part 22

264 33 3
                                    

Bismillah

Saranjana, I'm In Love

#part 22

#by: R.D.Lestari.

Pov Wilson.

"Itu penting, Wilson. Karena aku sepertinya ... jatuh cinta pada kakakmu,"

Kata-kata Berlian selalu terngiang dalam pikiranku. Bagaimana bisa aku membuat Reagan jatuh hati padanya?
Sedangkan hatiku sangat memujanya.

Kalau saja aku berani mengungkapkan perasaan ini ... mungkin ... ya, mungkin saja, tapi entahlah.

Sulit, aku di posisi sulit. Tak mungkin karena jelas-jelas ia menginginkan Reagan.

Huffftt!

Kenapa mesti dia? Kakakku?

Aku membanting tubuhku cukup keras diatas kasur. Sesak. Dada ini terasa amat sesak. Inikah yang di namakan patah hati?

Konser tunggal beberapa hari lagi. Rasanya sungguh dilema. Perasaanku campur aduk.

Tok-tok-tok!

Suara ketukan terdengar jelas di pintu depan. Aku bergegas menuju ke ruang tamu. Kebetulan hari ini rumah kosong, asisten rumah sudah pulang.

"Selamat sore, Pak," sapa seorang pria berpakaian orange dengan paket di tangannya.

"Iya, selamat sore, Pak. Ada apa?" jawabku.

"Ini, Pak, ada paket, untuk Bapak Reagan," ujarnya sembari menyerahkan paket kepadaku. Aku menerimanya dan tak lupa mengucapkan terima kasih.

Si Bapak pengantar paket lantas pamit dan pergi dengan langkah tergesa.

Aku membawa paket yang terasa cukup berat. Penasaran dengan isinya, tapi lebih penasaran dengan pengirimnya.

Kucari alamat pengirimnya. Nama wanita tertulis di sana. Siapa dia? apakah pacar Kak Reagan?

Kuletakkan paket yang berukuran sebesar kardus indo*ie di atas meja. Tak sedikitpun berniat untuk membukanya. Aku tau bukan hakku untuk tau apa isinya.

Meski rasa penasaran begitu melanda, aku memilih menonton TV dan mengindahkan benda itu teronggok begitu saja. Sesekali melirik, berharap Reagan cepat pulang dan membukanya.

Benar saja, tak berselang lama kudengar bunyi deru kendaraan roda empat diluar rumah.

Reagan masuk dengan mengucapkan salam. Entah kenapa, panas menjalari tubuhku saat bersitatap dengan dirinya.

Harus kuakui Reagan memang punya pesona tersendiri. Ia cuek, tatapannya tajam bagai elang, tampan dengan wajah garangnya. Apa itu yang membuat banyak wanita tergila-gila, termasuk Berlian?

"Emhh, Kak. Itu ada paket untukmu," susah payah kuucapkan kata-kata itu, saat ia melintas begitu saja tanpa menyapa. Ya, aku dan Reagan memang tak begitu dekat.

Ia menghentikan langkah dan menatapku dengan salah satu alis terangkat ke atas.

"Dari?"

"Perempuan, namanya Jelita,"

"Jelita?"

Di luar pikiranku sebelumnya, Reagan yang biasa cuek saat berkaitan dengan wanita, terlihat berbeda.

Ia bergerak cepat ke arah paket yang kutunjuk dan mengangkat benda itu dengan suka cita.

Baru saja benda itu akan di bawanya masuk ke dalam rumah, terdengar dering HP yang mengalihkan perhatiannya.

Benda itu ia letakkan kembali ke atas meja dan mengangkat HP yang ia ambil dari dalam sakunya.

["Jelita, ya, sudah kuterima,"]

Saranjana I'm In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang