Matahari tidak pernah tahu lamanya Bulan menunggu malam. Air hujan tidak pernah tahu sedihnya matahari ketika merasa tersingkirkan. Dan, embun pagi tidak pernah tahu bagaimana dinginnya daun yang ia sentuh. Begitu pun kamu, kamu tidak pernah tahu bahwa aku sering kali memandangi kamu dari jauh.
Kamu tidak pernah tahu betapa susahnya aku menahan cemburu. Kamu tidak pernah tahu bagaimana aku mengatasi rindu. Dan, kamu juga tidak pernah tahu tersiksanya aku ketika mencoba untuk tidak mencintai kamu terlalu jauh.
Aku memang tidak mau sampai kamu tahu, bahwa aku mencintai kamu. Namun, ketika aku melihat kamu bersama yang lain, aku tiba-tiba saja merubah itu. Aku menjadi ingin memiliki kamu. Meski itu akan sulit bagiku, karena sampai saat ini kamu tidak pernah melihat ke arahku.
Aku memalingkan wajah, saat Arka melihat ke arahku. Entahlah, mungkin saja Arka sedang mencari perlengkapan yang harus ia beli. Aku mengingatkan diriku sendiri, agar tidak terlalu percaya diri! Lagi pula jarakku dengannya cukup jauh, tidak mungkin dia akan mengenali wajahku. Ya. aku bertemu dengannya di Supermarket yang tidak jauh dari sekolah. Tentu saja dengan kekasihnya.
"Kamu mau es Cream yang rasa apa?" tanya Rizky. Aku yang berdiri di sampingnya menoleh. Melihat Rizky yang sedang memegangi dua es Cream yang berbeda rasa. Sebelum mengantarkan -ku pulang, Rizky memintaku untuk menemaninya belanja bulanan. Pesanan mama-nya.
"Eehm.. Yang Vanila saja." jawabku. Rizky menaruh es cream pilihanku ke dalam troly bergabung dengan beberapa belanjaannya.
"Ada yang ingin kamu beli lagi?" tanya Rizky kepadaku.
"Tidak, tidak ada..," jawabku
"Baiklah kalau begitu, kita ke kasir sekarang." seketika aku gelagapan mendengar apa yang baru saja Rizky katakan. Tidak. Tidak mungkin aku ke tempat kasir sekarang! Masih ada Arka dan kekasihnya disana! Aku benar-benar tidak bisa harus berdiri dalam jarak yang terlalu dekat dengan Arka.
"Rizky, kamu duluan saja. A-aku masih ada sesuatu yang harus ku beli. Kamu duluan saja. Aku juga tidak akan lama." paparku.
"Baiklah..." setelah mendengar jawaban dari Rizky, aku segera melangkahkan kaki memasuki jajaran bagian peralatan kebutuhan pribadi. Seperti handbody, minyak wangi dan sebagainya. Diam-diam aku mengintip di sela rak Shampo, melihat apakah masih ada Arka atau tidak. Dan, ternyata Arka masih di sana. Entah sebenarnya sedang apa dia. Lama sekali rupanya.
Aku terkejut. Rizky dan Arka terlihat seperti sedang berbicara. Oh tidak! Bahkan mereka terlihat seperti baru saja bertemu teman lama. Apa mereka saling mengenal?
"Apa anda mencari sesuatu nona?" aku terlonjat kaget, dan langsung menegakkan tubuhku. Seorang wanita berambut panjang sebahu itu seorang karyawan. Mungkin dia terlihat bingung karena sikap mencurigakanku yang seolah terlihat seperti seorang pengintai.
Aku tersenyum ramah padanya. Menunjukkan bahwa aku orang baik dan tidak akan berbuat apa-apa. "Oh iya. Aku sedikit kesulitan mencari handbody lotion yang mengandung UVA dan UVB protection, apa kau bisa membantu mencarikannya?" tanyaku, dengan masih tersenyum ramah padanya. Untung saja, aku mempunyai alasan yang sedikit masuk akal.
"Baik nona, akan saya carikan untuk anda." aku menghela napas lega. syukurlah dia percaya.
Setelah memastikan karyawan itu pergi, aku kembali mengintip Arka. Berharap dia sudah pergi dari sana. Dan, kebetulan aku melihat Arka baru saja keluar. Aku juga melihat Rizky, yang sepertinya sedang mencari keberadaanku. Aku tidak boleh terlalu lama, atau Rizky akan curiga.
“Nona,” aku menoleh ke belakang. Melihat seorang karyawan perempuan, dengan membawa handbody lotion di tangannya. “Ini handbody yang anda inginkan...” katanya. Dengan menyodorkan handbody lotion yang ia bawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Taste [END]
Fiksi RemajaSetiap manusia yang menginjakkan kakinya di bumi, aku yakini mereka mempunyai ceritanya tersendiri. Perihal berbagai macam cerita yang mungkin bisa saja terjadi di muka bumi, aku hanya ingin membahas tentang mencintai seorang diri. Membicarakan tent...