45° Penerus Becca Katanya

192 38 2
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





Ringisan itu keluar lagi dari mulut Rega, ingatan ketika Ayah dengan Bunda bertengkar lagi semalam membuatnya benar-benar tak tenang. Ini pertengkaran yang lebih parah dari sebelumnya, bahkan Damar saja yang biasanya cuek sampai menangis malam itu. Jangan tanya kondisi Rega bagaimana.

Harusnya semalam Rega lari, datang ke minimarket lalu menghubungi Becca dan menceritakannya pada cewek itu sampai berakhir dalam pelukan hangatnya. Namun Rega cukup tahu diri jika sekarang sudah ada tembok besar sebagai pembatas yang dibuat Rendi untuk hubungannya dengan Becca, semakin hari juga Becca semakin jauh untuknya.

Alhasil Rega tak keluar kamar semalam, mengurung diri di kamar sambil membuka lebar-lebar pertengkaran kedua orang tuanya.

"YAS, MAEN!" jerit seseorang di lapangan sana menyadarkan lamunan Rega, kebetulan cowok itu nongkrong di teras depan kelasnya sambil berjongkok menghadap lapangan.

Jam kosong soalnya, dan kebetulan ada kelas 10 yang sedang pelajaran olahraga, Rega nonton saja karena gabut.

Mata Rega menangkap cewek tinggi---yang sepertinya sih paling tinggi diantara cewek-cewek lain di kelasnya, rambutnya sebahu, satu celana olahraganya dilipat sampai bawah lutut, memakai sepatu hitam dengan kaus kaki yang sebelah hijau stabilo dan sebelahnya lagi merah cabe.

Rega menaikan alisnya, wah, nggak waras nih cewek.

Tapi tiba-tiba Rega dibuat kagum ketika cewek itu dengan gesit berlari mengejar bola sepak yang sedang dimainkan temannya, cewek tinggi itu mengingatkan Rega pada Becca. Satu-satunya cewek di angkatannya yang berani main bola bersama laki-laki, bedanya kalau Becca main Basket, kalau cewek tinggi ini bola sepak. Ah, sepertinya cewek itu salah satu anggota Futsal.

Sampai waktunya cewek itu berhasil menggocek bola dan membawanya ke gawang lawan, menghadap ke Rega karena gawangnya memang terletak di depan kelasnya. Lalu mata besar itu membulat, cewek itu sepertinya menangkap kehadiran Rega yang sedang jongkok menonton bersama beberapa teman kelasnya di samping.

Kening Rega lantas berkerut heran ketika cewek itu diam, benar-benar diam seperti membeku gitu loh. Matanya lurus memandangi Rega membuat Rega melirik kanan kirinya lalu terheran dengan apa yang cewek itu lihat beneran dirinya atau teman yang di samping kanan kirinya?

"AYAS, WOI!" teriak salah satu teman cowok sekelasnya menyadarkan si cewek tinggi itu, Rega tersentak ketika menyadari nama si cewek yang disebut temannya.

'Ayas? Kayak pernah denger.' ucap Rega membatin.

Si cewek tinggi yang dipanggil Ayas itu tersadar lalu berbalik membelakangi Rega, cewek itu menutup wajah dengan kedua tangan lalu berlari ke pinggir lapangan sambil menjerit-jerit membuat teman-temannya heran. Bahkan Rega dengan teman-temannya yang lihat juga heran.

"Lah, ngapa dia?" celetuk teman Rega di samping kirinya, Rega reflek terkekeh merasa lucu dengan pertanyaan itu.

"Sawan, bos." jawab asal Rega yang langsung jadi pusat perhatian teman-temannya, yang di samping kirinya langsung menoyor kepala belakang Rega membuat cowok itu semakin nikmat untuk tertawa lebih besar lagi.

love language attackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang