[40]

2.4K 116 2
                                    

______________________________________

HAPPY READING
DON'T FORGET THE ☆
______________________________________

🌻🌻🌻


Langkah kaki Hazel berhenti tepat di depan sebuah pintu apartemen berwarna hitam yang ditempati oleh Naja. Hazel mengatur napasnya terlebih dahulu sebelum masuk ke dalam apartemen. Dia mengusap air mata yang masih tersisa di kedua pipi. Sebuah senyum terpaksa Hazel tunjukkan di wajahnya. Berharap sugesti yang dia lakukan dapat membuat rasa sesak di dadanya berangsur menghilang.

Hazel menjulurkan tangan untuk menekan beberapa tombol angka yang menjadi sandi apartemen Naja. Bunyi bip terdengar bersamaan dengan pintu warna hitam itu terbuka. Hazel melangkahkan kakinya masuk ke dalam apartemen Naja yang terasa begitu sepi malam ini. Apa Naja masih berada di rumah sakit. Hazel juga tidak mengetahui hal itu. Sebab dia langsung datang ke sini dari club tanpa memberitahu Naja terlebih dahulu.

Hazel berjalan menyusuri apartemen Naja yang sepi. Dia mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru lantai satu untuk mencari keberadaan Naja. Namun nihil. Hazel tidak menemukan Naja dimana pun. Kedua kaki pendek Hazel kemudian beranjak untuk menaiki undakan tangga yang akan membawanya menuju lantai dua. Ke area pribadi milik Naja di apartemen ini.

Tangan kanan Hazel terulur untuk membuka pintu kamar Naja. Mendadak tubuh Hazel terdiam bagaikan patung saat melihat pemandangan di kamar Naja. Dari tempatnya berdiri Hazel bisa melihat dengan jelas sosok Naja yang tengah berada di atas tubuh seorang wanita. Lebih parahnya lagi Hazel bisa dengan jelas melihat apa yang sedang dilakukan oleh dua orang itu di atas ranjang lengkap dengan suara desahan mereka yang menggema di kamar kedap suara ini.

“Mas Naja..”

Mendengar lirihan suara Hazel membuat Naja lantas menoleh ke sumber suara. Tepatnya ke arah Hazel yang berdiri terdiam di antara pintu kamar. Naja terdiam kaget saat melihat sosok gadis mungilnya di sana. Sial. Kenapa dia lupa untuk mengunci pintu sebelum menikmati malam bersama dengan wanita bayarannya tadi.

Air mata yang tadi sudah kering akibat ulah Zega kini kembali membasahi kedua pipi Hazel. Kali ini pelakunya adalah Naja. Hazel tidak tau takdir buruk apa yang sedang terjadi padanya malam ini. Tadi dia melihat Naja yang berciuman bahkan masuk ke dalam kamar sewaan bersama dengan seorang wanita. Kini hal yang lebih parah harus kembali Hazel saksikan dengan kedua matanya. Secara jelas Hazel bisa melihat Naja yang sedang bercinta dengan seorang wanita di dalam kamar apartemennya sendiri.

Merasa tidak sanggup lagi untuk melihat pemandangan menyesakkan hati di depan matanya, Hazel memilih untuk memutar tubuh dan berjalan secepat mungkin untuk keluar dari apartemen Naja. Beruntung dirinya tidak sedang memakai gelang kaki keramat yang diberikan Naja sehingga Hazel bisa dengan bebas keluar dari apartemen.

Hazel berjalan cepat menyusuri koridor dengan kedua tangan yang sibuk menghapus air mata yang terus membasahi pipi. Bibirnya bahkan sudah berdarah akibat gigitan kuat yang dilakukan Hazel demi menahan isakan tangis.

Hazel melambaikan tangan untuk memberhentikan sebuah taksi yang beruntungnya lewat di depan kawasan apartemen Naja. Dia masuk ke dalam taksi tanpa sekali pun menoleh lagi ke belakang. Bahkan Hazel tidak berharap sama sekali jika Naja mengejarnya. Dia benar-benar tidak ingin bertemu Naja sekarang. Begitu juga dengan Zega.

Taksi yang membawa Hazel kemudian berhenti di salah satu kawasan pantai. Hazel kemudian turun dari taksi itu setelah membayar biaya taksi. Kedua kaki Hazel melangkah gontai menyusuri bibir pantai yang gelap, hanya ada cahaya remang-remang dari penerangan yang terpasang di sekitar kawasan pantai.

