Hawa dingin membuatku tersadar. Aku membuka mataku perlahan lalu selang satu detik ketika aku berhasil membuka mataku dengan benar, pening di kepalaku kembali menyerang. Aku memijat kepalaku dengan sebelah tangan, kemudian dengan lemas aku berusaha bangun dari atas tempat tidur.
Aku mengedarkan pandangan. Kamar ini gelap hanya ada cahaya berwarna merah menyala dari sebuah akuarium berukuran sedang di atas meja di depan sana. Di sebelah kanan tempat tidur hanya ada meja lampu tidur juga jendela besar pengganti dinding kamar. Sedangkan disebelah kiri ada gitar berwarna putih bersender pada dinding bersebelahan dengan sofa panjang. Kamar ini berukuran tidak besar, tetapi tidak menyesakkan pernapasan karena tidak banyak perabotan.
Jelas ini bukan kamarku!
Aku segera beranjak dari tempat tidur, lalu berjalan menuju pintu berniat keluar.
Cekk cekk cekk
Sial.
Pintunya terkunci dari luar.
Aku mengedarkan pandangan, kemudian berlari kearah jendela besar. Aku menyibak gorden, lalu meraba sisi jendela mencari sesuatu apa pun agar bisa terbuka.
Dan... Ketemu!
Aku tekan kuat-kuat karena tombol kunci ini sedikit sudah berkarat. Setelah terdengar bunyi 'Klik' aku segera menggeser jendela besar ini. Angin malam sontak menerpa kulitku saat aku berhasil membukanya. Yang aku lihat hanya kegelapan malam juga bunyi suara-suara hewan malam dari atas pepohonan yang rindang. Sepertinya aku juga berada di ruangan paling atas karena saat aku melihat ke bawah rasanya tinggi sekali. Aku tidak bisa menebak berapa lantai gedung ini.
Ahya Tasku!
Aku mengedarkan kembali pandangan. Ruangan ini masih dalam keadaan gelap membuatku susah payah menajamkan penglihatan. Aku sempat berpikir untuk mencari saklar dan menyalakan lampu ruangan. Tapi tidak. Aku tidak mungkin melakukannya dan membiarkan Rizky datang karena mengetahui aku sudah sadar.
Kakiku melangkah membawaku mendekat ke arah sofa dan tanpa di sengaja aku menendang sesuatu saat aku melewati Akuarium. Aku pun menundukkan badan untuk memeriksanya. Benda ini seperti...
Benar. Ini tas milikku.
Aku membuka tas berniat mengambil ponselku untuk Share location kepada Arka. Namun, belum sempat aku melakukannya, aku mendengar suara gerakan kunci pintu terbuka dari arah luar. Aku pun mengurungkan niat dan kembali memasukan ponselku ke dalam tas lalu menyembunyikannya di bawah tempat tidur. Aku juga kembali menyelimuti diri. Untuk saat ini lebih baik aku berpura-pura belum tersadar.
Aku mendengar suara pintu terbuka, kemudian disusul suara langkah kaki mendekat. Aku tidak tahu siapa, yang jelas aku harus menormalkan helaan napas agar dia tidak curiga.
“Kamu belum juga sadar?"
Aku mengenal suara itu.
“Kenapa lama sekali." Rizky kembali berujar, kemudian dia duduk di sisi tempat tidur.
Salah satu tanganku yang jauh dari jangkauannya melampiaskan rasa kesal dengan meremas kuat selimut tebal yang kini menutupi tubuhku sampai batas pinggang saat Rizky mengelus pipiku pelan.
Tangan Rizky berpindah mengusap rambut panjangku yang tergerai. Dia berlagak merapihkannya lalu beberapa saat aku tidak merasakan pergerakkan apa-apa.
Aku tahu Rizky masih terduduk disebelahku, tapi entah apa yang dia lakukan. Sampai aku hampir saja terkejut saat aku merasakan sesuatu menempel di bibirku.
Rizky menciumku?!
Berengsek! Jelas sekali dia mengambil kesempatan.
“Aku menunggumu diluar. Ada beberapa hal yang harus aku kerjakan."
KAMU SEDANG MEMBACA
A Taste [END]
Teen FictionSetiap manusia yang menginjakkan kakinya di bumi, aku yakini mereka mempunyai ceritanya tersendiri. Perihal berbagai macam cerita yang mungkin bisa saja terjadi di muka bumi, aku hanya ingin membahas tentang mencintai seorang diri. Membicarakan tent...