Jeno melanjutkan sarapan nya di mobil. Untung saja hanya roti dan susu, kalau bubur atau makanan berat lain nya, ia akan susah bila makan di mobil. Doyoung mengemudikan mobil nya dengan kecepatan pelan supaya Jeno bisa makan dengan tenang.
"Kenapa tidak ngebut, Yah?"
"Kamu lagi makan Jen, biar nikmat makan nya makanya Ayah pelan." ucap Doyoung.
Jeno hanya mengangguk dan masih tetap mengunyah roti yang berada di dalam mulutnya, "Yah, Yah, kasus yang Mark mencuri itu, udah di usut?" tanya Jeno.
"Sebenarnya Tuan Johnny sudah tidak membahas ini lagi karena Mark sudah jujur sejujur nya dan ia juga sudah di berhentikan sementara kan kerja nya. Tapi Ayah ingin membantu proses mencari bukti di cctv nak. Ayah rasa dia tidak akan mungkin mencuri. Kata Bu Tiffany juga mana mungkin Mark mencuri, ia anak yang baik." ujar Doyoung.
"Ayah kenapa sih terus-terusan bela si OB itu?"
"Dia tidak salah, Ayah rasa."
"Cih." Jeno mendecak kesal.
Memang benar, kasus Mark yang mencuri, katanya, Johnny sudah tidak membahas karena yaa.. Mark sudah mendapat hukuman nya. Menurut Johnny itu sudah cukup dan Mark juga sudah mendapat surat peringatan ke dua. Ah, jadi ingat saat Mark telat, untungnya ada Ten yang membantu Mark, jadi ia bisa aman dan tidak mendapatkan surat peringatan ke tiga. Jika ketahuan terlambat, tidak habis pikir, bisa saja Mark di pecat. Selama perjalanan juga, Jeno hanya diam tanpa berbicara satu kalimat pun setelah ia kesal dengan Ayah nya yang terus membela Mark. Sebenarnya, Doyoung sudah mengajaknya berbicara, namun tidak ada jawaban dari Jeno. Ia hanya mengangguk atau menggelengkan kepala nya saja.
***
Hari ini cerah, tidak seperti hati Haechan. Harusnya ia senang karena semalam sudah telfonan dengan Mark sampai ketiduran. Tapi entah mengapa hari ini Haechan merasa bahwa hari yang paling buruk sedunia. Ia seperti berada di kandang singa, melihat awan yang sangat gelap, dan di kelilingi dengan api yang sangat panas sehingga membuatnya emosi tak tertahan. Saat masuk lobby pun biasanya ia menyapa beberapa satpam yang sedang menjaga, tapi tidak ia lakukan. Menutup pintu ruangan pun ia gebrakan dengan sangat kencang.
"Hai, Haechan-a."
"Ga usah ngomong sana gue bisa ga sih? Ga usah ganggu gue bisa ga sih? Ga usah sok asik sama gue bisa ga? Ga usah sok paling ngerasa deket sama gue juga bisa ga?" ujar Haechan sambil menyalakan komputer dan langsung memakai earphone di telinga nya.
"Saya hany-"
"GAUSAH PEGANG GUE!" Haechan memotong perkataan Jeno yang tengah memegang paha nya tiba-tiba.
"LO, GAK SOPAN ANJING!" sarkas Haechan lagi, "TOLONG YA ANAK NYA DI DIDIK YANG BENER BIAR TAU SOPAN SANTUN!" teriak Haechan sambil melihat ke arah Doyoung dengan tatapan sinisnya.
Haechan meninggalkan ruangan itu tanpa melanjutkan pekerjaan nya. Doyoung dan Jeno saling bertatapan, membuat Jeno merasa ketakutan akan tatapan Ayahnya itu. Setelah Haechan keluar, Doyoung menghampiri Jeno menanyakan apa yang terjadi. Lagi-lagi, Jeno berbohong. Yang ia katakan adalah hanya memegang pundak nya saja, tidak lebih. Doyoung berfikir keras, mengapa di pegang pundak nya saja bisa sampai teriak seperti itu, apa lagi ke Doyoung? Jadi, Haechan atau Jeno yang tidak sopan?
drrtt drrtt..
"Halo Tuan. B-baik saya kesana sekarang."
Selah Doyoung lagi, "Ikut Ayah, sekarang."
"Kemana, Yah?" Jeno kaget saat Doyoung menarik paksa lengan nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
APPROVAL | MARKHYUCK ✔
Любовные романы[ COMPLETED ] Hanya di perusahaan milik Johnny yang menikahkan Officeboy dengan anak semata wayangnya. Kantor dan motor butut lusuh, menjadi salah dua saksi bisu perjalanan cinta antara Haechan dan Mark. © m a t c h a l l a t e u