23. Malam Kembang Api

7.8K 739 100
                                    


"Jadi menurutmu bagaimana?"






"Menurutku? Menurutku.. Kau terlalu mencampuri urusan mereka. Ayolah Jung, ada apa denganmu belakangan ini? Jika Jungkook pergi dengan ayahnya apa kau harus bertanya apa yang mereka lakukan? Pikiranmu terlalu negatif!" Balas Mingyu setelah mendengar Jaehyun yang bercerita padanya.






Jaehyun terdiam sejenak, konsultasi dengan Mingyu ternyata tidak ada gunanya. "Biasanya kau yang selalu berpikiran negatif!" Tuduh Jaehyun.








"Memang, tapi aku mencoba berpikiran positif sekarang, sudah lah memikirkannya saja membuat ku malas." Mingyu kembali merebahkan tubuhnya di atas sofa dan membelakangi Jaehyun, dia ingin melanjutkan tidurnya yang terganggu padahal ini hari libur tapi Jaehyun ribut meminta Mingyu untuk menjemputnya.









"Kau tahu bukan aku mengatakan semua ini karena——









"Karena kau tahu aku menyukai Jungkook." Potong Mingyu cepat.










"Gyu.." panggil Jaehyun pelan, Jaehyun masih menatap Mingyu yang tak kunjung berbalik kepadanya. "Kau benar-benar memutuskan untuk menyerah? Menyerah pada cintamu begitu?"














Sudut bibirnya terangkat, Mingyu memberikan senyuman terbaiknya ketika dia menghadap Jaehyun. "Aku hanya mengambil langkah mundur untuk menang."



















































































•🐯 Daddy, Touch Me!🐰




























































































Irene membukakan pintu ketika petugas laundry datang untuk mengantarkan kemeja yang  Taehyung kiriman kemarin malam.








"Terimakasih." Senyuman cantiknya di pamerkan membuat petugas itu membungkukan kepala kemudian bergegas pergi.








"Tunggu.." Namun suara Irene tiba-tiba menghentikan langkahnya. Kemeja yang tadinya sudah di lipat rapih berada di tangannya, Irene menunjuk salah satu di bagian kemeja tersebut. "Masih ada noda disini."









"Oh.. maaf Nyonya, kami bahkan sudah mencucinya sebanyak lima kali tetapi noda nya tidak kunjung hilang, dia hanya sedikit memudar. Sepertinya itu terbuat dari bahan permanen."









"Bahan permanen?" Kening Irene menyerit. "Bukannya ini tumpahan dari jus?"








"Jika itu noda dari tumpahan jus, sangat mudah untuk membersihkannya. Jadi aku menyimpulkan bahwa itu terbuat dari bahan permanen, um.. mungkin sebuah tinta? Atau pewarna?"





"Tidak."





"Maaf?"







"Ah.. maksudku tidak masalah, kau boleh pergi terimakasih."



















"Jadi apa keunggulan dari lipstik ini?" Irene bertanya pada pria di hadapannya tentang keunggulan dari produk yang akan dia iklankan.






Daddy, Touch Me!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang