[Part 34]

494 63 6
                                    


Pagi Hari, MentarI Tak kunjung muncul, Awan Hitam Menutupi sinar sang Mentari, Langit Pagi begitu gelap, sepertinya Akan terjadi hujan lebat.
.
"Kritik..Kritik.." (suara hujan)
Kian santang Termenung Di Jendela kamarnya.
"Hujan, Bagaimana Dengan keadaanmu ilham?"(Kian santang)
"Huft, Jika Aku keluar istana, pasti Ayahanda Melarangku begitu juga Dengan Ibunda Dan saudara saudaraku.Lalu bagaimana Dengan Rayiku?, Rayi Yang selalu ada untukku? Ilham..."(kian santang)
.
.
.
.
"Dressss"
Hujan di Hutan begitu lebat, Sampai baju Yang di kenakan Surawisesa (palsu/Gilang) Dan Ilham basah kuyup.
"Hh...lebat banget Woii, ujannya..."Teriak gilang Yang Menembus Derasnya hujan bersama ilham.
"Kita harus Semangat Lang, Kita harus cari jalan keluar, sekaligus Tempat berteduh"(Ilham)
"Gue gk Mau ya..Sampai mati kedinginan di sini, Lagi pun Gw Pengen mati di Masa gue, Gw Pengen ketemu Mamah sebelum Gue mati"Ucap Surawisesa (palsu/gilang)
Ucapan gilang Terasa membuat ilham merasa Kembali sedih.
"Brukk"
"Hiks"
Ilham Menunduk, menangis di bawah derasnya hujan.
"Hh ilham, gue minta maaf sama Ucapan gw tadi ya"(Gilang)
"Lang, Apa Kita akan mati Tanpa ada seorangpun yang Akan mengetahui Jenazah kita?, Apakah Kehidupanku ini, Berpindah Zaman Ke Masa Lalu Dan berakhir Akhirat?, Lalu bagaimana Dengan keluargaku di Masa depan?, bagaimana juga dengan raka kian santang? Aku ingin Mengucapkan salam Perpisahan sebelum Ajal menemputku"(Ilham)
"Halah ham...ham..Lo kan bilang ke gw waktu di Masa Kita, buat Terus Semangat, Dan jangan Putus asa, Terus ngapa lo yang kek gitu"(Gilang)
.
.
.
"Raka Pandhu Tolong akuuu"Teriak Kamboja.
"Diam kau!!"(Kzochsi)
.
.
"Putraku Surawisesa Tak kunjung Kembali, Aku harus Mencarinya, tapi Bagaimana caranya? Aku saja Di Hukum untuk tidak keluar kamar"(Kentrink manik)
Flashback on
"Baiklah Aku akan memutuskan Hukuman untuk dinda kentrink manik"(P.Siliwangi)
"Oh tidak, rayi prabu..Jangan Beri Hukuman Kepada rayyiku kentrink manik"(Amuk Marugul)
"Tenang lah raka, Aku Tidak akan Memberikan Hukuman yang berat untuk dinda kentrink manik, hanya saja Dinda kentrink manik Harus mendapat Hukuman Yaitu Untuk tidak keluar kamar selama satu pekan"(P.Siliwangi)
"Deg"
"Satu pekan? 7 Hari? Oh tidak mengapa harus Satu pekan?"(Kentrink manik)
"Berani berbuat, berani bertanggung jawab"Sahut ambet kasih.
Flashback off
"Semoga Ada tempat berteduh untukmu putraku, Semoga dewata agung melindungimu"(Kentrink manik)
.
.
.
"Ampun Gusti" seorang prajurit menghadap sang prabu.
"Ada apa prajurit"(P.siliwangi)
"Pasukan penjajah Kini Baru saja Sampai ditanah jawa"(prajurit)
"Jagat dewabattara, Siapa Yang memimpin Pasukan? Dan dari Mana asal Mereka"(P.siliwangi)
"Mereka berasal dari Spanyol, Pemimpin Mereka tewas Terjatuh dari atas tebing.kerajaan Mansora Bersekutu Dengan Spanyol Dan kini spanyol Dan Kerajaan Mansora Bersatu Dan dipimpin oleh satu pemimpin Yaitu Prabu Asmakala."(Prajurit)
"Prabu Asmakala?!"(P.siliwangi)
Flashback on
"Ayahmu Niskala Sudah membunuh Ayahku,  Dan karna perang Itu Ibundaku menjadi korban, Kau Sungguh biadap Siliwangi!!"Ucap Asmakala yang Saat Itu berumur 8 Tahun sedangkan siliwangi berumur 5 Tahun
Flashback off
.
.
.
.
