part 25

243 26 0
                                    

Bismillah

             Saranjana I'm In Love

#part 25

#by: R.D.Lestari

Kelopak mata indah itu mengerjap menimbulkan getaran di dalam hati Wilson. Bak magnet yang menarik, wajah Wilson semakin mendekat, dan ...

"Plakkk!"

"Awww!"

Wilson menyentuh pipinya yang merah akibat tamparan dari Berlian. Kilat amarah terekam jelas di matanya.

"Apaan sih, Lian?" protes Wilson. Ia mundur menjauh dari gadis yang baru saja mendaratkan tangan di pipinya.

Lian berdecak kesal. "Kamu mau ngapain? gak sopan!" makinya.

Wilson yang menyadari kesalahannya mengutuk dirinya sendiri. Otaknya berpikir keras untuk mencari alasan. Ia tak ingin perbuatannya berbuntut menjadi permusuhan antara dirinya dan Berlian.

"I-- itu, ta--tadi... ada laba-laba di rambutmu," ucap Wilson terbata. Pria yang punya mata abu-abu sama seperti milik Reagan itu berkilah.

Berlian memicingkan mata seolah tak percaya. "Iyakah?"

Wilson mengangguk cepat. "Oh, oke."
Berlian menggeser tubuhnya menjauh dan mengambil berkas di meja yang memang ia bawa.

"Nih, seminggu lagi kita konser di daerah Kalimantan,"

"Seminggu lagi? kok mendadak? bukannya kemarin katanya sebulan lagi?"

"Emh, iya, tapi karena Band kita itu belum banyak di kenal, kita cuma sebagai pelengkap aja,"

"Tapi, jangan sedih. Anggap saja ini sebagai promo yang di bayar," papar Berlian.

Wilson menghela napas. Ia memandang sayu ke arah Berlian. "Apa tak sebaiknya kita batalkan saja? rasanya sedih mendengar Band kita cuma jadi pelengkap," jawab Wilson dengan nada kecewa.

"Jangan... The Banditz harus tetap tampil. Ini kesempatan kita untuk di kenal masyarakat luas,"

"Ayolah, Wil. Ini bukan masanya menyerah. Kita baru saja memulai," Berlian berusaha membujuk Wilson yang nampak ogah-ogahan.

"Tapi, bukannya lagu kita sempat tranding di youtube?"

"Ya, benar, tapi itu kan di kota. Di daerah belum banyak yang tau. Jadi,sudahlah. Bersabar saja, oke!" Berlian menepuk pelan pundak Wilson.

"Aku pulang dulu, emh, salam sama kakakmu, ya," gadis itu tersenyum malu-malu.

Wilson menatap sengit. Bisa-bisanya gadis itu menjadikannya penyampai pesan. Huh, benar-benar menyebalkan!

"Kau bilang sendiri saja. Orangnya paling lagi santai di balkon atas," Wilson membuang muka saat mata mereka saling bersitatap.

"Ish, kok gitu, sih?" Berlian mencebik. Gadis itu bangkit dan memutar tubuhnya.

"Pokoknya harus disampein. Kalau enggak aku berhenti jadi manager sekarang juga," tukasnya seraya menghentak kaki dan berlalu pergi begitu saja.

Wilson terhenyak dan menatap gadis yang perlahan menjauh darinya. Ia tak habis pikir dengan ancaman Berlian. Apa sebegitu sukanya ia pada Reagan?

***

Suara alunan musik piano yang mendayu-dayu membuat Reagan yang
sedang dilanda bimbang semakin merasakan perih pada hatinya.

Beberapa gelas wisky sudah ia teguk dan kini kepalanya terasa pusing.

Ya, Si Pemilik Reagan Motor Company itu sedang frustasi. Berulang kali ia berusaha menghubungi Jelita, gadis yang ia taksir, tak jua menemukan hasil.

Saranjana I'm In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang