29. Pengejaran

5K 660 114
                                    

"Aku menunggumu bangun sejak pagi tadi. Yah.. mungkin alkohol membuat mu terlelap." Kata Yoongi yang tengah memanaskan kembali masakan disaat matanya melihat Jimin masih dengan wajah bantal.


Fakta lainnya, pria itu kemarin pulang dini hari dengan ke adaan mabuk.


Jimin tak menjawab, dia masih kesal dengan perdebatan mereka kemarin malam juga sikap Yoongi pagi ini seolah tak terjadi apa-apa.



Setelah mengambil minum niatnya ingin kembali ke dalam kamar untuk bersiap pergi ke kantor meskipun sudah terlambat dan dapat di pastikan Kim Taehyung akan mengomelinya nanti.



Namun Yoongi menahannya. "Kau mau pergi kemana? Aku sudah memanaskan sup untuk mu."



"Aku tidak lapar." Jawabnya tanpa melirik.


Yoongi menghela nafas sambil tersenyum getir. "Apa sikapmu harus seperti ini? Aku bangun pagi untuk menyiapkan segalanya! Selain belajar menjadi istri yang baik, aku juga tengah belajar menjadi seorang ibu yang baik! Dan kau... Apa yang akan kau ajarkan pada anakmu nanti jika kau seperti ini?!"



"Jangan menyinggungku soal itu lagi Min Yoongi!" Jimin membentak, merasa muak. "Karena aku tidak akan menjadi seorang ayah!"

"Tidak, kau harus belajar menjadi seorang ayah yang baik. Karena kau akan menjadi ayah!"

Jimin tertawa sinis. "Kau mencoba mempermainkan emosiku? Setelah memutuskan harapan ku, kau memberiku harapan palsu?" Untuk pertama kalinya Jimin menatap Yoongi seperti itu, tatapan cinta dan penuh puja nya seakan hilang.


Yoongi menghela nafas, menahan hatinya yang tiba-tiba berdenyut ketika melihat tatapan yang Jimin layangkan padanya. Namun Yoongi tahu sejak awal dia yang salah, Jimin pantas berprilaku seperti itu.

"Baiklah aku minta maaf. Aku tahu aku egois, aku selalu mengambil keputusan tanpa memikirkan perasaan mu. Sebagai seorang suami tentu kau merasa tidak di hargai, dan aku melakukan ini bukan hanya sekali— aku selalu mengulanginya lagi dan lagi sehingga membuat mu terluka, tapi kau selalu bertahan di samping ku meskipun aku tak pernah memberikan kebahagiaan untuk mu." Yoongi terhenti sejenak hanya untuk melihat Jimin yang ternyata masih memalingkan wajahnya.


"Dan ketika bahagia mu datang, aku malah menghancurkannya. Dari sudut pandang ku disaat aku menilai diriku sendiri aku tidak pantas menjadi seorang ibu, aku bahkan tidak yakin bisa mengemban tanggung jawab itu. Tapi Tuhan sangat lah baik, dia memberikan anugerah terbesarnya karena dia tahu kalau kita mampu jika kita berusaha. Seharusnya aku tidak perlu lagi berpikir disaat kau ada di samping ku, karena... Semuanya akan baik-baik saja. Maka dari itu, aku ingin memperbaiki semuanya dengan mempertahankan anak kita Jimin.." satu tarikan nafas panjang di ambil setelah mengungkapkan isi hatinya, Yoongi menundukkan kepalanya dengan jari yang terangkat untuk menghapus air matanya yang keluar tiba-tiba dengan cepat.

Namun tanpa ia sangka Jimin memperhatikan dan mendengarkan nya sejak tadi. Tanpa Yoongi sadari, Jimin berjalan menghampirinya hanya untuk membantu mengusap air matanya yang terus saja keluar.


Hati Yoongi tidak benar-benar sekeras itu, dia juga merasa buruk setelah mengatakan hal yang tak baik saat di rumah sakit.


"Sudah.. jangan menangis. Maafkan aku.."

"Aku pasti sangat buruk hiks.. kau pantas membenciku." Jimin malah tersenyum lembut, dia membawa Yoongi kedalam pelukannya dan mengusap surai manisnya yang masih menangis karena rasa bersalahnya.


Jujur saja Jimin merasa lega mendengar semua itu dari Yoongi. Perkataan yang di ungkap dengan tulus tanpa niatan semata agar Jimin tak lagi marah padanya.

Daddy, Touch Me!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang