"Kamu beneran ndak apa ditinggal bunda, Fel?"
"Ndak opo Bun. Ada bang Sam juga di rumah."
Meski begitu, Lino tetap khawatir meninggalkan Felix yang sedang sakit tanpa pengawasannya. Felix yang sedang sakit itu manja walau tidak semanja Elio. Tapi tetap saja, jiwa keibuannya tidak rela. Hari ini rencananya Lino dan anak-anaknya akan membantu kepindahan studionya yang akan berdekatan dengan butik yang letaknya tidak jauh dari rumah mereka. Tapi tadi pagi tiba-tiba Felix merasa tak enak badan. Mengeluh kepalanya pusing dan sedikit demam. Lino inginnya merawat Felix, tapi dia juga harus mengawasi dan mengarahkan.
"Apa bunda panggil orang aja ya buat bantu beres-beres. Biar abang sama adek kamu di rumah aja."
"Bunda...nggak percaya sama Sam?"
Lino langsung menoleh ketika suara pelan itu terdengar. Sam berada di ambang pintu dengan wajah menunduk. Lino terdiam, bingung harus menjawab apa. Takut salah berkata.
"Kalau bunda khawatir sama Felix, bunda disini aja. Aku bisa gantiin Felix bantuin yang lain. Soal arahan sama pengawasan bisa lewat asisten bunda nanti."
Sebenarnya usul Sam memang tak begitu buruk. Hanya saja Lino tak ingin di cap tak bertanggung jawab dan tidak profesional karena meninggalkan pekerjaan. Meski alasannya karena Felix sedang sakit, tapi ini bukan sakit yang mengharuskan dia menunggu Felix dua puluh empat jam penuh. Dan lagi, mana Lino tega melihat Sam ikut membantu pekerjaan yang sudah jelas akan berat nanti.
"Bun... Ikutin saran Abang aja. Lagian dia juga bisa bantu-bantu kan."
Elio yang berdiri di depan pintu kamar Felix menyahut. Dia sedikit iri kenapa sang bunda selalu melarang abangnya itu untuk melakukan kegiatan berat. Padahal dia dan abangnya yang lain juga biasa saja. Sementara Lino hanya menghela napas lelah. Ucapan Elio memang terkesan biasa. Tapi Lino tahu jika mungkin Sam akan menanggapi berbeda. Lihatlah putra keduanya yang makin menunduk seakan memandang lantai keramik di bawahnya lebih menarik.
"El..."
"Udah ah... El paham. Abang emang penyakitan, makanya nggak boleh kerja berat. El tunggu bunda di depan."
Suasana sepeninggal Elio menjadi canggung dan tak nyaman. Sam makin menunduk. Tangannya saling meremat. Meskipun ini bukan pertama kali mendengar ucapan serupa yang dikatakan Elio, namun kali ini rasanya begitu menyakitkan. Mungkin karena yang mengatakan adalah keluarganya sendiri.
Lino menghela napas. Pasti Sam merasa sakit hati karena ucapan Elio.
" Felix sama bang Sam ndak apa kan?"
"Ndak apa bunda."
"Kalau ada apa-apa, langsung telepon bunda ya."
Felix mengangguk. Lino mencium kening Felix sebelum menghampiri Samudra.
KAMU SEDANG MEMBACA
Broken Home (SKZ)
FanfictionKeinginan Samudra tidak banyak. Dia hanya tidak ingin merepotkan ayah, bunda, dan saudaranya. Serta ingin memiliki keluarga utuh seperti yang lainnya. ▶️Cerita berpusat pada Samudra. ▶️Saya hanya meminjam tokoh. Tapi nama, ide, dan jalan cerita adal...