🍃(14). Sebatas Mimpi

129 23 10
                                    


Seperti matahari yang tidak pernah berhenti bersinar setelah pagi buta. Begitu pula dengan rasa yang kupunya, selalu bertambah disetiap aku membuka mata. Langit di pagi hari ini terlihat begitu cerah, sama dengan bibirku yang melengkung membentuk senyuman yang sempurna. Aku melangkah melewati siswa yang berada di karidor sekolah. Tatapan mereka terlihat keheranan melihatku yang tiba-tiba menyapa mereka dengan sok kenal. Biarkan saja! Aku hanya ingin menebar rasa bahagia setelah kemarin diantar pulang oleh Arka dan papanya.

Sesampainya di kelas aku melihat Kyra sudah duduk manis di kursinya. Kemudian aku melanjutkan langkahku mendekatinya.

"Selamat pagi..," ucapku. Dengan tersenyum penuh kepadanya.

Kyra mengangkat sebelah alisnya dan menatapku dengan tatapan menyelidik. "Makan sarapan apa kamu pagi ini? Terlihat bahagia sekali... " kata Kyra.

"Aku sarapan seperti biasanya. Roti isi selai cokelat, dengan susu UHT full cream." jawabku. Masih dengan senyuman penuh.

"Lalu... Apa ada suatu hal yang tidak aku tahu?" tanya Kyra.

Aku mengangkat kedua bahuku. Lalu duduk di kursiku. Kyra menopang kepalanya dengan satu tangan menghadap kearahku. Tanpa mengacuhkannya, aku berpura-pura sibuk dengan handphone-ku saja.

Sebenarnya aku bingung harus menceritakan kejadian kemarin kepada Kyra atau tidak. Aku khawatir, jika aku menceritakannya akan membuat Kyra semakin menggodaku saat bertemu dengan Arka. Aku tidak mau sampai Arka tahu bahwa aku bersikap gugup jika berhadapan dengannya. Bersikap tidak normal seperti Itu juga memalukan bukan?

"Kamu benar-benar tidak mau menceritakannya?" tanya Kyra.

"Nanti saja..., " jawabku. Iya, mungkin ini bukan saatnya. Dan lagi aku tidak mengerti, mengapa Kyra selalu tahu jika ada sesuatu hal yang sedang aku tutupi.

"Oke...," Kyra mengangguk-anggukkan kepalannya, sebelum akhirnya ia menegakkan tubuhnya dan menatapku dengan tatapan seperti teringat sesuatu. "Oh ya! Ada informasi penting yang harus kamu tahu!" kata Kyra menggebu-gebu.

Aku mengerutkan kening. Seolah menanyakan apa maksud dari yang Kyra ucapkan barusan.

"Elsa Alexandria," ucapnya lagi. Membuatku semakin tidak mengerti. "Dia..." Kyra sedikit ragu mengatakannya.

“Siapa?” tanyaku.

"Nama kekasih Arka." lanjutnya.

Deg!

Seperti ada sebuah pukulan keras yang menyadarkan-ku bahwa inilah faktanya! Kebahagiaan yang aku tebar pagi ini, bukan suatu hal yang seharusnya aku lakukan. Lagi pula sebaiknya memang aku saja yang harus merasakannya diam-diam, seperti yang biasanya aku lakukan. Mungkin memang ada beberapa hal yang memang harus aku pendam, karena pada kenyataannya informasi yang diberikan Kyra berhasil membuatku bungkam.

Yaaa.. Aku mengetahuinya dari Reyhani, dia teman satu kelas Elsa. Tadi malam dia memposting foto bersama Elsa dan menandainya. Karena jiwa rasa ingin tahuku tinggi, jadi aku Stalking-in nama yang ditandainya. Dan... Ya! Benar saja aku menemukan sesuatu disana. Apa lagi jika bukan foto dia bersama Arka dengan caption 'My Boyfriend'. Itu artinya tidak salah bukan? Dia memang kekasihnya.” kata Kyra. Panjang lebar menjelaskan.

“Kamu tahu? Aku dengar dari Reyhani, katanya Elsa anak semata wayang dari seorang pemilik industri perfilman besar di Amerika.” kata Kyra melanjutkan ceritanya.

Entah, aku harus bersikap bagaimana yang jelas rasa keterkejutanku tidak ada bedanya dengan rasa terkejut Kyra saat mengetahui ini semua. Ya. Sebelumnya aku maupun Kyra sama-sama tidak mengetahui identitas kekasih Arka. Jangankan identitas, namanya saja kami tidak mengetahuinya. Karena pada saat itu, saat Kyra melihat foto di instagram Arka. Arka tidak menandai fotonya. Dan besoknya, ketika aku tidak masuk sekolah, pada saat itu juga Elsa pertama masuk menjadi anak baru di sekolah. Soal Kyra yang mengetahui bahwa dia kekasih Arka, karena pagi itu, Elsa keluar dari mobil Arka bersamaan dengan siswa lain yang sedang membicarakan hubungan mereka.

A Taste [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang