🍃(23). Hari Pertandingan

117 13 4
                                    


Hari pertandingan sepak bola antar SMA akhirnya pun tiba. Aku baru saja turun dari angkutan umum dan langsung disuguhkan pemandangan yang berbeda. Dimana tampak banyak siswa dari berbagai SMA lain yang ikut masuk ke dalam gerbang SMA Roselane. Pertandingan ini tidak dibuka untuk umum, hanya untuk para siswa SMA yang bersangkutan saja. Aku dengar-dengar, yang akan mengikuti pertandingan sepak bola antar SMA swasta tahun ini ada lima SMA swasta yang menjadi peserta. Yaitu SMA Roselane yang ditunjuk sebagai tuan rumah dalam pertandingan tahun ini, kemudian ada SMA Angkasa, SMA Avicenna, SMA Chandra Kusuma, dan terakhir.... SMA Raditia Yudha.

Huuff... Mengingat nama SMA Raditia Yudha membuatku merasa kesal. Mungkin karena siswa yang bernama Rizky Barnard yang menjadi alasan satu-satunya. Aku sama sekali tidak membenci dia, tetapi entah mengapa aku tidak ingin melihat Rizky berada di sini. Setahu ku Rizky sepertinya tidak menyukai bola, dia hanya menyukai hobbi belap motor. Yeah, aku hanya asal menebak saja karena Elvan pun dulu begitu. Intinya aku sangat berharap Rizky tidak ikut datang kesini dengan alasan apapun.

Kini aku berjalan melewati karidor yang sudah dipenuhi beberapa siswa SMA Roselane yang sudah datang. Tidak lupa, aku juga sempat melihat beberapa siswa dari SMA lain yang duduk di bangku lapangan olahraga. Jujur saja, sejak aku masuk melewati gerbang aku sudah merasa tidak nyaman. Karena setiap aku berpapasan dengan mereka, mereka selalu menatapku dengan tatapan tidak suka. Meskipun tidak semuanya, ada yang menatapku dengan tatapan datar dan ada juga yang menatapku dengan senyuman kaku seperti ingin mengajak berkenalan -khususnya untuk siswa laki-laki. Aku tidak bermaksud terlalu percaya diri, hanya saja dari melihat tatapan mereka aku bisa menebaknya. Apa lagi mereka menciptakan nada siulan yang menurutku sudah ketinggalan jaman.

Saat langkahku sampai di persimpangan karidor, aku memilih mengambil jalan lurus dan melewati belokan lorong yang menuju kelasku. Aku tidak berniat langsung masuk ke dalam kelas, aku akan pergi ke kantin untuk membeli sarapan mungkin seperti jus alpukat dan roti bakar rasa cokelat. Sesampainya di kantin, aku langsung berdiri di depan Stand warung memesan satu jus alpukat dan roti bakar rasa cokelat dalam waktu yang bersamaan, karena kebetulan Stand yang menjualnya berdekatan.

"Nah, ini pesananmu." kata laki-laki yang sudah berumur setengah paruhbaya, sambil menyodorkan satu jus alpukat.

Aku menerimanya. "Terimakasih..." ucapku sebelum melenggang pergi dengan membawa satu jus alpukat yang sebelumnya sudah aku bayar pada saat melakukan pemesanan.

Aku berjalan beberapa langkah menuju stand yang menjual roti bakar. Karena aku sudah memesan lebih dulu, jadi begitu aku datang aku sudah mendapat apa yang aku inginkan tanpa harus berdiri mengantre dibelakang barisan. Untuk mendapatkan prioritas pembeli, aku membayar lebih awal pada saat melakukan pemesanan. Oleh karena itu, setelah satu porsi roti bakar rasa cokelat bertoping keju dan jus alpukat sudah dalam genggamanku, aku langsung melangkah pergi mencari tempat duduk yang pas untuk memakan sarapan yang sudah menggugah selera ini.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
A Taste [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang