33

16.2K 512 36
                                    

Disebuah ruangan yang bernuansa serba putih dengan aroma obat-obatan yang begitu menyenggat membuat siapa saja enggan untuk berlama-lama berada disana.

Fahmi sedang menyuapi Alira sarapan pagi yang diberikan oleh perawat.
"sudah akh kak,aku sudah kenyang"ucap Alira menolak suapan dari Fahmi.

"sedikit lagi sayang,kamu harus banyak makan biar cepat sembuh"ucap Fahmi.

"aku sudah kenyang kak"ucap Alira.

"sedikit lagi sayang"ucap Fahmi merayu Alira.

Dret...dret...dret...

Ponsel Fahmi berbunyi yang berada diatas nakas.Fahmi sempat melirik sekilas tanpa membaca nama penelpon lantas mengalihkan pandangannya kembali kearah istrinya.ia berpikir mungkin saja itu telpon dari kantor.

"kok gak diangkat kak?"ucap Alira seraya melirik kearah ponsel Fahmi.

"aku sangat malas sekali mengangakatnya mungkin saja itu dari kantor"ucap Fahmi acuh.

"angkat saja kak,mungkin saja penting"ucap Alira.

"hem baiklah,aku angkat telpon sebentar"ucap Fahmi seraya mengambil ponselnya diatas nakas lalu berjalan kearah jendela untuk mengangkat telpon.

Alira menganggukan kepalanya.

"ya hallo"ucap Fahmi setelah tersambung.

"mas,tolong aku pria itu datang lagi,ia mengetuk-ngetuk pintu apartementku terus aku sangat takut sekarang"ucap seorang wanita dari seberang sana.

Mendengar suara wanita yang ia kenal ia melihat kearah ponselnya untuk memastikan siapa yang menelponnya,yang tak lain adalah Meisya.

"baiklah aku segera kesana"ucap Fahmi.

Fahmi berjalan menghampir tempat tidur Alira.
"maaf Alira aku harus pergi sekarang ada sesuatu yang harus aku urus dikantor kamu gak papa kan?"ucap Fahmi.

"aku gak papa kak,sebentar lagi juga mama kesini tadi ia sudah mengirimkan pesan kepadaku"ucap Alira.

"baik lah kalau begitu aku pergi dulu"ucap Fahmi tak lupa mengecup kening Alira.

"hati-hati kak"ucap Alira.

****
Fahmi mengendarai mobilnya dengan kecepatan penuh.
Tak butuh berapa lama Fahmi sudah sampai didepan pintu apartement Meisya.

Tapi ia tak melihat pria yang Meisya maksud,kemana perginya pria itu?.
Fahmi menekan bel apartement Meisya.

Tak berapa lama pintu tampak terbuka yang menampil seorang wanita yang tampak habis menanggis yang terbukti dari air mata yang masih tersisa disudut matanya.

"mas Fahmi...aku takut..."

Tanpa berniat apa- apa Fahmi menarik tubuh Meisya yang sedang bergetar  untuk masuk kedalam pelukannya.Fahmi mengelus lembut punggung Meisya agar wanita itu sedikit tenang.Hal tersebut sering Fahmi lakukan saat Meisya sedang bersedih tapi kali ini apa yang dilakukannya tidak disertai dengan perasaan cinta.Entah kemana perginya cinta yang dulunya  begitu kuat terhadap wanita yang berada dipelukannya sekarang.

"mas Fahmi,aku bisa lebih baik dari Alira,kamu lihat Alira mas Fahmi tidak bisa melupakan aku,terbukti mas Fahmi sangat mengkhawatirkan aku dan langsung menghampiri aku kesini"ucap Meisya didalam hatinya dengan senyum smirk.

"Meisya tidak enak dilihat orang disini lebih baik kita masuk saja,kita bicarakan didalam"ucap Fahmi lalu melepaskan pelukannya.

"ehm,mari masuk kak"ucap Meisya.

*****
"hei Alira selamat pagi sayang"ucap seorang wanita paruh bayah.

Alira langsung memalingkan wajahnya kearah pintu tampak mama mertuanya memasuki ruangannya.

Aku istri penggantiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang