part 14

268 37 0
                                    

Bismillah

               Saranjana I'm In Love

#part 14

#by: R.D.Lestari.

"Dari tadi saya tak melihat siapa-siapa, Pak. Hanya Bapak seorang," Willy menatap aneh bosnya yang celingak-celinguk mencari sesuatu.

"Ada... Wil. Gadis cantik pakai baju kuning bunga-bunga," Reagan menegaskan. Ia pun juga heran, Jelita pergi terlalu cepat.

"Sudahlah, Pak. Mungkin Bapak berhalusinasi saja," Willy lalu menarik tangan Reagan.

"Ayo, Pak. Semakin cepat kita keluar dari hutan ini, akan semakin baik. Kata penduduk, hutan ini masih sangat rawan dengan binatang buas dan juga makhluk tak kasat mata," ungkap Willy.

Reagan mengangguk. Ia teramat lelah untuk berdebat dan memilih pasrah saat Willy membawanya bertemu dengan teman-teman dan warga yang mencarinya.

Hanya senyum getir terulas dari bibirnya. Ia kecewa karena Jelita tak ada untuk mengantarnya. Perpisahan singkat tapi setidaknya memberi banyak kesan.

***

Reagan memilih untuk pindah ke hotel yang punya fasilitas lengkap di Kota Kalimantan. Jauh dari Desa yang warganya sempat menolongnya.

Reagan yang tau diri memberikan sejumlah uang untuk ucapan terima kasih. Warga Desa sungguh menyambut baik karena uang yang di beri dalam jumlah yang sangat besar, dan itu bisa mereka pergunakan untuk kesejahteraan Desa.

Kelima karyawannya pun sudah ia pulangkan. Hanya dirinya dan Willy yang masih menetap.

Reagan masih saja penasaran dengan Jelita dan sangat ingin bertemu dengan gadis yang menolong nyawanya sebelum ia benar-benar terbang kembali ke kotanya.

"Pak, kapan kita akan kembali pulang? Nyonya sudah resah berulang kali menelpon saya. Ia bilang hand phone Bapak sedari kemarin tidak aktif," ujar Willy pagi itu saat menemui Reagan di balkon yang sedang menyesap kopi susunya.

Reagan menoleh. "Aku memang sengaja, Wil. Sekali-sekali ingin bersantai. Padatnya jadwal kadang membuat kepalaku sakit. Biarlah Wilson yang menggantikanku sementara selama aku tak ada," jawab Reagan seperti tanpa beban.

"Tapi, Bapak tau sendiri, Pak Wilson lebih senang bermain musik ketimbang mengurus Perusahaan seperti Bapak. Bisa gawat jika di tinggal berlama-lama. Bapak harus menyadari banyak yang bergantung nasib dengan Perusahaan Bapak," ungkap Willy sehati-hati mungkin. Ia takut Reagan tersinggung dengan ucapannya.

Lelaki berpostur tinggi itu bergeming. Pandangannya lurus menuju luar. Menikmati barisan pepohonan dan bunga-bunga yang saling bersisian.

"Oke, besok kita pulang, tapi berikan kunci mobil sekarang. Aku mau pergi," lirih Reagan.

William lalu menyerahkan kunci yang berada di kantongnya.

"Bapak mau ke mana? biar saya antar," Willy menawarkan diri. Ia takut Reagan tersesat dan hilang seperti beberapa hari yang lalu.

"Hmm, tak perlu. Aku hanya berkeliling sebentar," tolak Reagan.

Ia lalu meraih jaket dan bergegas keluar dari hotel menuju prakiraan di mana mobil sewaan terparkir aman.

Mobil memutar dan melaju cukup kencang. Pikirannya sedari kemarin tak pernah lepas dari gadis pemberani yang beberapa kali menolongnya dan menyelamatkan nyawanya.

Ia ingin bertemu walau cuma sekali. Pertemuan singkat pun tak mengapa asal bisa melihatnya.

Rindu teramat membuncah, meski perkenalan mereka yangg begitu singkat. Bak tertancap panah asmara dewi cinta, lelaki yang biasa dingin pada wanita itu kini seperti terhopnotis oleh gadis misterius yang bernama Jelita.

Saranjana I'm In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang