🍃(8). Bertemu Orang Baru

131 37 9
                                    

Aku sudah cukup lama hidup di dunia ini, jelas aku juga sudah melewati berbagai masalah yang aku hadapi. Mulai dari sebuah pernyataan bahwa aku sudah ditinggalkan ayah ketika aku baru saja dilahirkan. Kemudian, aku harus kehilangan paman yang begitu sangat perhatian. Aku sudah merasakan jatuh cinta untuk yang pertama kali. Aku sudah merasakan bagaimana rasanya dicintai. Aku sudah merasakan perhatian dari seorang laki-laki lagi. Dan, aku juga sudah merasakan bagaimana rasanya ditinggal pergi oleh seorang laki-laki yang aku cintai.

Anggap saja masalah berat itu, seperti senja yang cepat berlalu. Masalah berat itu, tidak akan tinggal terlalu lama jika aku benar-benar menghadapinya. Masalah pasti akan datang silih berganti. Tentu saja masalah berat ini akan datang setiap hari. Sama seperti matahari, terbit dan tenggelam. Gelap kemudian terang, sedih dan senang, percaya lalu dikecewakan. Begitulah warna kehidupan. Nikmati saja bagaimana alur yang Tuhan rencanakan dengan semestinya, jangan mengeluh dan mudah menyerah. Begitulah caraku memotivasi diri, berpikir positif dan percaya bahwa nantinya aku akan tetap baik-baik saja.

Aku rasa, aku harus sudah cukup dewasa karena sudah mengalami berbagai macam situasi. Meski itu tetap saja aku yang ditinggalkan pergi. Dalam hidupku, tentu tidak hanya tentang perpisahan saja. Namun, aku juga sering mengalami pertemuan secara tiba-tiba. Seperti sekarang, aku duduk berhadapan dengan seseorang yang sama sekali tidak aku kenal, di restoran. Dia tidak lain, adalah sang pengirim bunga mawar.

Setelah berusaha menanyakan apa maksud dia mengirimkan bunga mawar. Aku juga menanyakan siapa dirinya, bagaimana bisa dia tahu segala hal yang aku suka. Dan, dia juga tahu rumahku dimana. Semua pertanyaan yang aku lontarkan, dia abaikan. Dia berpura-pura tidak dengar atau dia sedang berpikir keras untuk mencari jawaban?

Aku kesal. Sudah hampir tidak bisa lagi bersabar, hanya untuk mendengar dia memberi penjelasan. Aku sudah mau pergi dari sini. Dan, tidak akan peduli apapun yang akan dia lakukan lagi. Entah mengirim bunga setiap hari, mengirim makanan atau mengirim buku novel terbaru sekalipun tidak masalah. Mungkin aku akan menganggap dia sebagai penggemar saja. Namun, dia menahanku. Memintaku duduk terlebih dahulu. Aku kira dia akan memberikan jawaban atas apa yang sudah aku tanyakan. Tetapi, sudah hampir lima menit ini dia hanya diam, tak bersuara.

"Apa kamu mau pesan sesuatu?" tanya-nya, sambil tersenyum kepadaku.

"Tidak, terimakasih." aku mengernyitkan kening. Tidak tahu harus bagaimana menghadapi seseorang yang terlalu banyak berbasa-basi.

Seperti tidak mempedulikan penolakanku. Dia melambaikan tangan, memanggil pelayan.

"Iya, ada yang bisa saya bantu?" tanya pelayan, perempuan.

"Saya pesan jus Alpukat satu..," katanya.
"Baik. Ada lagi?" tanya pelayan lagi.

"Tidak. Itu saja.., " jawabnya. Setelah mencatat. Kemudian, pelayan itu pergi untuk menyiapkan pesanan pria ini.

Dia beralih menatapku lagi. "Aku tahu kamu pasti penasaran, siapa yang mengirim bunga mawar itu bukan?" apa dia benar-benar mengatakan itu? Jadi, dari tadi dia sengaja tidak mendengarkan apa yang aku tanyakan?

Aku melipat kedua tanganku didepan dada. "Kamu juga pasti tahu apa maksudku mengikuti pengantar koran itu," kata-ku.

"Aku senang. Ketika aku tahu kamu penasaran. Dan, berusaha mencari tahu. Itu artinya kamu peduli dan tidak mengabaikan bunga-bunga pemberianku...," kata-nya. Masih dengan tersenyum ramah.

A Taste [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang