[55]. KEMBALI SEKOLAH

7.6K 641 42
                                    

"Saya yakin cinta kamu masih ada, meski kenangan dan bayangan diri saya telah hilang."

-ANJAS-

🌟🌟🌟

***

~HAPPY READING~

Terhitung 1 Minggu, Aqeela berada di rumah sakit sekolah untuk pemulihan. Di situ, Aqeela diberitahu Kakak-kakaknya semua hal tentang sekolah. Di situ juga, Aqeela mulai menghafalkan nama-nama Kakak-kakaknya, bahasanya sekarang juga kembali 'Aqeela-Kakak' kecuali ke Diandra. Namun tidak dengan ingatannya.

Selain itu, Aqeela juga sering dijenguki banyak teman-teman bahkan adik-adik kelasnya. Kabar mengenai Aqeela kecelakaan itu sudah membludak ke seluruh kelas tak terkecuali, yaa karena Aqeela kan most wanted. Bahkan kini mereka juga tau, bahwa Aqeela sedang mengalami amnesia.

Walaupun Aqeela tak mengenal mereka dan bingung, namun ia tetap menghargai hal itu. Banyak makanan juga, hobi makan nya tidak pernah berubah. Aqeela tidak pernah berubah, hanya ingatannya saja yang hilang.

Dan Anjas, ia kembali bersikap dingin. Bukan karena apa, tapi ia hanya bersandiwara.

Sebenarnya selama ini ia selalu menjaga istrinya itu, setiap malam saat Aqeela tertidur pulas, ia membisikkan ayat-ayat suci Al-Quran ke perut Aqeela dan menciumnya hangat. Tidak pernah juga ia biarkan istrinya itu sendirian. Paling tidak harus 2 orang yang ada di samping nya selagi ia sekolah.

"Buset, Qeel. Tinggal satu Minggu doang, setelah itu kamu boleh pulang." Ucap Arinda frustasi, sebab daritadi Aqeela selalu merengek minta pulang dan kembali ke penginapannya.

"Tapi Aqeela nggak betah di sini terus. Aqeela pengen pulang." Ujarnya berkaca-kaca membuat Kakak-kakaknya gelagapan sendiri.

"Loh! Jangan nangis, Dek!" Pekik Yaqut.

"Duh kalo Anjas tau bisa-"

"Ada apa ini?"

Rizky membelalakkan matanya, ia menoleh dan menatap Anjas horor. Baru saja ia akan berujar tapi Anjas sudah datang.

"N-njas.. Anu." Gugup Rizky menunjuk Aqeela.

Melihat air mata Aqeela sudah turun, Anjas segera menghampiri istrinya itu. Wajahnya tetap datar, namun dalam hatinya sangat kawatir sebenarnya.

"Kenapa menangis?" Tanya Anjas.

"Aqeela pengen pulang.. Hiks hiks."

"Tapi kamu belum pulih sepenuhnya, bagaimana jika terjadi sesuatu?"

"Tapi Aqeela pengen, hiks. Aqeela udah nggak betah di sini, hiks hiks." Jawabnya sesegukan, "Kenapa Aqeela nangis gini sih? Hiks hiks."

Diam-diam Anjas tersenyum gemas dengan tingkah istrinya itu. Wajah bingung dan merah Aqeela itu memang memberi kesan tersendiri baginya, sangat menggemaskan.

"Kamu benar-benar ingin pulang?"

Aqeela menganguk-anguk lucu sambil sesegukan membuat Anjas harus kembali menahan rasa gemasnya. Istrinya itu pasti sedang ngidam.

"Ini pasti ulah kalian kan? Jangan bikin Mama gemesin gini dong nak, Papa kan jadi pengen makan Mama kalian." Batin Anjas menatap perut Aqeela.

"Ya sudah, kita tanya Bu Rinta dulu yah. Apakah kondisi kamu sudah bisa untuk pulang atau belum," Aqeela menganguk pelan.

"Sudah, berhentilah menangis. Kamu seperti bocah 3 tahun yang tidak dibelikan mainan oleh ayahnya."

Aqeela berdecak kesal lalu menghapus air matanya, ia mengerucutkan bibirnya dan menatap Anjas kesal. Bisa-bisanya ia disamakan dengan bocah 3 tahun.

SUAMIABLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang