Bab 2

8.6K 875 24
                                    

Sudah beberapa hari setelah Fio dan Messi pergi berlibur ke Indonesia.

Mansion sangat sepi dan hening tanpa keberadaan orang tua mereka itu, biasanya pagi-pagi sekali Fio akan membangunkan mereka untuk olahraga atau sarapan tapi sekarang tidak.

Terasa ada yang kurang.

Ditambah kedua kakaknya itu tidak pulang selama ini, katanya urusan bisnis yang sangat penting.

Prett.

Dia sendirian didalam mansion besar itu.

"Astaga, bosan sekali" ucap Ana.

Jika dia keluar, pasti akan dilarang oleh penjaga dan para maid. Memang benar jika dia selalu dikekang oleh semua orang karena dia memang permata keluarga ini.

Tapi tetap saja dia tidak suka, Ana memiliki jiwa seperti Fio yang selalu ingin bebas dan terbang tanpa dikurung seperti ini.

"Haruskah aku suruh Yallen untuk kemari untuk membawaku keluar?" Ucap Ana.

Benar! Yallen adalah harapannya untuk keluar dari sini!

Dengan cepat dia membuka ponselnya dan menelpon sahabatnya itu disana.

Btw, Yallen adalah anak Jane. Kalian ingat bukan?

"Hey, kemarilah" ucap Ana.

"Okay! Aku tunggu" ucap Ana.

Setelah telpon itu ditutup, dia langsung berdiri dan berjalan kearah kamar mandi untuk membersihkan dirinya lalu mengganti bajunya.

Setelah selesai, dia turun kebawah.

"Kau ingin kemana?" Ucap Serena.

Ya, dia masih bekerja disini selama ini. Bahkan Vincent dan Victor pun, tapi mereka hanya bertugas di dalam mansion. Tidak diberikan misi lapangan karena usia mereka.

"Nenek, kau mengagetkanku. Apakah brothers sudah kembali?" ucap Ana.

"Tuan muda belum kembali, kenapa kau menanyakan itu?" Ucap Serena.

"Aku ingin pergi bersama Yallen sekarang, hanya sebentar" ucap Ana.

"Kemana? Biarkan beberapa orang menemani kalian" ucap Serena.

"Tidak usah! Ini urusan gadis dan tidak ada seorang pria pun yang harus tahu, nenek" ucap Ana.

Serena menatap Ana dengan tatapan curiga, pasti anak ini akan pergi ke bar atau apapun itu namanya setelah ini.

"Nenek Serena, ayolah" ucap Ana.

"Aku tidak bisa mengambil resiko, Feliciana" ucap Serena.

"Aku berjanji akan segera kembali! Lagipula kau bisa memantauku melalui GPS bukan?" Ucap Ana.

"Jika Enzo dan Leo pulang, kau sendiri yang harus menjelaskannya" ucap Serena.

"Deal!" Ucap Ana senang.

Lalu datang seseorang dari arah pintu.

"Feliciana Salvatore Ferragamo, I'm coming!!" Teriak Yallen menggelegar didalam mansion.

Dia langsung berlari kearah gadis itu dan menggandengnya kearah pintu lagi dengan cepat, suara Yallen begitu keras hingga membuat telinga siapapun akan sakit mendengarnya.

"Kau membawa mobil bukan?" Ucap Ana.

"Tentu saja, jika tidak bagaimana caraku datang kesini?" Ucap Yallen.

"Baguslah, jika memakai mobil disini pasti akan ada pelacakannya" ucap Ana.

"Kenapa kau sangat tidak mau diperlakukan bak putri seperti ini? Mereka semua peduli padamu" ucap Yallen.

"Kau tidak merasakan apa yang aku rasakan selama 19 tahun ini, Yallen. Ketahuilah itu" ucap Ana lumayan serius disana.

"Okay okay, ayo pergi" ucap Yallen.

Dia tidak ingin membuat sahabatnya itu marah sekarang, itu tidak akan bagus jika mood Ana menjadi buruk.

Mereka masuk kedalam mobil dan pergi dari mansion besar itu dengan cepat karena Yallen yang mengemudikan mobil sekarang.

Yallen adalah yang terbaik jika harus mengemudikan mobil seperti pembalap, itulah keahliannya.

"Kita akan kemana" ucap Ana.

"Ada salah satu bar mewah yang akan dibuka, bukankah kita harus mengunjunginya?" Ucap Yallen.

"Jika aku ketahuan lagi masuk kedalam sebuah bar, kedua kakakku pasti akan membunuhku kali ini" ucap Ana.

Yallen tertawa mendengar itu.

"Tenang saja, aku sudah atur semuanya. Lagipula akan aku pastikan jika kedua kakakmu tidak akan ada disana" ucap Yallen.

"Bukan hanya kedua kakakku tapi mata-mata mereka! Astaga kau sungguh tidak mengerti dengan semuanya" ucap Ana kesal.

"Sudah aku bilang tenang. Kita akan bersenang-senang malam ini" ucap Yallen sembari tersenyum.

"Huh?" Ucap Ana bingung.

Yallen hanya tersenyum kecil dan terus mengemudikan mobil kearah sebuah hotel untuk mereka diami sampai nanti.

.

.

.

Disisi lain.

Tepatnya di Bandara Udara Catania-Fontanarossaz bandara internasional utama di Sisilia.

Sebuah jet pribadi mewah baru saja mendarat di Sisilia ini. Pesawat dengan warna hitam yang terlihat sangat elegan itu terlihat begitu indah dibawah terpaan sinar matahari.

Terlihat pintu pesawat itu terbuka dan keluarlah seorang pria tampan dengan kacamata hitam disana.

"Tsar', dobro pozhalovat' na Sitsiliyu (Tsar, selamat datang di Sisilia)" ucap seorang pria yang menyambutnya dibawah sana.

Pria itu hanya diam dan masuk kedalam mobil yang sudah siap disana.

"kudaty posle etogo?" Ucap pria tadi.

"Bicaralah bahasa Italia, aku mengerti itu" ucapnya.

"Si, setelah ini anda akan kemana?" Ucap pria satunya.

"Pembukaan bar temanku di Palermo" ucapnya.

Mobil itu langsung melaju ke ibu kota Sisilia itu dengan cepat.

Pria tampan yang masih memakai kacamata itu diam dan menutup matanya karena merasa lelah selama perjalanan tadi.

"Haruskah aku memintanya untuk menyiapkan beberapa wanita nanti?" Ucap pria tadi.

"Aku kesana untuk menemui temanku, bukan untuk ditemani jalang jalang itu" ucapnya dingin.

"Maaf, Tsar" ucap pria tadi lagi.

Aura didalam mobil itu sungguh kelam dan engap, seolah-olah jika mobil itu dipenuhi oleh banyak orang padahal hanya ada mereka bertiga.

Supir, Tsar dan pria tadi.

"Dan jadwalkan pertemuanku dengan ketua Jervanos dan La Cosa Nostra" ucapnya.

"Si" ucap pria tadi.

Ya, dia harus bertemu kedua pemimpin mafia paling berkuasa di Sisilia ini.

Tentunya untuk kepentingan bisnis.

Tapi bagaimana jika awalnya ingin kepentingan bisnis berubah menjadi hal yang lain nantinya?

.

.

.

TBC

I Was Born As The Mafia Lord's DaughterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang