Lima

1.8K 299 258
                                    

Waktu berjalan begitu cepat, tahu-tahu minggu sudah berganti dan sekarang sudah Senin pagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Waktu berjalan begitu cepat, tahu-tahu minggu sudah berganti dan sekarang sudah Senin pagi. Aku duduk di ruangan kelas yang cukup besar. Beberapa meja disatukan menjadi persegi panjang yang besar dan para mahasiswa duduk mengelilinginya. Aku duduk di sebelah Selena, juga semeja dengan adik angkatan lainnya yang tidak kukenal. Namun, aku tidak merasa terasingkan karena sejak tadi Selena terus mengajakku bicara.

"Teteh ngambil judul apa, nih?" tanya Selena di tengah-tengah percakapan.

"Rencananya sih mau hotel bintang empat," jawabku sambil meletakkan setumpuk kertas yang disatukan dengan klip, hasil surveiku bersama Zarfan dan Aruna pekan lalu.

Terpana, Selena menelisik tumpukan kertas yang kubawa. Kemudian cewek itu mengeluarkan binder dan memperlihatkan hasil surveinya padaku. Selena tertarik mengambil judul pusat kebudayaan Jawa Barat, ia juga memperlihatkan foto-foto bangunan tersebut. Dibanding punyaku, data milik Selena masih lebih sederhana. Mengetahui data-dataku masih lebih unggul dibanding cewek itu, dalam hati aku tersenyum puas.

Kami menghabiskan waktu dengan mengobrol hingga jarum jam nyaris menunjukkan pukul delapan. Mahasiswa tingkat akhir telah memenuhi ruangan. Orang yang terakhir masuk kelas adalah Pak Salman, diikuti beberapa dosen yang juga bertugas di mata kuliah ini. Kelas pun menjadi hening setelah Pak Salman menjelaskan teknis kegiatan yang akan kami lakukan hari ini. Rupanya, meja-meja di kelas ini sengaja dibuat berkelompok untuk mengumpulkan para mahasiswa dengan judul yang sejenis. Setiap meja diwakili oleh satu dosen yang ahli dalam kategori bangunan yang dapat dipilih sebagai judul Pra Tugas Akhir.

Setelah briefing, aku berpisah dengan Selena. Sambil menyampirkan tote bag dan memeluk tumpukan kertas di dadaku, aku melihat sekeliling, mencari di mana meja khusus mahasiswa yang mengambil judul hotel dan resort. Setelah kutemukan meja itu di ujung ruangan, langsung saja aku mencari bangku yang kosong. Belum genap sepuluh detik setelah aku mendaratkan bokong, suara yang cukup familier menyapaku.

"Teh Mika?"

Aku mendongak, melihat cowok jangkung dengan rambut gondrong sebahunya yang diikat menjadi buntut kuda. Ia mengambil posisi untuk duduk di sebelahku.

"Dika?" Aku balik menyapanya. "Loh? Ngambil judul hotel resort juga?"

"Iya, Teh. Aku ambil judul hotel, nih," ujarnya. Cowok itu melepas ranselnya dan meletakkannya di belakang sandaran kursi. Aku cukup terkejut kali ini cowok itu membawa tas. Ia juga tampak lebih siap mengikuti mata kuliah ini jika dibandingkan minggu lalu.

Dari dalam ranselnya, Dika mengeluarkan tumpukan kertas binder yang sudah ditulisi. Aku berusaha membaca apa yang tertulis di sana, tetapi sulit karena tulisan tangan cowok itu tidak cukup bagus.

"Sama, dong. Ngambil judul hotel apa, Dik?" tanyaku.

Belum sempat Dika menjawab, Pak Rizal, dosen yang bertugas untuk memeriksa hasil survei mahasiswa yang mengambil judul hotel ataupun resort, sudah duduk di salah satu kursi. Selama beberapa menit ke depan, Pak Rizal membuka kelompok ini dengan beberapa patah kata. Selanjutnya, beliau memeriksa satu per satu data yang dikumpulkan tiap mahasiswa. Jika diurutkan berdasarkan jarum jam, aku adalah mahasiswa kelima yang akan diperiksa, sementara Dika urutan keenam.

Kapan Lulus? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang