Me too

149 17 1
                                    

Dari arah dapur Yeri senyum lembut aja ngeliat interaksi Yuqi sama Jihan di ruang tengah, sedikit lega ngeliat temannya itu gak semurung tadi pagi. Setelah ngeletakin apa yang dia masak tadi di meja di depan Yuqi, Yeri inisiatif ngambil alih Jihan.

"Sini Jia sama mama, biar ate Yuqinya bisa mam dulu."

"Lo bikin pasta ini buat gue?"

"Iya, lo tadi bilang mau makan pasta kan, yaudah gue bikinin," Yeri membenarkan posisi Jihan di pangkuannya dan senyum manis ke Yuqi, "Sama sama bestie."

Yuqi meraih mangkuk penuh pasta itu dengan wajah berbinar, "Gak ada niatan bilang makasih tuh, Yeay selamat makan!"

"Cih."

Yuqi ketawa doang lalu menyuap makanannya, "Iya iya, makasih. Enak, masih ada gak?"

"Ck," decak Yeri lalu menggerakkan dagu menunjuk dapur, "Gue udah tau lo rakus, makanya gue bikin banyak."

"Bagus deh."

"Ehe!"

Tawa melengking yang lucu itu langsung aja membuat Yuqi menatap si balita yang heboh banget di pangkuan mamanya. Yeri sendiri bahkan terkekeh ngeliat Jihan yang kayanya seneng banget ngeliat Yuqi, sampe nepuk nepuk tangannya. Sambil makan pasta Yuqi jadi gemes sendiri.

"Kenapa si, hm? Jia mau sama tante ya sayang?"

"Jia ngetawain lo tuh, makan masa sampe belepotan gitu. Kalah sama Jia ya gak," yang dijawab tawa girang balita itu, Yeri lalu mengambil tisu di meja terus dia kasi ke Yuqi, "Nih, bersihin dulu bibir lo."

Bukannya diambil Yuqi justru ngelanjutin makannya dan mencubit pelan pipi gembul Jihan, "Ntar aja. Lagian kamu nyebelin ya, tante jelek bukannya dikasi tau malah diketawain."

"Abis ini ketaman yuk, temenin Jihan jalan jalan. Suntuk nih."

"Lo aja, gue males."

Yeri mutar bola matanya jengah, "Ayolah ki, mageran banget sih kaya babi."

Walau tau sebenarnya apa yang bikin temannya itu malas, tapi Yeri sengaja mengatakan itu. Dia tidak mau Yuqi larut dalam kesedihan lagi, setidaknya untuk sementara.

Yang dikatain cuma ngangkat bahu acuh sambil nunduk ngaduk asal pastanya, "Emang babi yang takut matahari."

"Gak wara--ini mau kemana?" Yeri spontan mendongak saat Yuqi tiba tiba berdiri.

"Ngambil air! Lo kalo berbuat baik setengah setengah sih, bintang satu, pelayanan gak baik."

"DIH! TADI GAK BILANG MAKASI JUGA!"

Yuqi tertawa puas. Dia tidak bohong kalo dia pergi ke dapur mengambil air, tapi baru saja meraih gelas raut wajahnya berubah. Benar benar berbeda dari yang sebelumnya. Karena walau sebentar kesendiriannya saat ini membuat pikirannya kembali dipenuhi kekhawatiran,

"Cas, lo udah makan?"

-------

"Serius deh."

"..hm?"

Yeri nunjukkin sebelah tangannya, "Takut sendiri gue ngeliat lo kalem begini. Ngebacot aja please."

Yuqi ketawa pelan, "Lebay. Gue kalem ya? Gapapa deh sesekali, support system gue lagi gak ada soalnya."

"Tungguin aja, nanti pasti ada lagi."

"Tapi kapan?" pertanyaan itu bukan cuma buat Yeri, tapi juga buat dirinya sendiri. Dengan senyum kecil di wajahnya Yuqi menatap sekitar, menelisik tempat yang pernah dia lewati bersama suaminya tempo hari.

"Jawabannya ada di lo sendiri kok." kata Yeri sembari memeriksa Jihan di stroller yang ternyata tertidur.

"Oh ya? Gue pikir malah penyebabnya dari gue," Yuqi ketawa lirih, masih enggan menatap Yeri, "..it's true right?"

Tepat di bawah pohon ketapang langkah Yeri terhenti, disusul Yuqi yang berjalan bersisian dengannya. Detik berikutnya Yeri ngehela napas sesaat, "Jawabannya emang ada di lo, kapan lo akan berhenti berhenti nyalahin diri lo sendiri."

