"Mikaaa!" seru Aruna heboh ketika aku menemuinya di depan gedung FSRD. Cewek itu membawa buket cokelat Cadbury berbagai ukuran dan rasa serta selendang bertuliskan 'MIKA GIANINA, S.Ds', lalu menyelempangkannya di tubuhku. Cewek berpipi tembam itu melompat-lompat kecil dengan senyum lebar, lalu memelukku erat.
"Aku senang banget akhirnya kita bertiga full team jadi sarjana desain!" serunya.
"Full team? Bertiga?" Aku mengernyit.
"Sama Zarfan!"
"Oh ...," lirihku. Senyumku pun memudar. Iya, bertiga sama Zarfan. Mendengar nama itu aku mendadak gloomy.
Aruna melepas pelukannya. Ia juga memberikan bingkisan kecil untuk Dika yang berdiri di sebelahku. "Dika! Selamat yaaa!"
"Wah, makasih banget, Teh!" balas Dika ceria.
"Ini racikan kopi-kopi terbaru yang mau launching di coffee shop-ku. Nanti kamu tinggal seduh aja. Kamu orang pertama yang aku kasih tester, loh! Soalnya kamu pelanggan setiaku setelah Mika," cerocos Aruna.
Dika tersenyum lebar dan memeluk bingkisan itu. "Beneran, Teh? Ya ampun, aku jadi terharu!"
"Idih, malah promosi kopi!" sindirku.
Aruna menjulurkan lidah. "Biarin!"
Kemudian, Dika dan Aruna lanjut mengobrol tentang kopi. Di balik punggung Aruna, aku melihat buket bunga kertas yang serupa dengan yang kupunyai di kost, hanya saja warnanya berbeda. Aku mendongak pada orang yang memegangnya. Spontan, mataku membulat ketika melihat cowok dengan model rambut comma di sana. Sosoknya semakin mendekat. Perlahan, senyumnya tersungging. Sejak kapan dia ada di sana? Kok, aku baru sadar?
"Hai, Mik," sapanya.
Aruna menoleh pada sosok itu. "Eh, Zar, baru dateng?"
"Iya, tadi agak susah cari parkir," jawabnya. Lalu, cowok itu memberikan buket bunga kertas padaku. Tiba-tiba saja aku merasa dejavu. Kenangan menyedihkan saat sidang Pra Tugas Akhir pun kembali berputar di benakku. Setelah pertemuan terakhir kami, kenapa harus buket bunga kertas? Kenapa dia harus datang? Dan kenapa Zarfan harus bersikap seolah nggak ada apa-apa?
"Selamat buat gelar sarjana Desain Interiornya, Mika Gianina," ucap Zarfan sambil tersenyum.
"Makasih ya, Zar," ucapku canggung ketika menerima buket itu.
Untuk sejenak, aku dan dia tidak saling bicara. Kulirik Dika yang sedari tadi mencuri-curi pandang pada Zarfan, padahal cowok gondrong itu sedang mengobrol bersama Aruna. Tiba-tiba saja, Zarfan berkata dengan sedikit canggung. "Mik, aku boleh minta waktu kamu sebentar?"
"Eh!" Tiba-tiba saja Dika memotong ucapan Zarfan. Percakapannya dengan Aruna pun berhenti. Cowok itu melesat dan berdiri di antara aku dan Zarfan. "Mau ngapain?" tanyanya. Tidak terdengar galak atau ketus, tetapi tetap tegas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kapan Lulus? [END]
Romance🏆 Spotlight Romance of August 2024 by Romansa Indonesia Walaupun sudah jadi mahasiswa tingkat akhir, Mika masih sering insecure sama prestasi akademiknya. Hingga suatu hari, prosesi wisuda sahabat karibnya telah mengubah tekad cewek itu. Di awal se...