🍃(40). Euforia [END]

77 2 0
                                    

Aku berdiri di depan jendela kamar menatap langit yang terlihat begitu gelap disertai hujan tak berkilat yang belum juga raat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Aku berdiri di depan jendela kamar menatap langit yang terlihat begitu gelap disertai hujan tak berkilat yang belum juga raat. Sepoian angin menerpa gorden jendela sebelum akhirnya menyentuh kulitku, menyisakan dingin yang menusuk sampai ke rongga dada.

Sudah hampir lebih dari satu minggu berlalu setelah kejadian Rizky menculikku. Sejak hari itu aku tidak masuk sekolah dikarenakan sakit. Di malam hari aku selalu kesulitan untuk tertidur, mungkin lebih tepatnya aku selalu terbangun setiap tiga puluh menit sekali karena mimpi buruk yang kerap kali datang menakuti.

Aku akan tertidur dengan pulas setelah jam sudah menunjukkan pukul empat pagi. Lalu aku akan terbangun pukul delapan pagi dengan keadaan suhu badanku meningkat tinggi. Hal itu terus terulang.

Aku menatap langit gelap itu dengan pikiran yang berkelana entah kemana. Lalu pikiranku tak sengaja mengingat kejadian pada hari itu.

Setelah Rizky di tangkap, keesokan harinya polisi datang ke rumah memintai keterangan padaku sebagai korban. Aku berusaha menjelaskannya dengan tenang meski bibirku bergetar hingga menghasilkan suara terbata, tetapi polisi bisa dengan jelas mengartikannya. Hari itu aku ditemani bunda, Kyra dan juga Arka. Lalu ketika polisi itu akan pamit pergi, Arka lebih dulu menahannya. Arka mengeluarkan perekam suara itu, meminta polisi untuk menindaklanjuti kasus pembunuhan mengenai Elvan dan menjadikan perekam suara itu sebagai bukti. Kata Arka perekam suara itu bahkan sampai merekam suara apa saja yang terjadi pada malam itu.

Jelas aku terkejut. Aku mengira perekam suara itu akan mati karena kehabisan baterai atau semacamnya, tetapi ternyata tidak. Perekam suara itu masih menyala dan sampai saat kejadian itu Rizky bahkan tidak menyadarinya. Aku sangat bersyukur akan hal itu. Namun, meskipun begitu aku masih tidak tenang dan terus bermimpi buruk.

Bunda sempat mendatangkan seorang psikiater ke rumah. Tentu saja bunda merasa khawatir karena aku sulit sekali tertidur dan selalu mengalami mimpi buruk atas kejadian itu. Dan hasil pemeriksaannya ternyata aku mengalami depresi ringan.

Kenapa depresi ringan? Karena untuk kasus yang aku alami yaitu pelecehan seksual bahkan sampai mencoba melakukan tindak pemerkosaan, aku hanya mengalami dampak bermimpi buruk dan hilangnya selera makan.

Selain itu, aku mampu berbicara akan kejadian itu, aku bisa bertemu orang lain walaupun hanya orang terdekatku (tidak sampai mengurung diri), dan aku bisa mengontrol emosiku. Oleh karena itu aku hanya diberi beberapa obat penenang agar mempermudah aku untuk tertidur. Namun, beberapa hari ini aku sudah tidak lagi meminumnya dikarenakan sudah habis. Bunda sempat ingin menghubungi psikiater itu dan meminta obat penenang lagi, tetapi aku tidak mau. Aku takut ketergantungan obat itu.

Aku bilang kepada bunda, aku hanya perlu waktu saja untuk melupakannya. Bunda menuruti dan setiap pagi bunda datang memeriksa suhu tubuhku lalu memberiku obat menurun panas.
Selama aku tidak masuk sekolah Kyra dan Arka tidak pernah lupa untuk bergantian datang menemaniku setiap pulang sekolah. Mereka memberiku dukungan, entah Kyra yang datang membawa novel terbaru atau Arka yang membawakan makanan kantin kesukaanku, menemaniku membaca novel dan tak jarang Arka pulang malam untuk mengajariku bermain game sepak bola online.

A Taste [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang