Bab 5

6K 669 22
                                    

Hai, sorry jarang update 😭🙏
Sorry juga kalo banyak typo bertebaran, aku ga sempat cek karena banyak urusan wkwk 🙏

Jangan lupa vote dan enjoy bacanya~

.

.

.

Ana sedang berlari kearah jalan raya dan mencari taksi disana. Astaga, dia benar-benar gila! Bagaimana bisa dia menjadi seperti ini dan kehilangan keperawanannya!!!

Sialan!!

Setelah mendapatkan taksi, dia meminta untuk diantarkan menuju mansion dan meminta untuk ngebut seedan-edannya sekarang.

Ana mengambil ponselnya dan menelpon Yallen disana.

"Sialan, dia tidak mengangkat telponnya. Astaga, wanita ini!" Ucap Ana kesal.

"Kau kenapa, nak? Pagi-pagi seperti ini sudah mengumpat saja" ucap bapak sopir taksi.

Ana langsung menunjukkan wajah biasa saja disana. Yang tadinya dia marah sekarang wajahnya berubah ketika orang tua itu bertanya padanya.

"Ini adalah pagi terburuk dalam hidupku" ucap Ana sembari tertawa garing.

"Ada ruam merah di lehermu" ucapnya.

Huh?

Dia langsung membuka kamera dan melihat kearah lehernya dan ada! Ada kissmark di lehernya!

Dasar brengsek!

"Terimakasih sudah memberitahuku, jika kau tidak melakukannya mungkin saat sampai di rumah aku akan langsung dibantai oleh kakak-kakakku" ucap Ana.

Dia membawa foundation dan bedak lalu menutupi kissmark yang ada dilehernya itu.

Tak terasa sekarang dia sudah sampai didepan mansion.

Sopir taksi itu melongo melihat mansion itu, dia benar-benar mengantarkan seorang gadis yang mengatakan jika ini adalah pagi terburuknya kesini?

"Kau tinggal disini?" Ucapnya.

"Ya, ini rumahku" ucap Ana.

Dia membuka pintu mobil dan keluar dari sana, dia berjalan kearah sopir itu dan membuka dompetnya disana.

"Ini ongkosnya, terimakasih" ucap Ana.

"Ini sangat banyak, nona!" Teriak sopir taksi itu.

Tapi Ana sudah masuk kedalam.

Orang-orang yang sedang berjaga diluar langsung memberikan bow padanya saat dia berlari menuju pintu mansion disana.

Saat dia ada didepan pintu, dia berhenti sejenak. Ana merapikan pakaiannya dan menyeka keringatnya disana.

"Okay, semangat Feliciana!" Ucap Ana.

Dia membuka pintu dan berjalan santai seperti biasa disana. Dia harus bisa menutupi rasa gugupnya sekarang, jika dia ketahuan gugup maka habislah sudah.

Karena jika itu terjadi maka dia akan mati kutu didepan kedua kakaknya itu nanti!

Saat masuk, dia melihat kedua kakaknya sedang duduk sembari meminum secangkir kopi dan membaca sesuatu pada iPad yang ada ditangan mereka masing-masing.

"Morning bro" ucap Ana.

"Morning baby" ucap mereka berdua bersamaan.

Dia langsung berjalan kearah tangga dan bermaksud untuk naik keatas dimana kamarnya berada.

"Feliciana" ucap Enzo.

Shit.

"Ya, Enzo?" Ucap Ana lalu berbalik.

"Come here, baby girl" ucap Enzo.

Sialan, sialan, sialan!!

Ana berjalan kearah kedua kakaknya itu dan duduk di sofa samping dimana kedua kakaknya itu duduk disana.

"Semalam kau dimana?" Ucap Enzo.

"Kenapa wajahmu begitu seram, bro" ucap Ana sembari tertawa.

Enzo hanya diam dan menatap Ana dengan tatapan serius saja disana.

"Aku bersama Yallen semalam, bukankah aku sudah memberitahukanmu tadi di telpon?" Ucap Ana.