Hazel mendudukkan dirinya di atas pasir pantai. Pandangannya memandang jauh ke arah lautan lepas yang tidak berujung. Pikirannya melayang entah kemana. Berbagai kilasan memori antara dirinya dengan Naja dan Zega mendadak terputar di otak minimalisnya. Hazel tersenyum kecut saat kembali mengingat dua hal yang baru saja mengguncang batinnya.

“gue mau marah sama lo berdua, tapi gue enggak punya hak buat itu. Terus gue harus apa? Kenapa hati gue rasanya sakit banget lihat kalian having sex sama cewek-cewek itu. Lo berdua sama aja ternyata. Zega sialan having sex di club, eh Naja bangsat having sex di apart nya sendiri. Aargh! Gue benci sama lo berdua!” racau Hazel frustasi.

Hazel menghapus air mata yang mengalir di pipi kirinya dengan kasar. “lo berdua tuh sebenernya nganggep gue apa sih? Apa gue cuma jadi mainan lo berdua? Apa emang gue ini cuma boneka yang harus nurutin semua hal yang kalian mau? Kalian tau semua hal tentang gue, tapi gue? Gue bahkan enggak tau apa-apa tentang kalian”

“Ah sialan! Kalian tau apa hal yang paling lucu di sini? Gue ngerasa jadi cewek yang baru aja dikhianatin pacarnya tau gak. Padahal gue bukan siapa-siapa buat kalian. Gue cuma boneka kalian. Gue mainan yang sebentar lagi juga bakalan kalian buang”

Hazel menutup wajahnya dengan kedua tangan. Dia menghembuskan napasnya pelan. Berusaha untuk mengontrol emosi dan rasa sesak di dalam dadanya. “gue mau bebas, gue mau lepas dari kurungan yang kalian bikin. Gue enggak sanggup lagi. Gue capek.. hiks hiks”

“Kamu lupa dengan apa yang saya bilang dulu? Kamu enggak akan pernah bisa lepas dari saya dan Zega tanpa seiizin kami. Ingat Hazel, kamu itu cuma milik saya dan Zega” ujar Naja seraya berjalan mendekat ke arah Hazel.

Hazel spontan menolehkan kepalanya ke sebelah kiri. Dia terkejut saat mendapati Naja mendekat ke arahnya. Hazel berdiri cepat ketika tangan Naja ingin menyentuh bahunya. Dia kemudian melangkah mundur berusaha memberi jarak antara dirinya dan Naja.

“Jadi kamu lihat Zega main juga malem ini?”

Hazel mengepalkan kedua tangannya kesal. Bisa-bisanya Naja bertanya sefrontal itu padanya. “bukan urusan lo!”

Dengan rasa penuh amarah, Hazel bersiap untuk melangkah pergi menjauh dari Naja. Namun belum sempat itu terjadi, Naja sudah terlebih dahulu menahan lengan kanannya kemudian menggendong Hazel di atas bahu layaknya karung beras. Naja membawa Hazel untuk masuk ke dalam mobil miliknya yang terparkir tidak jauh dari tempat mereka berdiri.

Hazel memberontak sekuat tenaga saat Naja mendudukkannya di kursi penumpang bagian depan membuat Naja menahan kedua tangan Hazel yang memberontak dengan tangan kanannya yang besar. Sementara tangan kiri Naja membuka dashboard mobil dan mengambil sebuah jarum suntik di sana. Lalu tanpa aba-aba Naja menusukkan jarum suntik itu di leher Hazel membuat Hazel terpekik terkejut.

Perlahan namun pasti tubuh Hazel menjadi semakin melemah. Kedua tangannya tidak lagi bergerak liar dalam genggaman tangan Naja.
Naja tersenyum miring saat melihat kedua mata Hazel perlahan terpejam. Tubuh mungil Hazel pun sudah lemas tidak bertenaga.

Benar.

Naja baru saja menyuntikkan obat bius kepada Hazel. Melihat Hazel yang sudah tidak sadarkan diri membuat Naja memakaikan seatbelt dan memundurkan sandaran bangku yamg Hazel duduki. Setelah itu dia mengecup singkat bibir Hazel sebelum menjalankan mobilnya menuju apartemen.

🌻🌻🌻

____________________________________

SEE YOU IN THE NEXT CHAPTER
DON'T FORGET THE ☆
____________________________________

Dark SunshineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang