🍃(7). Detective of Girl

154 39 11
                                    

Aku tidak tahu definisi bahagia itu seperti apa, tetapi kali ini aku benar-benar sedang merasakannya. Setelah aku memberanikan diri untuk menatap kamu di kantin tadi, aku mengerti arti bahagia yang sebenarnya. Ternyata itu sangatlah sederhana.

Menatap kamu secara terang-terangan itulah yang paling aku takutkan. Aku takut kamu memalingkan muka, aku takut kamu berpikir yang tidak-tidak, dan aku takut kamu tidak menyukainya. Maaf sebelumnya, jika aku bersikap lancang karena menatapmu secara terang-terangan. Sungguh aku tidak ada maksud yang berlebihan. Aku hanya ingin tahu bagaimana sikapmu,karena sebelumnya aku tidak pernah tahu.

Sebenarnya aku sempat ragu saat akan melihatmu, karena aku kira kamu bersikap sombong atau bahkan sampai memalingkan muka dengan tatapan tidak suka. Tetapi, perkiraanku malah yang sebaliknya. Kamu balas menatapku dengan tersenyum ramah. Dan, yang paling tidak aku duga justru aku yang lebih dulu memutuskan kontak mata.

Aku termasuk tipe wanita yang sulit untuk tertawa, bahkan senyum saja aku jarang melakukannya. Tetapi, semenjak ada kamu duniaku seolah berubah. Melihat kamu diam saja, membuatku tersenyum dengan sendirinya. Bahkan, aku sering kali tertawa disaat tersenyum saja aku tidak ingin melakukannya.

"Oy!! Udahan kali senyumnya, nanti kering itu giginya." kata Kyra. Sambil menyenggol bahuku dan duduk di bangku sebelah kananku.

"Cekks, kamu itu sedang tidak ada kerjaan atau bagaimana? Mengganggu saja!" kata-ku.

"Sudah tidak lagi memikirkan kiriman bunga lagi sekarang, hmm?" tanya Kyra. Dengan menyampingkan tubuhnya menghadap ke arahku. Ah- bisa-bisanya aku melupakan masalah yang beberapa hari ini hampir membuatku gila.

Aku sudah tidak lagi kesal kepada Kyra. Dan, aku juga sudah bersikap biasa seolah tidak ada kejadian apa-apa sebelumnya. Memang seperti itu adanya, jika aku bertengkar dengan Kyra. Mungkin hanya kesal biasa saja, lalu tidak saling berbicara. Kemudian setelahnya, baik aku maupun Kyra akan bersikap seperti biasa. Tentunya dengan saling mengucapkan kata maaf sebelumnya.

Aku juga sudah menceritakan masalah kiriman bunga pertama pada Kyra. Dan, sekarang sudah banyak kiriman bunga mawar misterius lainnya yang datang ke rumah. Yang lebih anehnya, yang mengantarkan bunga itu selalu saja pengantar koran sore, dengan orang yang berbeda.

"Bagaimana pun kamu harus mencari tahu siapa yang mengirim bunga mawar setiap hari itu," Kyra menerawang jauh pemikirannya. "Dilihat dari caranya, dia bukan laki-laki excessive seperti pada umumnya. Bayangkan saja, dia berfikir matang untuk benar-benar membuat kamu penasaran." lanjutnya.

"Bukan excessive bagaimana? Dia menyuruh orang yang berbeda untuk mengantar bunga. Menurutku itu sih keterlaluan excessive-nya!" kataku. Dengan kesal.

Kyra mengeluarkan buku dari dalam tasnya. Sambil berkata. "Norak juga sih dia caranya. Tidak gantleman!"

"Terus rencana kamu apa sekarang?" tanya Kyra. Sedangkan, aku dengan yakin mengatakan. "Aku harus berubah status dulu sekarang. Menjadi Detective yang handal." aku tersenyum miring. Aku yakin rencana kali ini akan berhasil. Dan, tidak akan lama lagi aku akan tahu siapa pengirim bunga mawar itu.

"Aku ada jadwal pemotretan hari ini...," kata Kyra. Dengan suara yang terdengar penuh sesal. Berbarengan dengan senyumanku yang surut begitu saja, saat mendengarnya.

"Apa kamu benar-benar membiarkan-ku sendiri kali ini?" tanyaku. Menyampingkan tubuh, agar berhadapan dengannya.

"Ayolah Ryn... Aku benar-benar tidak bisa. Oke, bagaimana kalau besok lusa saja? Aku janji akan menemanimu. Ya, ya, ya..." Kyra menyatukan kedua telapak tangannya di depan dada. Memohon.

A Taste [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang