18° Taruhan

188 47 9
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Becca menekan bibirnya ke dalam, matanya berbinar menatap Rega yang bermain Basket sendirian di lapangan. Dari caranya berlari, ngeshoot, ngedribble, senyum Becca terus terpancar tanpa putus-putus.

Kaki Becca melangkah mendekat ke lapangan setelah lama diam memperhatikan dari pinggir lapangan, membuat Rega menoleh terkejut.

"Nggak balik?" tanya Rega menghentikan aktivitasnya memeluk bolanya untuk berhadapan dengan Becca sekarang, si cewek tersenyum singkat.

"Lagi nunggu Julian, katanya ada urusan dulu ke anak mading." jawab Rega membuat Rega mengerutkan keningnya.

"Julian?"

Becca mengangguk, "Iya, si Ijul maksud gue, IPS 5." katanya menyebutkan nama lain dari Julian ketika bersama teman-teman cowoknya, tangan Becca terulur meminta bola dari Rega yang langsung cowok itu serahkan.

"Kenapa sama si Ijul? Kenapa nggak sama Rendi?" tanya Rega membuat Becca terkekeh geli mendengar itu, matanya menatap Becca yang mulai mendribble bolanya.

"Pertanyaan lo si Rendi mulu, jangan mentang-mentang gue suka diledekin temen-temen yang jodoh-jodohin gue sama dia jadi lo pikir apa-apa gue sama dia terus." ucap Becca berlarian menuju ring lalu melompat kecil memasukkan bola ke dalam ring dan masuk.

Becca mengambil bolanya lagi dan kembali mendribblenya sambil menoleh pada Rega karena tak dapat respon, cowok itu hanya diam berdiri masih di tempatnya menatap Becca dengan tatapan yang sulit di artikan.

"Mau taruhan?" tawar Becca mengajak main Rega, membuat si cowok tersenyum tipis lalu mengangguk. "Yang menang boleh tanya apapun dan soal apapun, 2 pertanyaan aja cukup dah, yang kalah wajib jujur. Satu lagi biar asik, 1 permintaan yang akan dikabulkan oleh si kalah. Gimana?" katanya mengajukan taruhan.

Rega terkekeh, "Oke."

Rega mengusap wajahnya dengan kaus abu-abu yang dipakainya guna mengelap air keringat yang bercucuran, membuat perutnya terekspos dan Becca yang memang sedang menatapnya secara otomatis melihat.

Jantung Becca lantas berdebar cepat, tangannya yang semula mendribble bola seketika ngefreeze sehingga bolanya menggelinding dengan sendirinya, wajahnya memanas lalu segera ia tolehkan ke arah lain sambil meneguk ludahnya gugup.

Sialan memang Rega, udah tinggi, bagus pula bentuk badannya. APA-APAAN?!!

Becca lalu menggigit bibir bawahnya, sekilas ia mengingat tadi di perut Rega ada kot-HEY! SUDAH, SUDAH!!!

"Ayo, Bek." kata Rega membuat Becca menoleh cepat lalu berdehem untuk menguasai raut wajahnya, "Lah, bolanya mana?" tanyanya heran sambil tengok kanan tengok kiri karena Becca sudah tak memegang kendali bolanya lalu berlarian kecil ketika menangkap bolanya menggelinding ke pinggir lapangan.

Mata Becca memandangi cara Rega berlari, entah kenapa fokusnya benar-benar kacau sampai dramatis banget melihat Rega berlari seperti memakai efek slowmo. Punya wajah yang memang sudah tampan dari sananya jadi bertambah berkali-kali lipat, belum lagi rambutnya yang sudah lepek karena keringat ikut terbang-terbang mengikuti gerak langkah kaki Rega berlari.

love language attackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang