part 30

225 30 1
                                    

Bismillah

Saranjana I'm In Love

#part 30

#by: R.D.Lestari.

Reagan menatap langit yang di taburi bintang saat Sefia pergi begitu saja bersama Berlian.

Ia menyentuh dadanya yang berdegup kencang. Memikirkan Sefia yang sudah membuat hari-harinya berbeda.

Di tempat lain, Sefia memandang sendu ke arah luar jendela, di mana deburan ombak terdengar bersahut-sahutan.

Angin laut menerpa rambutnya yang panjang. Matanya tak lepas dari lelaki di ujung sana yang duduk seorang diri.

Ia ingin mendekat dan memeluknya dari belakang. Mengucapkan kata cinta dan bersenandung rindu untuknya.

Namun, ia sadar, dunia mereka berbeda. Membawanya ke dunia tempatnya tinggal sama saja dengan meminta nyawanya.

Ia pun tak mungkin berlama-lama berada di kehidupan yang bukan tempatnya.

Mereka berbeda. Hidup di dua dunia dan dimensi berbeda.

Jelita mendesah. Apakah ia harus jujur saja jika Sefia itu adalah dirinya?

Apakah Reagan mau menerima dirinya yang berbeda alam dengannya?

Atau ... ia mengalah dan menjadikan Berlian sebagai penggantinya?

Jelita resah. Namun, melihat ketulusan Reagan, ia merasa bersalah. Mau sampai kapan ia menutupi semua kebohongan?

Ia tercekat saat melihat Reagan bangkit dan berjalan dengan langkah lunglai.

Secepat kilat ia melesat dan menggunakan kekuatannya begitu saja, bertepatan dengan Berlian yang masuk ke dalam kamar.

Mata gadis berambut panjang sebahu itu melebar, seolah tak percaya dengan apa yang ia lihat barusan.

Bagaimana temannya itu bisa melesat seperti flash? punya kecepatan setara kecepatan cahaya?

Berlian mundur hingga tubuhnya membentur tembok dengan mulut yang menganga.

Ia tak percaya dengan apa yang baru saja dilihatnya. Sebenarnya siapa Sefia? ia manusia atau ...

Tok! tok! tok!

Bunyi ketukan di luar membuat jantungnya hampir saja ingin terlontar.

Berlian menyentuh dadanya yang berdegup kencang. "Si--siapa?" tanyanya dengan suara bergetar.

"Lian ini aku, Wilson," sahut seseorang di luar.

Berlian menghela napas lega. Ia segera menggeser tubuhnya dan membuka pintu kamar.

Benar, Wilson kini berdiri didepan pintu kamarnya. Berlian menatap heran Wilson dan beberapa temannya yang nampak ketakutan membawa barang bawaan mereka.

"Kenapa?" tanya Berlian.

"Kami mau pindah penginapan. Disini aja. Disitu ada setan!" serobot Haris dengan wajah ketakutan.

Berlian menatap satu persatu temannya dan mengangguk pelan.

"Ya, baiklah. Kalian mau pesan berapa kamar?" tanya gadis berkulit putih itu.

"Satu kamar aja. Asli, takut tidur kalau cuma berdua," sahut Haris.

Berlian mengangguk dan akhirnya ke loby hotel. Memesan satu kamar untuk teman-temannya.

Setelah satu persatu masuk, Berlian enggan untuk masuk ke dalam kamar, ia memilih duduk di loby hotel sembari memperhatikan pemandangan luar.

Wilson yang sedari tadi memperhatikan tingkah Berlian merasa ada yang berbeda. Ia mendekati Berlian yang sejak tadi banyak terdiam dan menyendiri.

Saranjana I'm In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang