Imagination Free House adalah tempat yang menyediakan banyak buku yang siapa saja bebas membacanya. Seperti buku novel, buku cerita dongeng, majalah, kamus berbagai bahasa, dan masih banyak yang lainnya. Rumah ini dikelola oleh seorang wanita paruhbaya yang bernama Silvia. Semua pengunjung yang sering datang kesini biasanya memanggil beliau dengan panggilan Bunda Sisi.
Bunda Sisi tidak pernah menarik biaya kepada semua pembaca. Ia melakukan ini dengan suka rela. Kecuali, jika buku ini dipinjam untuk dibawa kerumah atau dibawa kesekolah. Biasanya Bunda Sisi memberi harga pinjaman buku senilai 5000 rupiah. Itu pun hanya sekedar untuk berjaga-jaga jika buku yang dipinjam hilang atau terjadi kerusakan.
Imagination Free House ini sudah berdiri dari 10 tahun yang lalu. Dibuat dengan bentuk bangunan kuno berlantai satu. Seperti rumah belanda, hanya saja rumah ini terdapat jendela kaca berukuran besar disetiap dinding. Sehingga orang yang berjalan melewati rumah ini bisa melihat semua kegiatan yang ada didalam. Begitu pun sebaliknya, orang yang ada didalam bisa melihat kearah luar.
Bunda Sisi memfasilitasi meja dan kursi. Beliau juga menjual jus dan beberapa cemilan agar pembaca merasa lebih nyaman tanpa perlu merasa lapar. Tentu saja di rumah ini terdapat beberapa peraturan. Seperti tidak boleh mengobrol terlalu keras, tidak boleh membawa makanan dari luar yang dibungkus dalam kemasan plastik, botol kaleng atau apapun yang akan meninggalkan sampah. Maka dari itu, lebih baik membawa bekal yang wadahnya masih bisa dimanfaatkan dan kembali dibawa pulang.
Hari ini adalah hari jum'at. Hari dimana semua sekolah berjadwal pulang cepat. Mungkin itu salah satu alasan Imagination Free House saat ini ramai. Bahkan banyak pengunjung lainnya yang rela duduk di lantai. Karena semua kursi sudah diduduki.
Setelah mengambil beberapa buku novel aku mengedarkan pandanganku, berusaha mencari kursi yang tidak ditempati. Kemudian aku melihat seorang pria parubaya duduk sendirian, tanpa ingin berpikir panjang aku segera melangkah mendekatinya.
"Permisi paman, apa kursi ini tidak ada yang menempati?"
Paman itu mendongak menatapku. "Tidak ada," jawab paman itu dengan tersenyum ramah kepadaku.
"Kalau begitu, boleh saya duduk disini paman?"
Untuk beberapa detik Paman itu mengerutkan alisnya, sebelum akhirnya ia kembali tersenyum ramah. "Kamu ini, paman tidak bilang kamu tidak boleh duduk disini kan?" katanya.
Aku sedikit tertawa renyah menanggapi ucapannya yang berhasil membuatku malu. "Terimakasih paman.., " kataku. Dengan menarik kursi untuk aku duduki.
Aku membuka bagian halaman terakhir. Dimana aku sudah memberi batas tanda baca pada buku ini. Aku sengaja tidak meminjamnya, karena aku ingin terus berkunjung kesini setiap pulang sekolah. Sudah tiga hari aku selalu datang kesini. Sudah tiga hari pula seseorang mencurigakan itu selalu datang setiap malam, dan berdiam diri disisi jalan dekat dengan jendela kamar. Takut? Tentu saja aku merasa takut. Bagaimana jika dia berniat berbuat jahat? Itulah pertanyaan yang terus aku khawatirkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Taste [END]
Teen FictionSetiap manusia yang menginjakkan kakinya di bumi, aku yakini mereka mempunyai ceritanya tersendiri. Perihal berbagai macam cerita yang mungkin bisa saja terjadi di muka bumi, aku hanya ingin membahas tentang mencintai seorang diri. Membicarakan tent...