Fahmi baru saja kembali dari perusahaan mertuanya,sungguh hari ini rasanya ia ingin mengistirahatkan dirinya dirumah tapi ia mengingat perkerjaan dikantor banyak terbengkalai karena semua masalah yang menghampirinya akhir-akhir ini.
Dengan sangat santai Pria itu berjalan memasuki kantor miliknya.Banyak para kariawan yang menyapanya tapi Fahmi hanya membalas nya dengan senyuman.Tak terasa kakinya melewati meja kerja sang istri seperti biasanya ia selalu melihat kelakuan buruk Alira yang tertidur disaat jam kerja .Jika tak mengingat Alira adalah istrinya pasti Fahmi tak akan segan-segan memecat kariawan yang tak disiplin seperti Alira.
"Ehem"dehem Fahmi.
"siang pak!"ucap Maurent,Sifa dan Nando.
"Sudah berapa lama Alira tertidur?"tanya Fahmi.
Ketiga manusia yang mendapat pertanyaan dari Fahmi hanya terdiam saling pandang.
"ehm,sudah sekitar setengah jam pak"ucap Maurent yang berada disamping Alira yang tertidur.
Fahmi menganggukan kepalanya.
"Ehem"Fahmi berdehem sangat keras ditelinga Alira.Hal itu berhasil membuat Alira terbangun dari tidurnya.Alira terlonjak kaget melihat Suaminya itu berada didekatnya Alira dengan sepontan memegang dadanya yang terasa berhenti seketika,Semetara kedua netranya melebar.
"ada apa sebenarnya ini"ucap Alira didalam hatinya.Alira memandang kearah Maurent meminta jawaban tapi wanita itu seakan sibuk dengan kegiatannya didepan layar komputernya.Alira kembali memandang kearah Fahmi yang masih setia berdiri disamping meja Alira.
"keruangan saya sekarang"ucap Fahmi dengan suara baritonnya lalu berjalan menuju ruangannya.
Dengan sangat kesal Alira menghentakan kakinya kelantai.Alira memandang dingin kearah ketiga sahabatnya yang seakan acuh kepadanya.Dengan wajah penuh kekesalan Alira berjalan menuju ruangan Fahmi.
Tanpa mengetuk pintu ruangan Fahmi,Alira langsung saja memasuki ruangan itu.Ia melihat Fahmi sedang memeriksa berkas yang diberikan Diana selaku sekertarisnya.
Fahmi yang melihat Alira memasuki ruangannya menyuruh Diana untuk keluar dari ruangannya.Diana menatap Alira tak suka karena Diana sudah lama memendam perasaan kepada Fahmi.Terkadang Diana sengaja ingin mengoda Fahmi dengan berpakain ketatnya tapi Fahmi tak tergoda dengan tubuh Diana.
"bukankah aku sudah menyuruhmu keluar dari ruanganku Diana lalu mengapa kau masih berada disini"ucap Fahmi melihat Diana masih berdiri mematung ditempat.
Bagai situli yang tak mendengarkan omongan Fahmi.Benar-benar membuat Fahmi naik pitam.Diana meneguk ludahnya kasar,lalu mengangguk cepat.Dia bangkit lalu berjalan dengan tergesah-gesah untuk meninggal dua orang yang tengah bermasalah itu.Sepertinya akan ada perang dunia ketiga antara sepasang suami istri itu karena sebentar lagi Fahmi akan menunjukkan taringnya.
Kini,diruangan itu hanya tersisa Fahmi dan Alira saja.Alira masih membeku berdiri didepan pintu.Sementara Fahmi dengan mata elangnya melangkahkan kakinya kearah Alira.Suara sepatu pantofel yang bergesek dengan lantai terdengar begitu nyaring,seiring dengan bunyi detak jantung Alira yang terus berdesir hebat nyaris meledak.
Sekali lagi,Alira meneguk ludahnya,ia mundur satu langkah saat Fahmi sudah berada tepat didepannya.Alira merasa berada di ruang persidangan
Menjadi terdakwah yang akan dijatuhi hukuman mati.Namun alangkah terkejutnya wanita itu dengan sikap yang ditunjukkan oleh Fahmi karena pria itu justru mengendongnya ala bridal style menuju meja kerjanya.Alira pikir Fahmi akan memakinya,menarik urat untuk memarahinya sampai habis gara-gara ia tertidur disaat jam kerja berlangsung.Alira semakin dibuat dilema saat Fahmi berbisik tepat ditelinganya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku istri pengganti
General Fictiontak pernah terbayangkan menjadi seorang Alira ia harus menjadi pengganti kakaknya yang kabur diacara pernikahannya. bagaimana kisah Alira...?