[41]

2.9K 117 5
                                    

______________________________________

HAPPY READING
DON'T FORGET THE ☆
______________________________________

🌻🌻🌻


Hazel mengerjapkan kedua matanya berusaha sekuat tenaga untuk menyesuaikan cahaya ruangan yang dia tempati. Saat matanya sudah terbuka sempurna, langit-langit kamar Naja lah yang menjadi pemandangan pertamanya. Hazel menghembuskan napas lelah ketika lagi-lagi dirinya terjebak di dalam apartemen Naja.

Hazel melirikkan matanya ke samping kanan, dia tersentak kaget saat melihat sosok Zega yang tengah tersenyum lebar menyapa dirinya. Melihat itu membuat Hazel mendengus sebal. Bisa-bisanya pria itu tersenyum lebar setelah semua hal yang terjadi.

Hey Bunny

Hazel mengabaikan sapaan Zega. Dia lebih memilih untuk mendudukkan dirinya di atas ranjang Naja. Hazel memejamkan kedua matanya saat merasakan pusing yang mendera kepalanya.

Naja sialan. Tega banget lo ngebius gue

“mau kemana?” tanya Zega menahan lengan Hazel yang ingin beranjak pergi.

Hazel menyentakkan tangan Zega kasar. “bukan urusan lo”

Dengan sekuat tenaga Hazel berjalan pergi keluar dari kamar meninggalkan Zega terduduk seorang diri di atas ranjang Naja. Hazel melangkahkan kakinya menuruni tangga yang ada di apartemen Naja. Satu tujuannya saat ini, pintu apartemen Naja. Hazel harus keluar dari apartemen Naja bagaimana pun caranya.

“AAKKH!!”

Hazel terkejut saat rasa tersentrum itu kembali dia rasakan saat dirinya mendekati pintu apartemen Naja. Hazel jatuh terduduk sembari memegang kaki kanannya yang terasa sangat menyakitkan. Dia menggeram kesal saat melihat sebuah gelang kaki yang melingkar erat di pergelangan kaki kanannya. Hazel yakin, gelang kaki inilah penyebabnya.

Gelang kaki sialan!

Dengan tidak mempedulikan rasa sakit di pergelangan kakinya, Hazel kembali mencoba untuk melewati area terlarang itu. Namun bukannya berhasil, Hazel malah kembali merasa tersentrum. Ini bahkan lebih menyakitkan daripada yang sebelumnya.

Hazel kembali jatuh terduduk sembari meringis kesakitan. Dia menggigit bibirnya kuat menahan rasa sakit yang ada pada pergelangan kakinya. Dengan sekuat tenaga Hazel berusaha untuk melepaskan gelang kaki itu. Dia mencoba menarik, memukul, dan melakukan segala cara lain demi untuk bisa melepaskan gelang kaki itu. Hazel menangis keras saat merasa frustasi dengan dirinya yang tidak mampu membuka gelang kaki itu dari pergelangan kaki kanannya.

“kamu enggak akan pernah bisa membuka gelang kaki itu, Hazelnut ” ujar Naja seraya tersenyum miring.

Zega yang berada di sebelah Naja berjongkok untuk menyamai tingginya dengan Hazel. Dia mengulurkan kedua tangannya untuk mengangkat tubuh mungil Hazel yang langsung mendapat penolakan keras dari Hazel. Tidak peduli dengan penolakan yang diberikan Hazel, Zega dengan mudahnya membawa Hazel ke ruang tengah apartemen.

Hazel mendongakkan kepala untuk melihat Naja dan Zega yang berdiri menjulang di depannya yang tadi di dudukkan Zega di atas sofa.

“bukain” pintaya pada Naja. “bukain Mas, aku mau pulang”

Naja terkekeh. “memangnya ada yang izinin kamu pulang?”

Hazel berdiri dari duduknya. “terserah! Pokoknya aku mau pulang! Aku mau pulang Mas! Aku enggak mau ketemu kalian lagi. Aku capek. Aku muak sama semua kelakuan kalian”

“kalian bisa bebas ngelakuin apa aja yang kalian mau, tapi aku enggak. Kalian ngekang aku. Kalian larang aku ini itu. Aku enggak boleh ngelakuin apapun tanpa izin dari kalian. Kalian juga tau semua hal tentang aku, tapi aku enggak tau apapun tentang kalian. Aku ngerasa kayak simpenan kalian tau gak, atau aku ini emang beneran simpenan kalian? Oh, bukan. Aku ini kan cuma boneka kalian. Boneka yang bisa kalian atur-atur. Boneka yang bisa kalian mainin sesuka hati. Terus kalau kalian bosan, kalian akan dengan gampangnya ngebuang aku” seru Hazel menyalurkan rasa amarahnya yang terpendam sejak tadi malam.

Dada Hazel bergerak naik turun secara cepat seiring dengan deru napasnya yang terdengar memburu. Hazel berusaha meraup oksigen sebanyak yang ia bisa setelah berbicara panjang lebar kepada Naja dan Zega.

Hazel menatap Naja dan Zega bergantian. Ada tatapan permohonan yang dipancarkan kedua netra coklat Hazel. “please let me go, let me be free. Aku juga mau hidup normal kayak temen-temen aku yang lain”

“udah marah-marahnya? Nih, minum dulu” ujar Naja sambil menyodorkan air minum kepada Hazel karena memang saat Hazel tersentrum tadi dia sedang ada di dapur mengambil air minum untuk Hazel minum saat terbangun nanti. Namun ternyata ada sebuah pertunjukan hang lebih menarik terjadi di apartemennya.

“kamu makin gemesin kalau lagi marah-marah kayak gini” timpal Zega mencubit gemas kedua pipi Hazel.

Hazel dibuat melongo tidak percaya melihat respon kelewat santai yang ditunjukkan oleh Naja dan Zega. Apa-apaan ini. Dirinya sudah lelah berkoar-koar marah, eh tetapi dua iblis itu hanya menanggapi dengan santai. Seolah kejadian Hazel marah-marah tadi hanyalah sebuah pertunjukkan yang cukup menghibur bagi mereka.

Zega menggendong bridal Hazel lalu mendudukkan dirinya di atas sofa. Membuat Hazel duduk menyamping di atas kedua paha Zega. Zega membantu Hazel untuk minum meski harus dengan paksaan. Sementara Naja melihat pergelangan kaki Hazel yang memerah.

Zega dan Naja menatap kedua mata Hazel secara bersamaan membuat Hazel mau tidak mau memfokuskan pandangan matanya kepada kedua orang itu.

you are ours to play and ours to please. You won’t be able to leave without our permission, Bunny

remember, disobedience means punishment, Hazelnut

🌻🌻🌻

____________________________________

SEE YOU IN THE NEXT CHAPTER
DON'T FORGET THE ☆
____________________________________

Dark SunshineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang