Rewel

22.4K 1.2K 16
                                    

"Logan, bisa diem, gak? Ayah lagi pusing. Main dulu sana."

Jeno Arreno ini dibuat pusing bukan kepalang karena tingkah anaknya yang berusia lima tahun. Dia terpaksa sekali membawa Logan kemari karena tak ada yang mengurus di rumah. Tadinya mau dititpkan di home day care, tapi Logan memaksa ingin ikut.

"Aku mau main sama Ayah."

"Ayah lagi kerja, Sayang. Main sendiri dulu ya. Kamu laper, gak?"

Logan menganggukkan kepalanya, segera saja dia meminta salah satu karyawan untuk membawakan makan siang sehat untuk si kecil.

"Ayah ke toilet dulu ya, kamu jangan kemana-mana. Tunggu di sini."

"Iya."

Logan menurut karena sudah diberi gadget berupa tayangan bus kesayangannya. Dia memeluk mainan bus di tangannya sambil menonton. Jeno masih berada dalam toilet di dalam ruangannya saat salah satu karyawannya mengetuk pintu.

"Masuk," ujar Logan meniru Ayahnya yang biasa menyuruh karyawan masuk ke dalam ruangan.

"Ini makan siangnya."

Logan tiba-tiba menangis saat seketerasi Jeno bernama Lucas masuk ke dalam ruangan. Pria jangkung itu langsung kelabakan.

"Gawat anak bos nangis."

Lucas benar-benar panik sampai dia hanya bisa menarik salah satu karyawan yang lewat di depan pintu Jeno untuk masuk.

"Dia tiba-tiba nangis pas lihat muka gue. Bantuin dong." Lucas mendorong tubuh orang itu untuk dijadikan tumbal.

Bertuntungnya orang yang ditarik Lucas itu berhati malaikat, dia tidak marah walau wajahnya menyiratkan keterkejutan luar biasa.

"Eh! Pangeran kok nangis, sih? Kenapa takut sama Om Lucas, ya? Aduh, jangan takut ya, ada Kakak di sini. Loh, ini makan siang siapa? Punya kamu?!"

Suaranya yang ceria membuat Logan berhenti sesegukan dan memandang lelaki yang memiliki bulu mata indah itu. Logan tersipu melihat kakak itu, dia mirip sekali dengan Mama tapi versi laki-laki.

"Logan laper."

"Ya udah, makan dulu, yuk."

"Nama kakak siapa?"

"Nama kakak Na-

"Logan?"

Ketiga pasang mata itu langsung menoleh ke arah Jeno yang rambutnya basah, dia juga memakai kaos tanpa jasnya. Sepertinya dia habis mandi.

"Ayah, Logan mau makan."

Karyawan Jeno yang tadi ingin menyajikan makanan Logan langsung berdiri dan membungkuk di depan Jeno. Bagaimana pun juga, Jeno itu atasannya.

"Kamu kenapa nangis tadi?"

Logan melirik Lucas dan membuat pria itu langsung menjelaskan pada Jeno. Dia tidak mau Jeno salah faham.

"Saya berani bersumpah, Pak. Saya baru masuk terus Logan langsung nangis lihat saya."

Jeno malah terkekeh mendengarnya.

"Mungkin dia takut sama kamu."

"Sepertinya begitu, Pak." Lucas menggaruk lehernya karena merasa canggung. Senyumannya pun juga begitu canggung pada Jeno. Dia baru menjabat menjadi sekertaris Jeno selama tiga bulan, dia belum terlalu berani bersikap receh di depan atasannya itu.

"Oh, ya. Kalian bisa kembali ke tempat. Ini sudah waktunya makan siang buat kalian."

"Baik, Pak Reno."

"Kakak di sini aja!!!" Logan langsung berseru membuat Jeno meringis.

"Logan, behave." Logan langsung menundukkan kepalanya karena dia merasa kesal dengan Ayahnya.

"Aku mau makan sama Kakak itu." Logan menunjuk salah satu karyawan Jeno.

Jeno sudah pusing bukan kepalang jadi dia menuruti keinginan anaknya, dari pada repot.

"Kamu sudah makan siang? Kalo gak pesen dari kafetaria terus makan di sini saja. Oh, tolong sekalian pesanin buat saya juga."

"Saya bawa bekal, Pak Reno."

Jeno terkejut, dia langsung memperhatikan karyawannya itu. Baru kali ini dia melihatnya.

"Ya sudah ambil bekal kamu dan makan di sini saja."

"Baik, Pak."

Sebelum lelaki itu membuka pintu ruangan Jeno, Jeno menghentikkan langkahnya dengan sebuah pertanyaan. Dia menanyakan nama karyawan lelaki itu.

"Nama saya Jaemin Narendra, Pak."

At My Worst 🔞 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang