part 28

227 29 3
                                    

Bismillah

Saranjana I'm In Love

#part 28

#by: R.D.Lestari.

Reagan menelan pil kekecewaan saat janjinya pada Berlian di batalkan sepihak.

Ini bukan tanpa sebab. Jadwal latihan dan konser dalam waktu dekat tak memungkinkan Berlian untuk keluar dan bersantai, karena lusa Band The Banditz akan ikut konser ke Kalimantan Selatan, tepatnya Kotabaru, desa Oka-oka.

Mendengar bahwa Sefia akan ikut sebagai pengisi acara, Reagan tak mau membuang kesempatan.

Ia berencana ikut dengan rombongan. Rasa penasaran yang teramat sangat begitu mengganggu pikirannya.

"Ah, kau gil*, Kak. Mana bisa ikut. Ini bukan holiday! ini acara kerja," Wilson tampak tak suka saat Reagan mengucapkan keinginannya untuk bisa ikut dalam rombongan.

"Ya, aku tau, dan aku yakin bisa. Siapa yang akan menolak uang?" jawab Reagan enteng.

"Maksudmu?"

"Aku akan membayar mahal agar bisa ikut. Berapa pun,"

"Jangan gil*, Kak. Sebenarnya apa tujuanmu sebenarnya?" Wilson berdecak pinggang. Kesal.

"Mmmh, karena ada seorang gadis yang menarik perhatianku ikut dengan rombongan tournya," Reagan mengulas senyum smirk. Ia kemudian menyandarkan tubuhnya di sofa dan meneguk jus jeruk perlahan.

Degh!

Wajah Wilson terasa bagai ditampar. Perih. Dadanya tiba-tiba sesak dan hatinya memanas.

'Apa yang ia maksud Berlian?'

"Su--sudah berapa lama kau dekat dengan gadis itu hingga rela menggelontorkan uang hanya untuk ikut?" Wilson terbata.

"Emhh, aku belum begitu kenal dengannya, tapi berharap hubunganku bisa lebih dekat kedepannya," ujar Reagan penuh harap.

Wilson bergeming. Harapannya pupus seketika. Haruskah ia bersaing dengan kakak kandungnya?

"Oh ... emh, ya kalau begitu semoga sukses mendapatkan hatinya," gumam Wilson dengan nada kecewa. Sebisa mungkin ia menyembunyikan perasaannya yang tak karuan.

Reagan menatapnya heran. Melihat perubahan sikap Wilson yang seketika canggung dan pergi begitu saja membuat hatinya bertanya-tanya. Apa ada yang salah dengan ucapannya?

***

Waktu keberangkatan pun tiba. Wilson memakai mobil yang berbeda dengan Reagan. Dua saudara kandung itu saling acuh, terutama Wilson.

Ia memilih bergabung dengan teman-temannya sementara Reagan selalu di dampingi Willy, asistennya yang setia.

"Pak, apa tidak berlebihan kita ikut ke Kalimantan? bukankah kita bisa naik pesawat? perjalanan cukup jauh melalui jalan darat. Bapak bisa kelelahan," ungkap Willy khawatir.

Reagan hanya menoleh dan tak menjawab. Pikirannya sedari tadi terpaku pada gadis bernama Sefia.

Cara berpakaian, sikapnya dan gerak-gerik tubuhnya amat mirip dengan Jelita. Sefia dan Jelita seperti satu orang yang sama.

Namun, yang ia heran, kenapa Sefia seperti tak mengenalnya? apa memang Sefia dan Jelita orang yang berbeda?

Apa di dunia ini ada orang yang begitu mirip hingga tak ada celah untuk membedakannya?

Kepala Reagan seketika sakit. Ia ingin berbincang lebih intens dengan gadis itu, tapi Berlian selalu ada diantara mereka.

Ia heran, mengapa Berlian seolah enggan memberi ruang pada mereka?

Saranjana I'm In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang