Dua

3.1K 408 429
                                    

"Di pertemuan pertama, penilaian kamu terhadap seseorang nggak selalu benar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Di pertemuan pertama, penilaian kamu terhadap seseorang nggak selalu benar."

*****

Senin pagi tepat pukul delapan, aku berjalan cepat menelusuri lorong lantai dua gedung FSRD, kemudian sampai di depan pintu kelas dengan napas terengah-engah. Puluhan pasang mata menatapku, sebagian besar dari mereka wajahnya tidak terekam di otakku. Ada beberapa teman seangkatanku yang ada di kelas ini, tetapi semuanya laki-laki dan kami tidak akrab, jadi aku memutuskan untuk tidak menyapa ataupun menghampiri mereka.

"Teh Mika!" Aku mendengar seseorang memanggilku. Suara perempuan. Aku mencari dari mana suara itu berasal dan melihat cewek cantik berambut panjang melambaikan tangan padaku di tengah ruangan.

"Eh, Selena!" Aku menyapa balik. Ia adik kelasku. Kami berbeda satu tahun dan aku cukup mengenalnya.

Cewek itu mengedarkan pandangan, kemudian kembali ke arahku. "Yah, nggak ada tempat duduk kosong di sini. Maaf, Teh."

Aku menggeleng sambil tersenyum. "Nggak apa-apa."

Setelah Selena kembali asyik dengan teman-temanya, pandanganku mengedar. Aku mengembuskan napas lega ketika melihat dua bangku kosong di barisan paling depan. Aku adalah mahasiswi yang benci duduk tepat di depan papan tulis, tetapi apa boleh buat? Ini semua salahku yang terlambat bangun dan terlalu lama menghabiskan waktu di kamar mandi.

Baru saja aku mendaratkan bokong di kursi, seorang pria paruh baya memasuki kelas. Tubuhnya agak gemuk, kemeja panjang berwarna putih dengan garis-garis vertikal hitam-biru yang samar melengkapi penampilannya. Pantofel kulit hitamnya senada dengan celana bahan yang ia kenakan.

Setelah meletakkan tas kerjanya di meja dosen paling depan, ia memperbaiki posisi kacamata, lalu mengedarkan pandangan ke seluruh mahasiswa yang ada di kelas, termasuk aku, kemudian tersenyum. Kami mengenalnya dengan nama Pak Salman, salah satu dosen tetap di jurusanku, pengampu mata kuliah Pra Tugas Akhir.

Sekarang, aku sudah jadi mahasiswa semester sepuluh. Normalnya, mahasiswa jurusan Desain Interior mengambil mata kuliah Pra TA di semester tujuh. Tujuan utama dari mata kuliah ini adalah berhasil menyusun laporan Pra TA dan mengikuti sidang di akhir semester. Secara teknis, sidangnya sama saja seperti seminar proposal di kampus lain, hanya saja penamaannya berbeda dikarenakan perbedaan kurikulum. Setelah berhasil menyusun laporan Pra TA dan merencanakan bangunan yang ingin didesain, barulah kami akan menghabiskan waktu untuk menggambar di semester selanjutnya, di mata kuliah Tugas Akhir.

Karena seluruh mahasiswa sudah mengenal Pak Salman di mata kuliah yang lain, beliau tidak memperkenalkan diri, melainkan langsung menjelaskan teknis dari mata kuliah ini, termasuk silabus, sistem penilaian, dan jalannya mata kuliah Pra Tugas Akhir itu sendiri. Pertama, tentu kami harus mengusulkan judul dan mengumpulkan data untuk mengikuti sidang Pra TA. Inilah tahap pertama yang harus kulalui, aku tahu itu, berhubung pernah mengikuti kelas yang sama dan sayangnya gagal dua kali.

Kapan Lulus? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang