[6]

4.5K 223 0
                                    

______________________________________

HAPPY READING
DON'T FORGET THE ☆
______________________________________

🌻🌻🌻

Sepasang kaki mungil yang dibalut sepatu kets putih itu berjalan perlahan menyusuri koridor lantai tiga HR Hospital. Tangan kanannya menggenggam erat satu buah plastik belanja berisi berbagai macam cemilan dan minuman kemasan. Gadis mungil itu tampak menggemaskan hari ini dengan balutan dress hitam muda dan sebuah kemeja lengan panjang sebagai inner.

 Gadis mungil itu tampak menggemaskan hari ini dengan balutan dress hitam muda dan sebuah kemeja lengan panjang sebagai inner

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hazel tersentak kaget saat merasakan seseorang menepuk bahunya dari arah belakang. Secara otomatis Hazel menolehkan kepalanya ke kanan untuk melihat orang yang baru saja membuatnya terkejut itu. Dia lebih terkejut lagi saat mengetahui identitas orang itu.

“dokter Naja?” kaget Hazel.

Naja terkekeh pelan melihat reaksi terkejut Hazel. “it’s me, Naja

Hazel menghembuskan napasnya pelan. “dokter ngagetin aja tau. Kirain siapa tadi nepuk-nepuk bahu aku”

“emangnya kamu pikir siapa?”

“hantu” balas Hazel tanpa sadar.

Naja tertawa mendengar balasan konyol yang dilontarkan Hazel. Ada-ada saja pikiran gadis mungil di hadapannya ini. “emangnya saya mirip hantu?”

“dokter mah terlalu ganteng kalau jadi hantu”

“oh, jadi menurut kamu saya itu ganteng ya? Udah lolos ujian visual tipe cowok kamu belum?” ujar Naja sambil tersenyum menggoda pada Hazel.

Hazel yang mendengar pertanyaan Naja hanya bisa salah tingkah. Naja dan segala perkataannya selalu bisa membuat Hazel mati kutu. Sebenarnya Naja ini dokter bedah jantung atau dokter cinta sih. Kenapa dari bibirnya selalu bisa mengeluarkan kata-kata gombal yang mampu membuat Hazel salah tingkah. Oh jangan lagi. Jangan lagi sampai ribuan kupu-kupu itu kembali menyerang perut Hazel.

“hm.. kalau gitu aku duluan ya dok, mau jengukin temen aku”

Usai mengatakan itu dengan langkah tergesa Hazel melangkah pergi meninggalkan Naja yang masih terdiam di tempat sambil melihat kepergiannya. Hazel terus melangkahkan kaki mungilnya menuju kamar rawat inap yang ditempati Nindy. Hazel membuka pintu diiringi dengan suara teriakan maha dahsyat yang keluar dari bibir Nindy. Entah apa yang dimakan Nindy hingga bisa berteriak sekencang itu.

Hazel meletakkan kantung plastik yang sedari tadi ia genggam ke atas ranjang Nindy lengkap dengan ekspresi kesal yang menghiasi wajah cantiknya. Nindy ini makin lama makin ngelunjak. Tiap hari ada saja yang dia minta pada Hazel sebelum Hazel datang berkunjung untuk menjenguknya. Bukannya apa, masalahnya yang Nindy minta itu semua hal yang dilarang oleh dokter untuk dikonsumsi. Tapi apa mau dikata, persetan dengan larangan dokter. Nindy lebih memilih untuk mengenyangkan perut dan menyenangkan dirinya sendiri demi rasa puas di hati.

“lo tuh ya lama-lama bikin gue bangkrut” kesal Hazel sembari mendudukkan dirinya di atas ranjang Nindy.

Nindy mendengus sebal mendengar omelan Hazel. “Hazel sayang, ini tuh namanya menebar kebaikan. Kapan lagi lo nyenengin hati gue. Lagian harusnya lo berterima kasih sama gue. Karena gue, lo bakalan dapet pahala berlipat-lipat karena lo udah nyenengin orang yang lagi sakit”

“lo kapan balik sih? Si bucin masih belum ngebolehin lo keluar dari sini?” tanya Hazel sembari membuka satu bungkus keripik kentang yang ada di dalam kantung plastik.

Nindy menyeruput minuman bersoda yang baru saja dia buka. “kata Kevin sih besok gue udah bisa keluar dari sini. Bosen banget gue di sini berhari-hari. Emang gila tuh si Kevin nyekap gue di sini”

Hazel tertawa lebar mendengar gerutuan yang dilontarkan Nindy. Seperti itu lah seorang Kevin yang menurut Hazel over protective dan juga over possessive pada Nindy. Terkadang Hazel pernah membayangkan bagaimana rasanya menjadi Nindy yang memiliki kekasih dengan sifat protektif dan posesif kelewat berlebih seperti Kevin.

Wajar saja, Hazel belum pernah menjalin hubungan dengan laki-laki manapun selama ini. Dia bukannya tidak tertarik pada kaum laki-laki, hanya saja belum ada yang mampu memikat hatinya. Entah kapan Hazel akan bisa merasakan sebuah hubungan yang menurut teman-temannya sangat menyenangkan itu.

Mungkin suatu hari nanti.

Semoga saja.

Hazel dan Nindy kembali melanjutkan obrolan mereka. Saat keduanya bertemu, entah mengapa tidak pernah sekalipun mereka kehilangan topik untuk bertukar cerita. Pasti ada saja yang menjadi bahan perbincangan mereka. Hazel dan Nindy pertama kali bertemu pada saat ospek fakultas yang mana pada saat itu mereka tergabung di dalam satu kelompok yang sama. Kebetulan juga hanya mereka yang satu jurusan di kelompok ospek itu. Merasa cocok satu sama lain membuat pertemanan Hazel dan Nindy berlanjut hingga sekarang.

Menit demi menit berlalu. Mentari yang tadi berada di puncak langit perlahan menuruni singgasananya. Membuat cahaya berkilau di langit sedikit demi sedikit menghilang digantikan dengan semburat jingga yang mulai muncul ke permukaan.

Hazel memerhatikan langit yang mulai berubah warna. Dia terkejut saat mengetahui hari sudah mulai memasuki malam. Rasanya baru tadi siang dia pulang kuliah dan langsung bergegas ke rumah sakit untuk menjenguk Nindy. Tetapi kenapa tiba-tiba hari sudah mulai menggelap saja. Hazel benar-benar tidak sadar dengan perubahan waktu yang terjadi begitu cepat.

Hazel bangkit dari duduknya di atas ranjang Nindy. “gue balik dulu, udah mau malem ternyata”

Nindy mengangguk mengiyakan. “okay, lo balik aja sana. Bentar lagi Kevin juga dateng. Katanya dia mau ke sini balik dari kantor”

“jangan macem-macem lo berdua” ujar Hazel menyipitkan kedua matanya curiga.

Nindy menempelkan jari telunjuknya ke bibir. “sstt.. anak kecil enggak boleh tau”

Sontak saja perkataan Nindy mendapat makian kesal tanpa suara dari Hazel. Reaksi blak-blakkan Hazel itu sukses membuat Nindy tertawa lebar. Menggoda gadis polos seperti Hazel itu sangat menyenangkan bagi Nindy. Lagipula sejak berteman dengannya, Hazel tidak lagi polos seperti saat pertama kali mereka bertemu. Setidaknya Hazel sudah mulai mengerti hal-hal yang berbau dewasa berkat ajaran Nindy.

Malas meladeni Nindy lebih jauh, Hazel memutuskan untuk melangkahkan kaki keluar dari kamar rawat inap Nindy. Dia kembali menyusuri koridor ruang rawat inap yang sepi seorang diri.

Hazel spontan menolehkan kepalanya ke kiri saat merasakan ada sebuah tangan kekar melingkari kedua bahunya. Betapa terkejutnya Hazel saat lagi-lagi mendapati Naja berdiri sempurna di sebelahnya dengan sebuah senyuman tipis yang menambah kadar ketampanan pria itu.

“dokter?”

🌻🌻🌻

____________________________________

SEE YOU IN THE NEXT CHAPTER
DON'T FORGET THE ☆
____________________________________

Dark SunshineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang