Sebuah Keputusan

17 0 0
                                    

Untuk mencintai, kita perlu egois.
Bukan untuk merebut tapi mempertahankan
🌼🌼🌼

Dia, seseorang yang menganggap bahwa hidupnya tidak berharga, dibenci dan selalu mendapatkan petaka kini kembali memikirkan arti perjalanan kehidupannya. Jasmine yang mengalami kemalangan mulai dari tak di anggapnya dia di dalam keluarganya sampai memilih keluar dari rumah karena satu kesalahan yang tidak ia sengaja.

Dirinya mengingat dan kembali mempertanyakan kehidupannya di temani angin di taman sekolah. Pagi ini ia sengaja berangkat pagi tanpa mobil bahkan tanpa pengetahuan Lionel.

"Disini lo ternyata!" seru salah suara yang datang dari belakang Jasmine, saat ia melirik si pemilik suara ia tersenyum.

"Ada guru yang masuk?" tanya Jasmine.

Melati menggeleng, ia memberikan bika siomay yang di pegangnnya tadi pada Jasmine, berniat membagi makanannya.

Jasmine menerimanya karena dia juga sedang lapar, "Thanks."

"Lo kenapa gak masuk? Malah belok kesini?" tanya Melati.

Jasmine diam dengan pikirannya walau tangannya sedang sibuk menyuapkan siomay ke dalam mulutnya.

"Lo masih kepikiran soal kemaren?" tanya Melati lagi dan tetap di jawab senyap oleh gadis disampingnya membuatnya paham.

"Soal kemaren kan udah beres. Udah gak ada juga tuh yang ngomongin lo. Kalo masih ada pun, lo tinggal ngomong sama gue. Biar gue cungkil tuh bibir-bibir gak berfaedah." cerocos Melati.

Jasmine melirik Melati, tiba-tiba bibirnya melengkung ke bawah dengan binar yang mengkilap. Jasmine langsung memeluk Melati.

"Gue punya salah apa sih? Sampe kehidupan gak pernah adil sama gue. Gue selalu di pukul sama masalah yang gak ada abisnya. Gue capek, Mel!" rengek Jasmine, dia tidak menangis!

Melati yang tak tau harus apa hanya bisa mengusap punggung Jasmine.

"Gue udah capek sama semua hal disekeliling gue. Gue gak mau milih tapi selalu aja ada pilihan di depan gue. Gue gak mau nyakitin orang tapi tetep ada aja yang maksa gue buat nyakitin orang. Gue harus apa, Mel?" Jasmine melepas pelukannya agar bumbu siomay tidak tumpah di seragam Melati.

Kini dirinya menatap Melati, menuntut jawaban.

"Lo harus milih apa?" tanya Melati yang kini binggung dengan arah pembicaraan Jasmine.

Jasmine diam, tubuhnya melemah, melihat siomay yang menggoda malah membuatnya tidak nafsu makan. Kedua laki-laki itu hanya menambah beban pikirannya saja.

Dengan gaya lunglai Jasmine berkata, "Gue di tembak cowok!"

Jasmine melirik Melati yang hanya diam mendengar kalimat itu, kalimat yang seharusnya di sambut heboh.

Namun beberapa lama barulah ...

"WHAT?" seru Melati memekakkan telinga Jasmine.

"Respon lo telat!" timpal Jasmine.

"Ini beneran? Siapa? Crush lo? Gue kenal gak? Ganteng gak?" tanya Melati beruntun.

Melihat temannya itu hanya lunglai, Melati menggoyangkan tubuh Jasmine kencang.

"Siapaa Jas? Lo mah, di tembak cowok tuh harus seneng karena itu artinya lo laku. Ini lo malah sedih kek di pikul beban berat banget." celoteh Melati.

"Oh ya, hubungan Tuhan gak adil sama ini apa? Padahal lo udah di kasih jantan tapi lo masih nganggep Tuhan gak adil." tambahnya lagi.

Jasmine mendengar itu menoyor kepala Melati, kenapa gadis itu selalu gampang mengeluarkan perkataan yang random seperti tadi? Gadis itu memang aneh.

"Gue harus milih mereka berdua." jawab Jasmine melemah.

Just - MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang