28. Membongkar

5.6K 705 119
                                    

Irene yang baru saja pulang kerumah terdiam ketika mendapati keadaan rumah yang sepi.

"Taehyung dan Jungkook, mereka pasti bermain di belakang ku lagi." Tas miliknya ia simpan di atas meja, Irene berjalan ke dapur untuk mengambil minum.


Gelas yang sudah kosong di simpan seiring dengan helaan nafas panjang. Entah sampai kapan dia harus mempertahankan situasi yang bisa di bilang kacau balau.


Merasa dahaganya sudah terpenuhi Irene memutuskan untuk segera pergi ke kamar. Namun langkahnya terhenti ketika melihat sebuah pisau tergeletak begitu saja di lantai. Ia berjongkok untuk melihat lebih jelas.

Dan Irene baru sadar, ada cairan berwarna merah pekat berceceran di sekitar nya.


"Darah? Tapi milik siapa?"















•🐯 Daddy Touch Me 🐰


















"Padahal kita bisa melakukannya besok, tidak perlu datang malam-malam seperti ini."

Sedari tadi Jimin hanya bisa tersenyum begitu lebarnya, apalagi setelah mendengar berita baik. "Aku merasa khawatir dengan kondisimu. Tapi, jauh dari yang kita pikirkan— kita malah mendapatkan kabar baik. Yoongi aku sangat senang sekali, terimakasih telah membuat ku merasakan kebahagiaan yang seperti ini."

Berbanding terbalik dengan Jimin. Yoongi malah menghela nafas dengan berat, dia menghentikan langkahnya membuat Jimin yang tengah memegang tangannya berbalik arah.

"Kenapa? Apa ada yang sakit?" Tanya nya dengan nada khawatir yang kentara.


"Jimin. Aku belum siap." Jawaban Yoongi membuat Jimin terdiam untuk mencerna sejenak. "Aku tahu ini mimpimu sejak lama, mempunyai seorang anak akan membuat kita menjadi keluarga yang lengkap. Tapi aku belum siap jika harus melakukan nya sekarang, perlu waktu banyak untuk diriku berada di posisi ini— dan kehadiran anak hanya akan membuat langkahku terhenti."



"Apa yang kau bicarakan?" Jimin tersenyum canggung, tapi tak berhenti untuk membujuk. "Kau tidak perlu lagi bekerja, hidup kita bahkan sudah lebih dari cukup. Sekarang kau hanya harus pokus mengurus dirimu yang calon seorang ibu." Kedua tangan yoongi ia genggam, berusaha meyakinkan lewat tatapan matanya yang penuh binar.


"Itu masalahnya, bukan karena uang tapi ini mimpiku sejak lama. Aku menghabiskan banyak waktu juga tenaga untuk ini, dan aku tak ingin langkah ku terhenti karena kehamilan ku. Jimin.. memiliki anak juga keluarga yang lengkap kita bisa melakukannya nanti. Tapi jika aku harus berhenti dan melepas gelar ku, usaha yang ku lakukan di masa lalu semuanya akan sia-sia."


Jimin melepaskan genggaman tangannya begitu saja, raut wajah bahagianya telah berubah. Dadanya sesak dan membuat nafasnya memburu. "Lalu kapan? Kapan kita akan memiliki kehidupan normal? Lima tahun lagi? Atau sepuluh tahun lagi? Kau memintaku untuk menunggu lagi bahkan setelah aku menunggu selama lima tahun?! Jika kalir mu sangat penting kenapa kau mau menikah denganku dan membuat ku menunggu?"

"Bukan seperti itu!"


"Lalu seperti apa? Kau mempunyai mimpi dan aku juga. Sudah sejak lama aku menantikan kehadiran malaikat kecil yang akan memanggilku dengan sebutan ayah. Tapi kau selalu memutuskan impianku demi seluruh mimpi-mimpimu itu! Semua orang bertanya padaku Yoongi, mereka berpikir hubungan kita tak baik-baik saja! Lima tahun kita sudah menikah tapi kita selalu berjalan di jalan masing-masing. Dan anak ini, dia yang akan menyatukan jalan kita tapi kau tak menginginkannya..." Selama ini Jimin selalu memendam perasaannya seorang diri.


Daddy, Touch Me!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang