Waktu berlalu dengan sangat cepat tak terasa sudah tiga bulan Alira pergi meninggalkan Fahmi.
Semakin hari Alira merasa hatinya mulai membaik dari hari-hari sebelumnya.Pikirannya tentang Fahmi sedikit menghilang walau terkadang ia juga masih merindukan sosok suaminya itu.Jika mengingatkan semua kenangannya bersama Fahmi,Alira jadi teringat saat ia harus terpaksa menikah dengan Fahmi disaat ia sendiri belum siap untuk menikah dan sekaligus tidak siap untuk mempunyai anak dan semuanya yang terjadi begitu saja.Ada beberapa waktu dimana Alira menanggis
Karena nasibnya sendiri.Ia sadar ada banyak hal didunia ini yang harus ia hadapi sendiri.Ting...tong...
Suara bel Apartementnya berbunyi dengan sedikit berlari Alira membuka pintu apartementnya.
Tampak seorang pria sedang berdiri didepan pintu Apartementnya."selamat malam Lira"Ucap pria itu dengan senyum lebarnya.
"malam Dir,kamu kesini ada keperluan apa?"tanya Alira.
"inikan apartemen aku jadi gak salah dong kalau aku berkunjung kesini malam-malam begini"ucap Dirta langsung saja memasuki apartement tanpa menunggu Alira mempersilahkannya masuk.
Ya Alira memang menempati Apartement Dirta,Alira akui pria itu sangat baik kepadanya.
"baiklah,jadi apa yang membuatmu datang kemari?"tanya Alira.
"ehm,aku ingin kau menemani aku berkeliling diMalioboro sambil makan gudeg dipinggiran jalan"ucap Dirta.
Sebenarnya Alira sangat malas keluar malam ini apa lagi cuaca saat ini terasa sangat dingin tapi ia merasa tak enak hati bila menolak ajakan Dirta.
"ehm,oke deh aku ikut,aku ambil jaket dulu kedalam ya"ucap Alira yang mendapat anggukan dari Dirta.
❄❄❄❄❄❄❄❄❄❄❄
Alira dan Dirta telah sampai diwarung yang menjual segala macam olahan gudeg.
Warung yang mereka kunjungi ini tampak ramai oleh para pengunjung."Lira,makanannya gak enak ya"ucap Dirta yanga melihat Alira hanya mengaduk-ngaduk makanannya.
"akh enggak kok,gudegnya enaknya manis aku suka"ucap Alira.
Dirta memandang wajah Alira yang tampak menyembunyikan sesuatu.
Wanita itu kalut dengan pikirannya sendiri."apa ada sesuatu yang membuat nafsu makanmu terganggu"ucap Dirta.
"akh tidak,"ucap Alira berusaha meyakinkan.
"kamu sedang ada masalah?kamu bisa bercerita kepadaku"ucap Dirta.
Alira meletakan sendokyang berada digengamannya diatas piring lalu ia menghembuskan nafasnya.
"aku sudah mengirimkan surat perceraianku dengan suamiku"ucap Alira.
Dirta tampak terkejut mendengar pengakuan yang keluar dari bibir Alira.
"kamu sudah yakin ingin melepaskan suamimu?"tanya Dirta.
Wanita itu hanya menganggukan kepalanya.
Dirta memandang wanita yang berada dihadapannya itu,wanita itu tampak sangat tegar diluar tapi rapuh didalam."mengapa kamu melakukannya jika hatimu masih mencintai suamimu?kamu..."ucapan Dirta terpotong.
"tidak,jika aku masih mempertahankan rumah tangga ku bersama kak Fahmi,kak Meisya dan Kak Fahmi tak akan bisa bersama"ucap Alira tampak bulir air mata menetes di ujung matanya.
"lalu kamu rela menahan sakit seperti ini,melihat orang yang kamu cintai bersama wanita lain?"tanya Dirta.
Wanita itu hanya terdiam,Dirta tidak tahu lagi harus bagaimana nalurinya sebagai seorang pria meronta saat melihat Alira menanggis,ingin sekali Dirta memeluk Alira menenangkan wanita itu tapi sisi dirinya yang lain seolah menahannya untuk tidak memeluk Alira dan menahan Dirta untuk bertahan diposisinya mengingat Alira telah bersuami.
Jujur Dirta tidak tahu bagaimana harus
Menyikapi semua ini,Alira terlihat sangat rapuh.
"kita pulang Lira?"tanya Dirta
Karena melihat kondisi Alira yang sangat memprihatinkan.Alira langsung menggelengkan kepalanya.Dirta menganggukan kepalanya sepertinya pria itu paham mereka perlu berkeliling dulu untuk menuntaskan perasaan Alira.
Dirta jadi berpikir Fahmi itu pria seperti apa yang membuat Alira begitu mencintai pria itu sampai ia rela menghancurkan perasaannya sendiri demi melihat orang yang ia cintai bahagia bersama wanita lain.
❄❄❄❄❄❄❄
Fahmi berubah menjadi seorang yang tak lagi bisa berpikir dengan benar.
Kehilangan Alira membuat sebagian dirinya kosong.Fahmi sekarang sudah tak lagi tinggal dirumah tempat ia dan Alira tinggal sewaktu masih bersama Fahmi memutuskan untuk pulang kerumah orang tuanya.Penyesalan membuat dadanya sesak bukan main.Mengapa butuh begitu lama buat Fahmi menyadari semuanya disaat Alira telah pergi meninggalkannya. Harusnya Ia mengenggam tangan wanita itu dengan erat dan memperlakukan wanita itu dengan seperti ratu seperti yang ia janjikan.
Dret...dret...dret...
Ponsel Fahmi berbunyi dengan cepat ia mengambil ponselnya setelah membaca nama yang seseorang yang menelponnya ia meletakan kembali ponselnya.
Saat kepergian wanita itu jantung Fahmi
Berdebar saat mendengar dering ponsel
Ia selalu berharap Alira akan menghubunginya.Tapi semua itu hanyalah khayalannya yang tak mungkin terjadi.Pria itu tak lagi memperhatikan penampilannya,makannya ataupun jam tidurnya.Mendadak semuanya menjadi berantakan ia tak bisa melakukan hal dengan benar semenjak kepergian Alira dari sisinya.Keterbiasaan benar-benar menjadi hal yang membuatnya menjadi orang bodoh yang tidak bisa melakukan apapun tanpa adanya Alira.Ia membutuhkan wanita itu seperti ia membutuhkan oksigen untuk bernafas untuk tetap hidup.
Dengan langkah terseok Fahmi berjalan menuju kamar mandi.Tak perlu berapa lama untuk Fahmi menyelesaikan runitas mandinya dipagi hari.
Setelahnya Fahmi keluar dari kamarnya lalu turun menuju tangga.Dimeja makan terlihat sang mama sedang mempersiapkan hidangan dimeja makan.
Suara langkah kaki Fahmi membuat wanita paruh baya itu menolehkan dirinya melihat kearah Fahmi.
"kamu sudah bangun Nak,mari duduk kita sarapan bersama"ucap Desi"tidak ma,Fahmi harus kekantor sekarang"ucap Fahmi dengan sangat malas.
Desi hanya bisa menggeleng melihat sikap Fahmi.
"sarapanlah dulu nak,tubuhmu terlihat kurus sekarang ini"ucap Desi.Dengan sangat malas Fahmi melangkahkan kakinya menuju meja makan dan menarik kursi untuk ia duduk.
"bagaimana tidurmu semalam nak nyenyak?"tanya Desi hangat seraya meletakan nasi goreng kepiring Fahmi.
"tidak cukup nyenyak"ucap Fahmi sambil mengunyah nasi gorengnya.
"bagaimana kabar dari Alira?apa kamu sudah mendapatkan informasi tentangnya?"tanya Desi yang hanya mendapatkan gelengan kepala dari Fahmi.
Sebenarnya Desi sangat merasa kasihan melihat kondisi sang anak yang kian hari semakin memprihatikan setelah kehilangan Alira.Tapi ia tak bisa berbuat banyak.
"maaf nyonya ini ada surat dari kantor pos"ucap asisten rumah tangga dirumah itu.
"akh terimakasih bik"ucap Desi seraya menerima surat itu.
Dengan sangat penasaran Desi membuka surat yang berada di amplop berwarna coklet itu.
Dengan perlahan Desi membaca surat itu.Seketika jantung Desi berhenti seketika ia langsung lemas tak berdaya hal itu tak luput dari pandangan Fahmi.
"ma apa yang terjadi?apa isi surat itu?"tanya Fahmi yang langsung berlari kesamping Desi.Dengan cepat Fahmi membaca surat yang dipegang Desi,Fahmi langsung membacanya.
Tangannya bergetar membaca surat itu."surat cerai ...Gak...Gaak...Alira gak boleh bercerai denganku"ucap Fahmi.
"enggak...ini gak boleh terjadi...Alira hanya milikku" dengan sangat emosi Fahmi langsung merobek surat itu.
Krek....
Fahmi berlari mengendari mobilnya untuk mencari keberadaan Alira,
"gak...Alira gak boleh ninggalin aku...Alira hanya milikku"ucap Fahmi.Mobil yang Fahmi kendarai tampak keluar dari halaman rumah.
"Fahmi kamu mau kemana nak"teriak Desi dari depan pintu.Tapi tak bisa didengar oleh Fahmi karena mobil Fahmi sudah keluar dari gerbang rumah.
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku istri pengganti
General Fictiontak pernah terbayangkan menjadi seorang Alira ia harus menjadi pengganti kakaknya yang kabur diacara pernikahannya. bagaimana kisah Alira...?