Sabtu siang, aku duduk di sofa lobi hotel Grand Atlantica. Zarfan dan Aruna duduk di sebelahku, membicarakan bagaimana cewek itu mengelola bisnis kedai kopinya. Saking gugupnya dengan survei yang akan kulakukan, aku memutuskan untuk tidak bergabung dengan obrolan. Sejak tadi, pandanganku tertuju pada pintu back office di balik meja resepsionis, menanti seorang pria yang menurut Zarfan akan keluar dari dalam sana.
Aku mengedarkan pandangan ke sekeliling. Lantai marmer dan ornamen kayu di dinding mempercantik interior hotel bergaya klasik ini. Lampu yang begitu besar menggantung di tengah langit-langit, dilengkapi dengan kristal-kristal yang membuatnya tampak megah. Tidak banyak tamu hotel yang berlalu lalang. Namun, lobi tidak terasa sepi karena alunan dari instrumen klasik yang berasal dari pengeras suara.
Lobi hotel ini benar-benar mengintimidasiku.
Zarfan tiba-tiba berdiri ketika seorang pria dengan pakaian rapi mendatangi kami. Usianya mungkin sekitar akhir tiga puluhan. Mereka berdua pun berjabat tangan. Kemudian cowok itu memperkenalkan Pak Vincent, supervisor hotel Grand Atlantica, padaku dan Aruna. Tidak memakan waktu lama, kami segera mengelilingi hotel untuk melakukan survei. Dengan ponsel dan catatan kecil di tangan, aku siap merekam apa pun yang penting untuk kebutuhan tugas akhir.
Zarfan ada benarnya, spa dan gym di hotel ini butuh perhatian lebih. Selain karena ruangannya yang sempit dan kurang nyaman, butuh sedikit sentuhan seni agar pengunjung hotel mau menggunakan fasilitas ini. Kami juga memasuki satu per satu kamar dari berbagai tipe, mulai dari deluxe suite hingga family suite. Tidak jauh dengan lobi, kamar-kamar di sini pun desain interiornya cukup mewah. Bahkan ... terlalu 'silau' untuk ditempati oleh seseorang yang berusia awal dua puluhan sepertiku. Jika aku adalah pengunjung, aku akan berpikir lima kali untuk menginap, bahkan untuk kamar paling sederhana sekali pun.
"Selain hotel, Atlantica Group juga melebarkan sayap ke bisnis lain, contohnya kuliner. La Pizzeria n' Pasta baru buka satu cabang di Bandung dan ternyata menarik perhatian turis. Kami memang totalitas mengeluarkan biaya marketing di media sosial. Masyarakat di luar kota sampai tertarik untuk datang ke Bandung demi nyicip masakan Italia yang viral." Pak Vincent menjelaskan panjang lebar. "Tapi masakan kami nggak asal viral, kualitasnya tetap diutamakan. Buktinya, banyak yang bikin membership dan berkali-kali datang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kapan Lulus? [END]
Romance🏆 Spotlight Romance of August 2024 by Romansa Indonesia Walaupun sudah jadi mahasiswa tingkat akhir, Mika masih sering insecure sama prestasi akademiknya. Hingga suatu hari, prosesi wisuda sahabat karibnya telah mengubah tekad cewek itu. Di awal se...