Bismillah
Saranjana I'm In Love
#part 16
#by: R.D.Lestari.
"Sebenarnya kau itu, siapa? datang dan pergi sesuka hati, dan hilang tanpa ku ketahui," Reagan menoleh dan menatap tajam.
"Kau mau tau aku ini apa?"
"Aku ini...,"
"Ah, sudahlah. Siapa aku dan dari mana aku berasal itu tak penting. Yang terpenting malam ini aku akan mengajakmu bersenang-senang," seru Jelita.
Reagan memutar bola matanya. Seolah ia tak perduli lagi siapa gadis di sampingnya saat ini. Toh, ia besok akan pergi, dan mungkin tak akan pernah kembali.
"Yakin tak akan pernah kembali ke sini?" celetuk Jelita.
Reagan seketika menoleh, mengapa ucapannya bisa begitu sama dengan apa yang ia pikirkan?
"Kok kamu tau apa yang ada di pikiranku?" tanya Reagan.
" Ah, nebak-nebak aja," kilah Jelita.
"Ga mungkin kalau nebak-nebak bisa tepat terus menerus," protes Reagan.
"Sudahlah, Mr.Rea. Jangan berpikiran aneh terus tentangku. Yang jelas aku sama sepertimu, yang membedakan cuma ...," Jelita menghentikan ucapannya. Ada keraguan dalam dirinya yang membuat Reagan semakin penasaran.
"Cuma apa?"
"Ah, sudahlah. Jangan banyak tanya," Jelita kembali mengarahkan pandangannya ke jalan. Ia seolah enggan untuk membahas siapa dirinya.
Reagan memilih membungkam mulutnya. Meski kesal, ia berusaha tenang. Ia menoleh ke samping dan menikmati pemandangan luar yang gelap. Di mana hanya siluet-siluet pepohonan yang nampak berjajar tanpa batas.
Reagan memperhatikan jalan yang sama seperti saat ia menuju hutan di mana ia di culik.
Ia terhenyak saat melihat persimpangan. Setaunya saat ia melewati jalan menuju hutan itu, tak pernah ada persimpangan.
Apalagi saat mobil merah itu berbelok ke arah jalan yang tak pernah ia lihat sebelumnya.
"Aku seperti tak pernah melihat jalan ini, Jelita. Apa kita tak salah jalan?" protes Reagan.
Ia mendengar Jelita menghela napas kasar.
"Kau jangan takut, Tuan Rea. Aku tak mungkin menyesatkanmu. Kau aman berada di sisiku, Tuan,"
Reagan terdiam. Saat gadis itu memanggilnya dengan sebutan 'Rea', entah kenapa ia merasa kekuatannya luntur seketika. Nama itu terlalu manja terdengar.
"Aku suka memanggilmu dengan nama itu, biarpun terdengar manja, tapi bagiku kamu tetap macho, Tuan Rea.
Reagan tak menyahut, hanya matanya yang membola dan keningnya yang mengkerut. Lagi-lagi Jelita seolah bisa membaca pikirannya. Apa gadis itu cenayang?
Sekilas, ia melihat senyum yang terbit di wajah cantik Jelita. Ia memilih kembali melihat ke arah jalan. Semakin sepi dan gelap.
Tak satu pun lampu jalan ataupun kendaraan yang lewat. Reagan meneguk salivanya susah payah. Sedangkan mobil melaju semakin kencang.
"Apa pun yang kau lihat nanti, jangan sedikit pun berteriak,"
"Di jalan yang sepi apalagi kanan kiri hutan, hal-hal tak wajar sering terjadi, dan itu hal yang lumrah,"
"Kau jangan takut, Tuan Rea, selama bersamaku, kau akan baik-baik saja," jelas Jelita. Pandangannya masih fokus ke jalan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Saranjana I'm In Love
WerewolfKisah seorang Pengusaha yang terpaksa masuk ke dalam kota gaib demi menolong karyawannya yang hilang. Bagiamana nasib Reagan selanjutnya?