Surosowan, kini ia sampai di Gubuk Musawaka.
"Mengapa nasibku Tak seberuntung saudara saudaraku, Seolah Aku Hidup dari kecil seperti rakyat jelata, Aku tidak pernah merasakan belaian Kasih sayang Dari ibunda, apakah Aku anak pembawa sial ibunda? Mengapa sampai Saat ini engkau tidak menyayangiku?"Batin Surosowan Yang Saat ini tengah mengamati setiap Tetesan Hujan.
.
.
.
.
"Aryanata, Aku hendak pulang Ke pajajaran, tapi jika Aku meninggalkanmu sendirian di Gubuk ini, pasti Tak ada yang Merawatmu, apalagi Saat ini Suaramu telah hilang"(Retna Ayu)
"Pajajaran? Hah, Aku sangat merindukan ibunda"Batin Surawisesa
"Mm..Bagaimana jika engkau ikut denganku, disana ada Emban Dan prajurit yang akan Merawat Dan menjagamu"(Retna Ayu)
"Aa...A..." Lagi lagi Surawisesa asli Tak dapat Berucap, namun ekspresinya yang teramat bahagia, Dapat di Fahami oleh Retna ayu.
"Engkau terlihat sangat Senang sekali, pasti engkau Sudah tidak sabar untuk kesana"(Rerna Ayu)
Surawisesa hanya mengangguk saja.
.
.
.
.
"Rayi" Ucap Pandhu berbisik di balik Jendela Tempat penyekapan Kamboja.
"Hah..raka"(Kamboja)
"Kau Tunggu disana, Raka akan Menolongmu"(Pandhu)
Sedangkan Kzochsi Sedang bersemedi di Ruangan Sebelah.
.
.
.
.
Kerajaan Dasadewa
"Putraku, Janganlah engkau memaksa adikmu untuk berbuat Hal yang tidak disukainya"(Sukma Asih)
"Mengala ibunda membelanya? Dia telah berkhianat, Dia malahan Jatuh cinta kepada gagak ngampar!!"(Jakarana)
"Raka, di tanah pasundan ini Tak ada yang Bisa menggantikan gagak ngampar, Ia selalu Tahu Apa Yang Aku butuhkan, Ia selalu Ada Disaat Suka maupun duka.Aku sangat nyaman didekatnya"(Anjani)
"Raka akan mencarikanmu, Seseorang Pangeran Yang tidak berasal dari keluarga pajajaran, Dan Ia  yang akan menjadi pendampingmu"(Jakarana)
"Aku tidak Mau Raka!! Aku hanya ingin Gagak ngampar!!"(Anjani)
.
.
.
.
Sebuah istana berdiri megah, Dengan Ukiran Naga yang di lapisi Perak yang membuat istana itu teramat mewah.Kepemimpinan Yang Tegas, hingga siapapun yang  Melanggar Titah Pemimpin Maka nasib buruk akan menimpanya.
Tidak dipimpin Ratu ataupun Raja, Melainkan Pangeran Yang bernama WISTAPATI, Dengan adiknya yang bernama ABIKARA, Dan Kerajaan itu bernama KANDANG WESI.Dulunya kerajaan itu dipimpin raja Namun Raja tersebut tewas Di bunuh oleh Anaknya sendiri Yaitu Wistapati Karna Wistapati haus kekuasaan, Abikara  Amat menyayangi sang ayah, Ia sangat Tidak Rela Ayahnya terbunuh di tangan Kakaknya sendiri.Namun Apa buat, Ia hanya Bisa terdiam Dan Menangis, Karna jika ia melawan Maka Wistapati akan merenggut Nyawanya.Setelah kematian Ayahandanya, Tahta  Kerajaan Kandang wesi Berada Pada Ibunda Wistapati Dan Abikara Yaitu Ratu Parwati, Kini ia masih Hidup namun Dirinya di buang oleh wistapati di Hutan terlarang, hingga Saat ini Ratu Parwati Tak kunjung Kembali.
.
Abikara, Pangeran tampan, Berkanuragan Sakti, Wajahnya amat mirip Dengan kian santang Dari kepala hingga kaki.
KinI ia menikmati Secangkir Teh hangat Khas Kandang wesi Dan Memperhatikan sebuah Pecahan 1/3 Liontin Yang Bergambar naga.Ia kini sangat penasaran Dengan Keberadaan 2 Pecahan liontin itu.
"Apa maksut ayahanda Memberikan liontin yang tidak utuh ini kepadaku?"(Abikara)
.
.
.
.
.
Bersambung...

Raka!!! [End] (Belum Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang