"BECCA, BECCA, BECCA, THREE POINT!!" jerit Kafka gereget saat bola sudah di tangan Becca lalu cewek itu melompat sesuai yang Kafka minta, tim mereka selisih dua dengan tim lawan namun akan menang jika Becca menembakkan three point sekarang.
Ucup yang paling dekat berlari untuk mematahkan harapan Becca dengan timnya, namun sayang Ucup berlari kurang kencang sehingga ketika Becca melambungkan bolanya ke ring. Sekarang yang menjadi harapan kedua tim benar-benar hanya pada bola yang akan masuk atau tidak.
"AAAAAAAKKKK!!!" teriak Becca melengking ketika bola masuk ke dalam ring, senyumnya kelewat lebar lalu berbalik berlari menghampiri teman-teman setimnya. Semuanya bergabung dan berpelukan persis teletabis. "ES KIKOOOOOOO!!" teriaknya lagi memeluk Kafka lebih erat membuat si oknum yang dipeluk terbatuk karena sesak.
"HEH, HEH, HEH!! NO PELUK, NO PELUK!! PELANGGARAN!!" jerit Odet kesal bukan main, memang si Becca nih perlu ditanyakan jenis kelaminnya. Tenaganya walau sudah terkuras main Basket nggak main-main, bahkan ketika mainnya dengan cowok.
Dengan senang hati Becca melepas pelukannya membiarkan Kafka dengan dramatis terbatuk lalu berbaring di lapangan seolah memang telah terkena racun dari tubuh Becca, sementara itu Becca sendiri mengejek Odet.
"Kalah, kalah," katanya dengan tengil membuat Odet mengumpat, "Sini lo! Ambis gue mau menang karena mau injek kaki lo!" katanya yang lalu berlari menghampiri Odet dengan cepat, jelas Odet langsung berlari menghindar dan alhasil keduanya berlarian di lapangan saling mengejar.
Sementara Odet dan Becca lari-larian, yang lainnya duduk semua di pinggir lapangan depan pendopo yang Syifa dan Ayla duduki, karena di pertengahan permainan tadi kedua cewek itu disuruh Gilang untuk membelikan minum ke kantin.
"Gila ya tuh cewek, terlalu energik." kata si Ucup, sebenarnya nama aslinya Rudi, tapi nggak tahu kenapa semua orang akrab memanggilnya Ucup.
Semua orang menatap Becca yang dengan semangatnya menginjak kaki Odet sesuai taruhannya tadi dengan cowok itu, lalu tertawa keras menikmati kejahatannya.
"Kata siapa?" ceplos Ayla membuat sebagian cowok-cowok yang lesehan di lapangan itu menoleh padanya, "Aslinya dia tuh rapuh tau, sering ngelamun kalau lagi nikmatin waktu sendirinya." lanjutnya yang dibalas anggukan Syifa.
"Becca juga jarang nangis," sahut Gilang menyambung, "Tapi diem-diem suka nangis." katanya dengan arti yang membuat semua paham maksudnya.
"Pernah tuh gua mergokin," seru Kafka kini, "Dia nangis kayak orang paling tersakiti di dunia, beuh, gua aja kebawa suasana ikutan sedih liatnya. Padahal masalahnya sepele, waktu itu Becca kehabisan es Kiko doang." katanya membuat yang lainnya diam.
"Kok bisa?" tanya Rega mengingat ia pernah lihat wajah sedihnya Becca saat kehabisan es Kiko di kantin.
"Katanya, es Kiko punya sejarah besar buat dia, makanya dia sebegitu sukanya sama es itu. Pas ditanya lebih dalem lagi, dia diem doang nggak jawab." jawab Gilang yang sering ngobrol bareng Becca kalau sudah mengerjakan tugas ketua dan wakil.
KAMU SEDANG MEMBACA
love language attack
Fiksi Penggemar[Sudah terbit dan masih lengkap] Katanya mengenal cinta itu indah, tetapi ketika dicoba, ternyata tak seindah yang Becca kira. ft. Shuhua ©eipayow, 2022