Sekarang, bukan Enzo yang berbicara. Melainkan Leo! Orang yang paling dia takuti!!!

"Semalam aku dan Enzo mengunjungi sebuah bar yang baru saja buka dan melihat ada seorang gadis yang sangat mirip dengan baby girl kami ini" ucap Leo sembari tersenyum.

Anehnya itu bukan senyuman ramah, tapi itu tertanda bencana.

Sialan, jadi kedua kakaknya itu melihatnya semalam!?

Lalu Ana tertawa lumayan keras disana, dia mengangkat tangannya dan menggerakkan tangannya tak tentu arah.

"Apa yang kau bicarakan, bro. Mana mungkin aku datang ke tempat seperti itu lagi, bukankah aku sudah bilang jika aku tidak ke tempat seperti itu lagi?" Ucap Ana.

"Benarkah?" Ucap Leo.

"Of course!" Ucap Ana.

"Hm, kau naik keatas" ucap Leo.

"Si Fratello (Ya, kakak)" ucap Ana.

Dia berdiri dan berjalan kearah tangga sekarang. Ingin sekali dia berlari naik tapi itu akan membuat kedua kakaknya curiga nanti.

Setelah sudah sampai didalam kamarnya, dia menutup pintu lalu memegang dadanya yang dimana jantungnya berdegup dengan sangat cepat disana.

"Astaga, ini lebih menakutkan daripada bertemu hantu" ucap Ana.

Ana melemparkan tasnya keatas sofa dan langsung menjatuhkan tubuhnya ke atas kasur dengan cepat.

Dia melihat langit langit kamar dan berpikir lagi disana, berpikir tentang apa yang terjadi kemarin dan hari ini.

"Aku sungguh tidak ingat apa yang terjadi kemarin, ada apa sebenarnya?" Ucapnya penasaran.

Saat sedang berpikir, tiba-tiba ponselnya berdering.

"Ini dia" ucap Ana.

Ya, itu dari Yallen.

"Hey! Kau dimana!" Ucap Ana yang sudah kesal.

"Tunggu sebentar Feliciana, jangan langsung berteriak seperti itu. Kepalaku sedang dugem sekarang" ucap Yallen dengan suara serak.

"Ada apa dengan suaramu, seperti orang yang sudah berteriak-teriak seharian" ucap Ana.

"Aku tidak tahu, saat bangun aku ada disebuah kamar hotel dan tanpa busana" ucap Yallen.

Huh? Kenapa kejadian yang dialami oleh Yallen sama sepertinya?

"Apa maksudmu" ucap Ana.

"Sepertinya semalam aku sudah melakukan hal itu dengan seseorang" ucap Yallen.

"Apa!?" Ucap Ana kaget.

"Dan sialnya aku lupa wajah pria itu, aku ingin tahu apakah dia tampan atau tidak! Astaga kesal sekali" ucap Yallen.

"Kau gila" ucap Ana lalu menutup telponnya.

Bagaimana bisa gadis itu memikirkan bagaimana wajah pria yang sedang melakukan sex dengannya daripada dirinya sendiri?

"Astaga, sekarang aku takut. Bagaimana jika benar jika pria tadi tidak memakai pengaman? Apakah aku akan...." Ucap Ana pelan.

Dia langsung menggelengkan kepalanya ketika memikirkan apa yang ada didalam kepalanya disana.

Tidak! Itu tidak mungkin terjadi!

"Jangan memikirkan itu, nanti menjadi kenyataan. Anggap saja itu mimpi buruk, Feliciana. Ya, mimpi buruk" ucap Ana.

Dia menyingkirkan pikiran-pikiran yang mengarah pada itu dan mengatur nafasnya agar tenang.

Dia berdoa agar dia tidak bertemu lagi dengan pria tadi dan semuanya akan baik-baik saja seperti sebelumnya.

.

.

.

TBC

I Was Born As The Mafia Lord's DaughterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang