Setelah mendapat pesan dariku, Zarfan tidak banyak bertanya. Ia langsung mengajakku bertemu di kedai kopi Aruna keesokan harinya. Aku menyetujui ajakannya karena jadwal kuliahku cukup longgar, berhubung hanya mengambil satu mata kuliah saja di semester ini. Siang ini, kedai kopi cukup ramai oleh pesanan online, membuat Aruna sibuk membantu karywannya menyiapkan pesanan.
"Jadi, kamu mau ngambil judul apa?" Zarfan yang duduk di hadapanku bertanya setelah menyeruput es kopi susu.
"Kamu inget nggak, restoran Italia yang sering kita datangi waktu semester lima? Yang letaknya di dekat Jalan Asia Afrika?" Aku bertanya balik.
"Hmmm ... La Pizzeria n' Pasta?" jawab Zarfan.
Kemudian aku mengangguk. "Iya, yang sering kita datangi bareng Aruna dan Selena."
Zarfan bergeming sejenak. "Tapi Mik, kita nggak boleh ngedesain restoran buat Pra Tugas Akhir. Lahannya terlalu kecil. Harus minimal tiga lantai, 'kan?" ujar cowok itu.
"Siapa bilang aku mau ngedesain La Pizzeria n' Pasta? Kamu nggak ingat bangunan restoran itu nyatu sama hotel bintang empat?"
Zarfan bergeming sejenak, sepertinya berusaha mengingat-ingat. Kemudian, wajahnya berubah cerah. "Oh, hotel Grand Atlantica?"
Aku mengangguk antusias. "La Pizzeria n' Pasta itu terkenal banget, bahkan orang-orang Jabodetabek yang ke Bandung aja rela menginap di Grand Atlantica cuma buat beli piza! Tapi kamu inget nggak, kalau akses dari hotel ke restoran itu ribet banget? Kita harus keluar gedung dulu, mengitari parkiran, baru sampai di sana! Mana dulu nggak ada room delivery. Kalau mau, kita harus pesan lewat Go-Food yang harganya lebih mahal. Nggak tahu deh, kalau sekarang."
"Terus, hotel itu juga punya spa dan gym yang areanya sempit. Layout ruang publiknya pun kurang tertata, banyak lahan yang terbuang. Hmmm ... sayang, padahal bintang empat." Zarfan menambahkan.
"Kok kamu tahu banyak?"
"Tujuh tahun lalu, tim arsitek di kantor lamaku pernah dapat proyek perluasan hotel Grand Atlantica. Aku pernah lihat berkasnya. Waktu itu budget dari pihak hotel nggak banyak, jadi tim arsitek nggak menggarap semua bangunan. Lagian, hotelnya sepi. Baru-baru ini aja hotel itu laku gara-gara banyak orang luar Bandung yang menginap buat nyoba makan di La Pizzeria n' Pasta. Kalau aja interiornya bisa lebih nyaman dan tertata, hotel itu bisa sama viralnya kayak La Pizzeria n' Pasta."
"Menurutmu gimana, Zar, kalau aku ngambil judul Hotel Bintang Empat di Bandung? Benchmarking dari hotel Grand Atlantica?" tanyaku dengan senyum lebar.
"Bisa dicoba sih, Mik," lirih Zarfan sambil mengelus dagu. "Udah bisa ngajuin judul, belum?"
"Bisa. Aku harus nulis judul dan permasalahan yang harus diselesaikan di selembar kertas, terus diserahkan ke Pak Salman paling lambat hari Kamis," jawabku.
"Apa yang diserahkan hari kamis, Mik?" Aruna datang ke meja kami dan meletakkan chicken salted egg rice bowl serta lychee tea yang kupesan. Kemudian, cewek itu duduk di bangku kosong sebelah Zarfan. Selama beberapa menit ke depan, Zarfan menceritakan semua obrolan kami, dimulai dari ideku yang ingin mengambil bangunan hotel bintang empat sebagai judul dan permasalahan yang ada di hotel Grand Atlantica.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kapan Lulus? [END]
Romance🏆 Spotlight Romance of August 2024 by Romansa Indonesia Walaupun sudah jadi mahasiswa tingkat akhir, Mika masih sering insecure sama prestasi akademiknya. Hingga suatu hari, prosesi wisuda sahabat karibnya telah mengubah tekad cewek itu. Di awal se...