Masa Lalu

8 0 0
                                    

Terbiasa dengannya. hingga apapun itu, menerima adalah solusinya.
🌼🌼🌼

Jasmine menatap ke luar jendela dengan tatapan kosong. Ia membiarkan setetes air dari pelupuk matanya jatuh, entahlah dirinya tiba tiba merindukan banyak sosok di masa lalu. kembali merasakan arti sepi sesungguhnya lagi.

Jasmine terus menatap ke depan sampai tak sadar bahwa mobil yang di kemudi Lionel berhenti di depan apotik. Sampai laki laki itu keluar dengan kantung kresek di tangannya pun tak membuat Jasmine sadar saking fokus menelusuri masa lalunya.

"Mel?" panggil Lionel menatap ke sampingnya.

"Mela?"

"Melati!"

"Ha? I-iya Lan?" kaget Jasmine.

"Lan? Siapa Lan?" tanya Lionel,

Jasmine tak mengubris, ia menatap laki laki itu tak minat, "Kenapa Lio?"

"Jawab gue dulu, Lan siapa?"

"Bukan siapa siapa."

"Terus kenapa lo salah sebut pake nama itu?"

"Gak sengaja, udah ih gue gak mood debat." balas Jasmine kembali membuang pandangannya ke depan.

Lionel ikut berhenti, ia kembali menyetir mobilnya menuju rumahnya.

🌼🌼🌼

Laki laki berjaket hitam pekat menghempaskan tubuhnya ke atas kasurnya. Menatap langit langit kamar dengan pikiran yang tak tentu.

"Gue harus gimana?"

Tak ingin stress dengan pikiran yang banyak, Arlan bangun hendak menuju kamar mandinya tapi ia menemukan satu foto yang terbingkai di gantung tepat di depan kasurnya.

"Lan, dengerin penjelasan gue dulu!"

"Penjalasan apa? Penjelasan tentang cara gimana lo mainin rencana ini? Iya? Gitu?" sentak Arlan menghempas tangan kecil gadis di sampingnya yang terus mengejar langkahnya.

"Lo salah paham! Gue gak bu--"

"STOP JASMINE! Gue udah liat apa yang lo lakuin."

"Gue gak lakuin itu, gue gak sengaja --"

"Gak sengaja? Lo gak sengaja bunuh nyokap gue? NYOKAP GUE LO BUNUH, JAS? terus lo masih ngomong gak sengaja?"

Jasmine menggeleng dengan air mata yang sudah membanjiri pipinya,

"Bersyukur lo gak gue laporin! Jadi tolong jangan ikutin gue dan nyoba buat bunuh gue. Gue udah tersiksa dengan kematian nyokap gue!"

Jasmine sesegukan masih menggeleng dengan setiap kata Arlan barusan. Sampai Arlan pergi dan meninggalkan dirinya di halaman depan rumah cowok itu, Jasmine masih terus sesegukan.

Arlan mengusap dataran kaca bingkai foto yang tadi ia tatap. Tersenyum tipis menemukan tulisan di bawah bingkai itu.

Alan ganteng deh, gak usah panggil gue Jamen lagi ya. Hadiah gue bagus soalnya jadi awas aja lo manggil gue jamen.

"Udah kok, gue udah gak manggil lo Jamen kan."

Ya!
Arlan menyimpan kenangan bersama Jasmine tapi bukan berarti laki laki itu dapat melupakan kesalahan gadis di foto itu. Arlan masih terus mengingatnya sampai ia merasakan sakit serta nyeri di hatinya. Setiap kali dirinya ingin memaafkan gadis itu, selalu kenangan buruk kala mendapati Jasmine keluar dari rumahnya yang saat itu di dalamnnya terdapat tubuh ibunya yang terkapar tak bernyawa.
Sangat sulit melupakan kedua kenangan itu.

Just - MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang