Rendi, gue lihat lo senyum pagi ini. Tapi gue sedih, senyumnya lo kasih ke Najma, bukan ke gue.
Rendi, apa lo bisa lihat gue? Gue yang tadi lagi berdiri depan mading dan lo yang berdiri di depan pintu kelas Najma, sumpah ini tuh deketan, tapi kok gue merasa lo sangat jauh?
Rendi, sekarang bulan Oktober, dan gue udah suka lo sampai 458 hari. 1 tahun, 3 bulan dan 3 hari. Apa besok gue masih suka sama lo? Nggak tau, tunggu besok ya.
"Bek!"
Dengan gerakan cepat Becca menutup diary pinknya dan memasukannya ke dalam kolong meja, diangkatnya kepala lalu tersenyum canggung menatap kedatangan Syifa---teman sebangkunya.
"Apaan sih muka lo kaku amat, nahan boker lo?" ejek Syifa membuat Becca mendesis samar, meringis karena Syifa menyadari salah tingkahnya.
"Hahaha, b aja," jawab Becca garing.
"Ayo cepetan ganti baju, bentar lagi bel." ajak Syifa yang dibalas anggukan Becca lalu keduanya pergi keluar kelas menuju ruang ganti.
Pagi ini kelas Becca ada pelajaran olahraga, tapi katanya si Guru nggak datang. Cuman katanya murid harus tetap ke lapangan untuk absen dan setelahnya bebas bermain apa aja di lapangan sampai bel pergantian pelajaran berbunyi, Becca yang notabennya si wakil kelas ya wajib untuk hadir.
Sampai di ruang ganti Becca langsung ganti baju ke kaus olahraganya, langsung jalan lagi ke lapangan bersama Syifa.
Di lapangan sudah ramai, anak-anak kelasnya sebagian ada yang main Basket ada juga yang cuma di pinggir lapangan duduk saja dan bergosip.
Karena Becca anaknya nggak bisa diam, kalau cuma ikut duduk pinggir lapangan bakal gatel banget pantatnya. Mending ikutan main Basket saja, masa bodoh kalau cuma anak-anak cowok doang.
"Eh gue! Gue! Gueeee!" jerit Becca berlarian dari koridor ke lapangan membuat teman-teman sekelasnya menoleh semua, "Ikutan dong!" katanya ketika sampai di lapangan.
Syifa cuma geleng-geleng kepala aja, dia mah milih buat duduk saja ikutan ghibah. Males banget banyak gerak, nanti keringetan.
"Nah, pas banget! Elu masuk tim si Odet aja, mereka kurang satu." kata Hendra mengarahkan, Becca mengangkat jempolnya berlarian ke bagian timnya.
"Sampe kita kalah, elu gua arak ya ke anak IPA sambil pake daster bawa pel sama ember." cetus Kafka sambil menunjuk Becca seolah mengancam.
"Eh, gue jago ya!" sewot Becca berkacak pinggang melotot marah ke Kafka, Becca kan kebetulan anak ekskul Basket.
"Iya, iya, bawel." kata Odet menengahi, anak kelas kalau udah sewot-sewotan kadang nggak bakal berhenti sampai benar-benar ada yang misahin.
"Tim kita menang, Kafka jajanin gue bakso!" seru Becca membuat Kafka melebarkan matanya, "Tapi kalau kita kalah, gue beliin lo hape baru!" lanjutnya sebelum Kafka mengomel.
KAMU SEDANG MEMBACA
love language attack
Fanfic[Sudah terbit dan masih lengkap] Katanya mengenal cinta itu indah, tetapi ketika dicoba, ternyata tak seindah yang Becca kira. ft. Shuhua ©eipayow, 2022