"Gue gak nyalahin diri, gue emang salah. Gue bikin dia kecewa, gue bikin dia pergi dari rumah," Yuqi berusha menatap segala arah saat matanya mulai berkaca kaca, "Kalo dia marah sama gue harusnya gue yang pergi. Lucas bego, dengan dia pergi gini emang dia bisa ngurus dirinya sendiri, gue bahkan gak tau dia makan sehat atau nggak."

"Kalo lo yang minggat keadaannya juga bakal sama kali."

"Seenggaknya dia dirumah."

"Gini deh," Yeri menarik strollernya lalu menuntun Yuqi agar duduk di bangku di dekat mereka, "Dengan lo ngomong gitu lo seneng itu terjadi?"

"Enggak kan." jawabnya sendiri disusul gelengan kecil oleh Yuqi.

"Kalo lo makin berpikir jauh lebih negatif lagi lo tau kan akibatnya buat kalian berdua?"

Yuqi geming. Ucapan Yeri tadi mampu membuatnya menerawang jauh.

Lagi, Yeri menghela napas, "Harusnya lo sadar, yang bikin Lucas ngejauh itu bukan karena kondisi lo, tapi dia gak suka ngeliat lo nyalah nyalahin diri kaya gini."

"..tapi--"

"--biarin gue ngomong dulu. Kalo lo mau Lucas balik sama lo lagi berhenti ngelakuin itu dan minta maaf sama Lucas."

Akhirnya Yuqi mendongak bersamaan dengan kristal bening yang meluncur bebas di pipinya, "Tapi gue udah ngecewain dia, Yer."

"Persetan sama semuanya dia sampe pergi kaya sekarang itu gara gara lebih kecewa sama kelakuan lo." Yeri akhirnya geram sendiri, tapi dia mencoba tetap tenang dan ngulurin tangannya megang bahu temannya, "Gue tau lo pasti sedih, tapi jangan kaya gini. Bukan cuma lo ki, Lucas juga sama. Buang ego lo dan bicara baik baik sama suami lo. Dengan makin mikir yang enggak enggak lo gak akan nyelesaiin masalah."

Yuqi mencoba menarik napas dalam dalam dan mengusap air matanya. Ucapan panjang lebar Yeri kini membuat kepalanya penuh dengan pertanyaan, apa yang dibilang Yeri itu benar? Kenyataan pahit ini yang membuatnya hilang akal sehingga Lucas menjauh? Dan bagaimana jika Lucas memang kecewa padanya karena dia bermasalah?

Dan hal itu kembali membuat Yuqi ingin menangis. Dia takut, Yuqi tidak ingin suaminya itu pergi darinya.

"Udah baikan nanti jangan lupa kirimin gue tiket liburan ya," Yeri mengusap pundak Yuqi yang melamun, "i was stressed with the stupid behavior of you two."

-------

Nomor yang anda hubungi tidak menjawab...

Lagi, suara operator itu terdengar untuk yang kesekian kalinya menggema di ruangan yang diselimuti sepi ini. Yuqi menghela napas dalam dengan menutup mata, ia melempar ponselnya di sofa.

Yeri sempat menawarkan diri ingin menginap menemaninya, tapi Yuqi menolak cepat. Dia sadar diri sudah sangat merepotkan temannya itu, dan tidak lagi. Maka dari itu, hari ini pun dia menghabiskan malam seorang diri.

Dengan menaikkan kakinya ke sofa lalu memeluk lututnya, Yuqi semakin larut dalam kesendirian. Pandangannya mengarah ke pintu utama, menunggu seseorang yang ternyata masih ingin menghindarkan diri darinya.

"Oke, kalo lo itu mau lo. Sampe besok pagi lo gak balik juga gue yang bakal nyari dan nyeret lo pulang," monolog Yuqi, masih menatap sendu pintu utama, "Lo bego, gak sepinter itu buat sembunyi dari gue."

"Lo gak sepinter itu.., LO GAK SEPINTER ITU CAS!" Yuqi akhirnya berteriak.

Nafasnya memburu, matanya sipitnya kembali mengeluarkan kristal bening. Yang sebenarnya adalah dia tidak sepenuhnya tenang sebagaimana ia di hadapan Yeri seharian ini. Walau berharap kepura puraan itu juga membantunya, tapi Yuqi tidak tahan lagi. Yuqi rindu Lucas.

Semakin larut semakin Yuqi tidak bisa mengontrol emosinya, "BASTARD I MISS YOU HIKS!!!"

Yuqi menangis sejadi jadinya, memeluk erat kedua lututnya dengan bahu bergetar hebat. Semua dapat dia lihat jelas dari balik celah jendela, kedua tangannya terkepal di balik saku hoodie hitam yang dia kenakan, "..me too, me too."












-------
Aku adalah Yeri waktu bikin chapt ini, berantemnya lama euy
Chapt depan enaknya Luqi di ketemuin aja gak wkwkwk

Our Sweet Story ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang