🍃(6). Kiriman Bunga

163 45 9
                                    

Sepulang dari pemakaman, aku menemani bunda di restoran seharian. Berdiri di belakang meja pantri untuk mencatat pesanan setiap pelanggan yang datang. Tidak banyak jumlah pegawai yang bunda pekerjakan di sini, karena bunda pikir ini hanya restoran Pizza kecil yang bunda beli bekas kedai kopi. Bunda hanya mempunyai tiga pegawai. Mereka bernama Meliana, Desi Gianina, dan Zeline Zakeisha.

Meliana bertugas sebagai Barista di dapur. Sedangkan Desi bertugas sebagai pelayan pengantar makanan, dan Zeline... Dia bertugas sebagai resepsionis restoran, yang berdiri di belakang meja pantri untuk mencatat makanan sekaligus tempat kasir pembayaran. Berhubung ada aku yang mengambil alih pekerjaan Zeline, jadi Zeline membantu Desi mengantarkan Makanan.

Bunda membangun usaha Pizza ini sejak aku berusia 5 tahun. Setahun setelah paman Osiel meninggal. Mungkin tidak ada pilihan saat itu, karena warisan yang ayah berikan sudah hampir habis dan uang tabungan bunda juga sudah menipis. Jika dulu ada paman Osiel yang membantu keuangan bunda, maka setelah paman Osiel tiada, tidak ada lagi yang bunda harapkan untuk bisa meminjam uang. Beruntung karena sejak kecil bunda sering diajarkan mendiang oma yang mengajarinya membuat Pizza. Jadi bunda memutuskan untuk membuka usaha Pizza, dengan setengah uang tabungan yang tersisa.

Bunda pergi ke restorannya setelah aku sudah berangkat sekolah, dan pulang sebelum waktu makan malam. Kadang bunda juga sering pulang lebih awal, karena sudah ada yang menggantikannya di dapur. Tante Selly, dia adalah adik kedua dari ayah. Dia pandai membuat Pizza yang sama enaknya seperti buatan bunda. Bunda tidak menjadikan tante Selly sebagai pegawainya, karena tante Selly sendiri yang menolak kerja dan hanya ingin membantu se-ikhlasnya saja. Padahal sangat disayangkan bakatnya yang tidak pernah gagal membuat pizza. Mungkin tante Selly sudah merasa berkecukupan karena suaminya yang berprofesi sebagai pengusaha besar. Bahkan suami dari tante Selly sering disebut sebagai Billionaire.

"Aku pesan Pizza Berlusconi 2 dan avocado juice 2." aku mencatat semua apa yang anak perempuan ini pesan. Setelah itu menjumlah berapa yang harus dia bayar.

"Oke, semuanya jadi Rp.200.000,-" dia menyodorkan uang dengan jumlah yang sudah aku sebutkan barusan.

"Terimakasih, silahkan tunggu di meja yang sudah ditentukan..." aku menyodorkan kertas truk pembayaran, sambil tersenyum ramah padanya.

Aku melipat kedua tanganku di atas meja, sambil melihat beberapa pelanggan yang sedang memakan Pizza. Ada rasa senang saat melihat pelanggan yang terlihat menikmati Pizza buatan tangan bunda. Aku bangga pada bunda yang mampu membesarkan-ku sendirian. Aku juga sangat bersyukur memiliki bunda yang pengertiannya luar biasa...

Aku mengalihkan pandangan kearah pintu yang terbuka. Seorang wanita berambut panjang berwarna pirang kehitaman dengan bergaya Slicked bergelombang itu Tante Selly. Dia berjalan menghampiriku dengan senyum yang tidak tanggung-tanggung.

"My nephew i miss you... How are you dear?" Ucap tante Selly, sambil merentangkan tangannya. Aku setengah memutari meja pantri yang berbentuk seperti mini bar ini, dan menerima sambutan pelukan dari tante Selly.

"Aku baik tante... Aku juga tidak kalah rindunya. Tante sendiri bagaimana kabarnya?"

Tante Selly melepaskan pelukannya, dengan senyum yang masih terlihat sama seperti yang aku lihat sebelumnya. "Seperti yang kamu lihat,"

Tante Selly mengulurkan tangannya menyentuh sisi kanan pipiku. "Tante juga sama baiknya..." lanjutnya. Aku tersenyum menerima usapan lembut dari ibu jari tante Selly. Wajar jika tante Selly bersikap seperti ini, karena memang aku sudah sangat jarang bertemu dengannya.

A Taste [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang