44

14.6K 428 11
                                    

Pemakaman telah selesai, bahkan orang-orang pun sudah kembali kerumah mereka masing-masing.Tapi wanita dengan selendang dan baju berwarna hitam yang menandakan sedang berkabu itu masih setia duduk dihadapan makam sang Daddy.

Fahmi dan kedua orang tuanya sudah berusaha membujuk Alira untuk segera pulang tapi dengan sopan Alira hanya menjawab bahwa dirinya masih ingin berada dimakam menemani sang Daddy dan Alira meminta kedua mertuanya dan juga suaminya  pulang saja.Alira mengatakan jika dirinya dalam keadaan baik-baik saja.

Mendengar ucapan Alira Kedua mertuanya dan Fahmi meninggalkan Alira sendirian didepan gundukan tanah merah tersebut untuk mencurahkan semua kesedihannya.

Alira tak mengetahui jika Fahmi masih berada diarea pemakaman hanya saja saat ini Fahmi hanya bisa melihat Alira dari dalam mobilnya yang terparkir tepat didepan gerbang pemakaman.Fahmi seolah memberi privasi pada Alira agar bisa mencurahkan isi hatinya pada sang Daddy meski hanya didepan gundukan tanah merah didepannya.

Langit mulai gelap,tanda hujan akan segera tumpah membasahi bumi mata Alira mengedar melihat keatas langit.
"dad,lira sayang daddy,Lira pulang ya dad,daddy akan selalu ada dihati Lira,bye dad"ucap Alira seraya mengecup nisan sang daddy.

Alira berjalan menuju gerbang pemakaman ia terkejut melihat suaminya masih setia menunggu dirinya.Pria itu tampak menyandarkan tubuhnya pada pintu mobil dengan tangan terlipat didada.Kedua pasang mata itu saling bertatapan sejenak hingga kemudian Alira memilih menundukkan kepalanya.

"mari kita pulang,ikhlaskan Daddy,ia sudah bahagia diatas sana"ucap Fahmi seraya mengusap sisa air mata diujung sudut mata Alira.

*****
Mobil berhenti tepat didepan gerbang rumah baru mereka tanpa mengucap sepata katapun  Alira langsung saja membuka pintu mobil dan segera memasuki rumah.

Desi yang melihat kedatangan Alira segera menghampiri sang menantu tak lupa wanita paruh baya itu meminta agar Alira segera mengisi perutnya.Desi khawatir jika sampai menantunya itu jatuh sakit mengingat dari kemarin Alira belum ada mengisi perutnya.

"maaf ma,Alira belum lapar Alira permisi kedalam kamar dulu ma"ucap Alira.

"baiklah nak,jika kamu lapar kamu makan ya sayang"ucap Desi seraya mengelus puncak kepala Alira.

Alira hanya menganggukan kepalanya lalu ia langsung menaiki tangga menuju kekamarnya.

Alira langsung saja membaringkan tubuhnya diatas ranjang.Wanita itu tampak memandang kearah jendela kamar yang langsung menuju balkon kamar.Setetes air mata lolos begitu saja mengenangi pipi mulusnya.

Kehilangan cinta pertamanya membuat Alira seakan sulit untuk bernafas dirinya terlihat begitu sangat menyedihkan.
Alira mengingat semua kenangannya bersama sang Daddy.

Hingga sebuah suara pintu terbuka pun Alira tak menyadarinya.Fahmi yang baru saja memasuki pintu kamar dengan membawa nampan berisi makanan dan juga air putih hatinya terasa sakit melihat kondisi Alira yang sangat memprihatinkan.

"Alira"

"sayang,kamu makan dulu ya"ucap Fahmi seraya meletakan nampan yang ia bawa keatas nakas samping ranjang tempat tidur mereka.

Tapi wanita yang ia ajak berbicara tak juga menjawab pertanyaannya.
Fahmi duduk dipinggiran ranjang sambil menghapus sisa air mata yang masih menetes dipipi Alira.

"sayang kamu makan ya,aku suapin"ucap Fahmi.

"aku gak lapar kak"ucap Alira lemah.

Fahmi mengelus rambut Alira dari bali selendang hitam yang Alira gunakan.
"kamu harus makan sayang,aku gak mau kamu sakit"ucap Fahmi.

Alira menggelengkan kepalanya.
"kak,aku anak yang durhaka ya kak"ucap Alira.

Sutttttt.

Fahmi menaruh jari manisnya dibibir Alira sambil menggelengkan kepalanya.
"gak sayang,kamu gak boleh ngomong gitu"ucap Alira.

"kalau saja waktu itu Lira gak kabur dari rumah pasti Daddy masih disinikan kak?daddy masih sama kitakan kak?"ucap Alira.

"tidak sayang,kamu gak boleh nyalahin diri kamu kayak gitu sayang,kamu gak salah,ikhlaskan daddy sayang aku yakin daddy pasti sedih melihat kamu sedih seperti ini,emangnya kamu mau lihat Daddy sedih juga diatas sana?"tanya Fahmi.

Alira hanya menggelengkan kepalanya.
"nah kalau gitu kamu harus makan biar daddy tersenyum diatas saja kalau kamu sakit nanti daddy sedih sayang"ucap Fahmi berusaha menenangkan Alira.

Fahmi menyuapi Alira makan,Alira mengunyah nasi yang didalam mulutnya.

*****
Tidak.
Dia tak bisa seperti ini terus .Dia belum siap menjadi seorang ibu,Dia belum siap membesarkan anaknya tanpa seorang suami.

Wanita itu tampak menuruni tangga menuju kedapur entah mengapa ia merasa sangat menginginkan sup daging.

Denagn tangan gemetar ia memotong beberapa bahan untuk membuat sup daging.setelah selesai memotong bahan ia merebus air,ia menghidupkan kompor
Lalu kembali berbalik mengambil bahan yang telah ia potong yang berada diatas telenan,ketika ia berbalik badan ia amalh menyentuh papan telenan.

Prank...

Telenan itu terjatuh membuat dan membuat bunyi menggema diseluruh ruangan itu.Meisya yang masih bergetar itu pun terpaksa berjongkok untuk mengambil talenan dan bahan yang telah terjatuh. Namun ketika ia iangin berjongkok tiba-tiba saja suara petir mengagetkannya.

Tar...

Hal itu membuat Meisya menjadi semakin takut.Meisya dari kecil sangat takut dengan petir,dulu saat ada petir Daddynya lah yang menjadi pelindungnya,Daddynya yang selalu memeluknya.

Ingatan nostalgianya kembali berputar
Dikepalanya membuat ia sesak.Dia tak berdaya dengan semua kekacauan yang ia buat didapur itu ketika sesak meradang didadanya.Tapi ia tak bisa diam saja.Dalam kalut yang berbalut oleh rasa panik dan trauma wanita itu dengan pelan mematikan kompor ia mengurungkan niatnya untuk membuat sup daging.

Biasanya jika seperti ini ia akan mandi untuk menenangkan semua kekhawatirannya.Dengan tertatih ia berjalan menuju kamar lalu memasuki kamar mandi.

Dia segera membuka bajunya.Dia sengaja tak mengunci pintu kamar mandi karena ia masih merasa takut.Meisya menghidupkan shower dan bilas badannya dibawa air yang keluar drai shower.

Sesak masih berputar menguasai nafasnya.Belakangan ini  ia selalu merasa khawatir pada dirinya namun hari ini kembali membuncah.

Saat ini yang berada dikepalanya hanya bagaimana cara menghilangkan bayi yang ia kandung.Dia tahu bayi yang ia kandung tak membunyai dosa dirinyalah yang berdosa,Tapi ia tak mempunyai pilihan selain menghilangkan bayinya.

Kembali lagi ia teringat sang Daddy memintanya untuk menjaga bayinya,sekarang ini pikirannya begitu sangat kacau.

Meisya menyenderkan tubuhnya didnding kamar mandi lalu secar perlahan tubuhnya lunglai kebawah.

"aaaakkkkkkhhhhh"teriak Meisya kuat.

Meisya menanggis,air matanya menetes dipipinya dibarengi dengan jatuhnya air shower dari atas kepalanya membasahi tubuhnya.

"maaf dad,"

"maafin Meisya,ini semua salah Meisya"tanggis Meisya sesegukan.

Saat ini ia ingin tertidur,ia tak ingin sadarkan diri.Kelamnya hidupnya benar-benar menyiksanya.Meisya menjadi sangat lemas,tubuhnya sudah terlihat sangat pucat dibawah guyuran pancuran shower.

Bersambung...

Aku istri penggantiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang