Untungnya Mark cepat tanggap apa yang sudah di jelaskan Johnny.

***

Jeno melihat Haechan yang baru saja memasuki ruangan itu setelah hampir 1 jam setengah, "Lama sekali, darimana aja?"

"Bukan urusan lo."

"Saya cuma nanya, darimana emang?"

"Kepo amat sih? Mau gue dari mana kek mana kek, lo harus banget tau emang?" Haechan langsung memakai earphone nya supaya tidak mendengar suara Jeno.

tok tok tok

"Iya silahkan masuk." teriak Doyoung dari meja ujung dekat jendela.

"Permisi pak, ini.." Mark menghampiri Doyoung dengan membawakan secangkir kopi hitam dengan pisang goreng.

"Oh ya terimakasih ya, Markeu-ya."

Haechan melepaskan earphone nya dan melihat ke arah meja Pak Doyoung saat mendengar nama Mark.

'bener, kalo jodoh emang ga kemana.' batin Haechan dan ia langsung tersenyum lebar.

Setelah Mark selesai menaruh kopi dan pisang goreng di meja Pak Doyoung, lalu-

"A-ah Markeu-ssi." Haechan
mengacungkan setengah tangan kanan nya.

Kini Mark menghampiri Haechan, "Iya Tuan?"

"Eh jangan panggil gue tuan, panggil haechan aja."

Mark hanya tersenyum, "Di dapur ada kopi good day yang cappucino ga? Kalo ada tolong bikinin ya?"

"Tadi saya liat masih ada, kalo gak ada ganti sama rasa apa Tuan?"

"Emmm boleh deh apa aja."

"Baik tunggu sebentar ya."

Haechan meraih tangan Mark, "Gue ikut aja deh boleh ga? Bosen disini."

'magang kok bosen? ah lupa, dia anak CEO.'

"Boleh, mari Tuan."

Dengan semangat Haechan meninggalkan meja kerja nya. Ekspresi Jeno berubah 100% ketika melihat mereka pergi berdua.

tbc . . .

don't forget to vote + comment, thank u!

APPROVAL | MARKHYUCK ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang