🍃(24). Dibalik Hubungan Yang Baik

75 11 1
                                    


Jangankan balik memperhatikan, sebuah tatapan dari kejauhan saja mungkin aku harus berkhayal. Seperti yang kualami saat ini. Aku kira mata Arka jatuh pada tatapanku tapi ternyata itu hanya perasaanku saja. Karena tidak lama dari perasaanku yang mulai berbunga, ada seorang wanita cantik yang berjalan lalu duduk di kursi penonton yang kosong tidak jauh dariku dan melambaikan tangannya ke arah Arka.

Kalian pasti tahu siapa sosok wanita cantik itu.

Ya. Siapa lagi jika bukan Elsa, KEKASIH Arka.

Saat Arka membalas lambaian tangan Elsa, pada saat itu juga aku memalingkan mata. Berusaha meredupkan debaran di dada dan memulihkan kembali suasana hati yang merasa kecawa.

"Apa kamu baik-baik saja?" tanya Rizky.

"Hah? Hmmm... Yeah, aku baik." jawabku. Dengan seditik terkejut karena pertanyaannya yang secara tiba-tiba.

"Aku rasa tidak! Karena aku perhatikan kamu duduk dengan gelisah," Rizky merubah posisinya agak menyerong ke arahku. Lalu kembali berkata. "Atau jangan-jangan kamu bisulan ya?"

Apa?

Mendengar itu membuatku tertawa. Kata yang menurutku kurang sopan itu seharusnya tidak dia katakan. Tetapi, entah mengapa itu terdengar lucu. Ditambah lagi dia menunjuk pantatnya saat mengatakan itu.

"Yang benar saja... " ucapku disela tawa.

"Ini kali pertama aku membuatmu tertawa." aku menganggukkan kepala membenarkan apa yang Rizky katakan.

"Dan kamu melakukannya di waktu yang tepat." aku tersenyum saat mengatakan itu sebagai tanda terimakasihku padanya.

Setidaknya suasana hatiku menjadi lebih baik dari yang sebelumnya. Aku berucap dalam hati.

Aku kembali mengarahkan pandangan ke arah lapangan. Rupanya pertandingan akan segera di mulai. Sampai tiba saat dimana wasit meniup peluit detik itu juga tim sepak bola dari SMA Raditia Yudha menendang membagi bola kepada teman satu tim lainnya.

Lima belas menit permainan sudah berlangsung. Bola masih dikuasai oleh tim SMA Raditia Yudha yang terus berusaha masuk kedalam daerah pertahanan tim SMA Roselane namun usahanya sampai detik ini masih bisa digagalkan. Hal itu membuat pendukung dari tim SMA Raditia Yudha geregetan. Apa lagi para perempuan yang tanpa henti berteriak memberi dukungan, ada juga yang memberikan ocehan atas sebab apa saja yang membuatnya kesal.

"Kalau terus begini tim sekolah kita akan kalah!" kata Kyra mengeluarkan keluhannya.

"Sssssst... Jangan bicara seperti itu! Berdoa saja dan percayalah bahwa tim sekolah kita yang akan memenangkannya." aku berusaha menenangkannya.

"Aku berani bertaruh, jika permainan tim SMA Roselane tidak ada perubahan, itu artinya SMA Raditia Yudha berpeluang besar untuk menang. Kecuali tim SMA Roselane mampu bertahan seperti ini sampai akhir."

"Yeah, you are right. Memang permainan SMA Roselane terlihat sangat buruk!"

Mendengar percakapan singkat suara laki-laki itu, aku dan Kyra saling bertukar pandang. Kami sama-sama tidak tahu siapa yang mengatakannya. Tetapi, jelas perkataan itu membuat aku dan Kyra merasa cemas. Lalu aku memegang tangan Kyra untuk tidak membiarkan emosi menguasai dirinya. Aku tidak membiarkan Kyra berbalik melihat pelaku yang mengatakan itu.

Aku menggelengkan kepala, memberi dia isyarat agar tidak melakukan hal apa pun yang akan mempermalukan dirinya. Kyra membuang napasnya kasar. Kemudian dia menggangguk mengerti.

Tidak terasa pertandingan sudah berjalan tiga puluh menit. Dan permainan dalam lapangan masih belum ada perubahan. SMA Roselane masih berada diposisi terkekang, bahkan terkurung di daerah pertahanan karena tim SMA Raditia Yudha terus menyerang untuk bisa membobol pertahanan dari tim SMA Roselane.

A Taste [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang