2

40.5K 871 6
                                    

Cahaya matahari mulai mengintip dibalik gorden kamar Alira.
Tampak sang empu masih bergelung pada selimut tebalnya.
Jam weker diatas nakas tak mampu membuat Alira terbangun dari tidurnya.

Hingga suara ketukan dipintu membuat tidurnya  terganggu.
Tok...tok...tok...

"nona "teriak bik ima pelayan dirumah Alira seorang wanita paruh baya yang sudah lama sekali mengabdi dirumah Alira.

"Non Alira ,"panggil bik Ima lagi

Karena teriakan suara bik Ima membuat Alira mau tak mau harus terbangun dari tidurnya.

"Ya tuhan tidak bisakah aku tertidur lebih lama walau sebentar saja,permintaanku tidak muluk muluk kok,aku hanya ingin tertidur dengan tenang "gerutu Alira sambil menyumbal telinganya dengan bantal.

"nona saya mohon bangunlah,tuan muda Fahmi sudah menunggu anda dimeja makan"ucap bik Ima yang sudah mulai menyerah membangunkan majikannya.

"Fahmi?"
Seketika Alira tersadar dari tidurnya sungguh ia sangat lupa bahwa sudah menjadi istri seorang Fahmi aldrik kusumo.

Alira terperanjat dari tidurnya lalu berlari menuju kamar mandi.

*****
Setelah selesai dengan ritual mandinya dan berganti pakaian kekantornya.
Alira turun dari kamarnya menuju meja makan.
Dari jauh Alira dapat melihat punggung tegap Fahmi ,pria itu tengah menikmati sarapannya dengan tenang.

Jangan tanyakan kemana perginya orang tua Alira sejak lulus kuliah Alira memutuskan untuk tinggal dirumahnya sendiri,ya rumah itu pemberian dari kakeknya.
Ia hanya tinggal bersama bik Ima
Ya walaupun terkadang Meisya suka menginap kerumah Alira.

Dengan kaki yang masih bergetar Alira memberanikan diri untuk menuju meja makan.Namun,pria itu tampak terlihat biasa saja,seolah tidak terganggu dengan kehadirannya.
Pria itu bersikap dengan santai.

"istri seperti apa yang bangun jam segini"sindir Fahmi tanpa melihat lawan bicaranya.

Mendengar sindiran dari bibir Fahmi.Seketika tubuh Alira menegang kakinya bergetar hebat  dengan peluh
mengaliri keningnya.

"Ya tuhan lelaki seperti apa yang kunikahi ini.
Kok bisa kak Meisya mencintai pria sedingin ini"ucap Alira didalam hati.

"apa maksudmu "ucap Alira tak terima semua perkataan yang terlontar dari bibir Fahmi

Fahmi tak menjawab perkataan Alira ia melanjutkan sarapannya.Alira menatap lekat Fahmi lalu mengepal tangannya ia merasa geram kepada Fahmi.

Pria itu menyadari jika sedang ditatap  lekat oleh seseorang dihadapannya.
"kenapa kau melihatku seperti itu?"ucap Fahmi dengan suara baritonnya tapi itu terdengar sangat seksi.

Alira tersadar dengan kebodohannya.Kemudian tertunduk takut sekaligus malu.

"duduklah aku sangat muak melihat wajahmu seperti itu"Tutur Fahmi

Alira menarik nafasnya kemudian membuangnya.Setelah menenangkan dirinya Alira duduk dimeja makan didepan hadapan Fahmi.
Sebenarnya Alira masih merasa geram kepada Fahmi,tapi inilah konsekuensinya.Dia tidak dapat lari dari tanggung jawabnya.
Sebagai seorang istri Alira harus berusaha sabar dengan sikap sang suami.

"kak Fahmi yang terhormat aku ingin bertanya kepadamu jika istrimu salah sebaiknya kau menegurnya bukan malah bersikap acuh tak acuh,apa itu yang dikatakan suami yang baik,seharusnya suami itu menjadi panutan untuk istrinya"ucap Alira dengan nada santainya.

Fahmi menjedah makannya ia meletakan sendoknya diatas piring.

"kau menasehatiku?mengajariku bagaimana menjadi suami yang baik?Sekarang aku bertanya kepadamu kau sendiri bagaimana menjadi seorang istri.Sudahkah kau lakukan tugasmu sebagai seorang istri? Kau berkata seolah kau sudah menjadi seorang istri yang baik.Dengar,bagaimanapun. Sikapku kepadamu itu memang sudah pantas untuk kau dapatkan,sebaik mungkin kau berusaha menjadi istriku sampai kapanpun kau tak akan bisa menjadi pengganti Meisya dihatiku"ucap  Fahmi menahan emosi
Sekuat tenaga ia mengontrol emosinya.

"tapi tindakanmu itu tidak benar bagaimanapun aku ini istrimu .Bukankah sewajarnya kau menasehatiku dan menjelaskan semua kesalahan..."

"berhentilah bersikap manis"ucap Fahmi memotong perkataan Alira

"kau tahu ?dalam hidupku aku sangat benci kemunafikan,dengan sikapmu yang sok paling benar kau semakin membuatku muak,jika saja bukan karena aku kasihan melihat keluargamu aku tak akan sudi menikahimu"ujar Fahmi mengeluarkan semua isi didalam hatinya

Alira dapat melihat jika Fahmi sudah tidak tahan menahan emosinya.Tangannya dikepal terlihat urat lehernya keluar ditambah dengan wajahnya yang memerah.Fahmi menatap Alira dengan tatapan mengintimidasi yang begitu mengerikan.

Melihat itu Alira sangat takut hingga tubuhnya bergetar sampai sendok yang dipegangnya terjatuh.Alira tidak mampu menatap wajah pria itu lagi.Menurutnya pria itu begitu menakutkan.Tatapan tepat menusuk inti perasaannya.Nyalinya menciut.
Alira tidak mampu menjawabnya lagi.Seolah keberaniannya menciut seketika.

"Kenapa?apa kau merasa takut?Dimana sifat angkuhmu itu?Dengar kau !mau bagaimana pun dirimu sampai kapanpun  aku tak akan menganggapmu istriku"ucap Fahmi lalu berlalu meninggalkan meja makan

Alira hanya diam.Mungkin saat ini lebih baik ia tidak mengatakan apapun yang dapat menyulutkan kemarahan Fahmi lebih jauh.Alira menatap kepergian Fahmi dengan sendu.Alira terdiam menatap punggung Fahmi yang semakin terlihat lagi.

Kemudian menatap makanannya ,tapi seketika nafsu makannya hilang.
Alira bersiap berangkat kekantor.

*****
Sampai dikantor Alira langsung menuju meja kerjanya.
Alira berkerja dibagian keuangan.

"huh"lenguh Alira setelah duduk dikursinya.

"eh Alira lo kok udah masuk kerja aja?bukannya kakak lo dan pak Fahmi baru menikah?"tanya Sifa

"iya seharusnya lo kan libur beberapa hari "ucap Nando

"eh,apaan sih,yang menikahkan kakak gue bukan Gue kalik"ucap Alira

Ya memang tak ada yang tahu acara pernikahannya dengan Fahmi,karena pernikahan itu digelar secara tertutup sesuai kemauan Alira mereka berpikir yang menikah dengan Fahmi adalah Meisya padahal kenyataannya ialah yang menjadi istri Fahmi.

"Loh tau tidak kalau pak Fahmi sudah masuk kekantor"ucap mauren

"benarkah ?"ucap Sifa
Meminta penjelasan kepada Alira.

"kenapa kau menanyakan hal itu kepadaku?aku tak mengetahui apapun tentang mereka?"ucap Alira

"oh tidak !pak Fahmi dan mbak Meisya tidak pergi haneymoon dan lebih mementingkan perkerjaan"ucap Sifa

Alira terdiam mendengar semua celotehan rekan kerjanya.
"boro boro haneymoon  kejadian tadi pagi saja cukup membuat energiku terkuras."ucap Alira didalam hati

"Alira lo mikirin apa sih?"ucap Mauren

"eh,enggak kok"ucap Alira.

Fahmi baru saja keluar dari ruangannya dan melewati Alira dan teman temannya.

"pagi pak"ucap mereka

Tapi tak ada sahutan dari sang empu.
Fahmi berjalan tanpa memperdulikan orang sekitarnya.

"hemm,andai pak Fahmi suami gue mungkin gue akan bahagia sekali"ucap Sifa

"setelah menikah ketampanan pak Fahmi semakin bertambah"ucap Mauren

Alira sangat muak mendengar teman temannya mengangung -agungkan Fahmi.
"andai kalian tahu bagaimana orang yang kalian bangga-banggakan itu sungguh menyebalkan"ucap Alira didalam hati

"tampanan juga gue kemana-mana"ucap Nando

"idih!ngimpi kalik ya"ucap Sifa dan Mauren

Bersambung...






Aku istri penggantiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang