Bukan. Bukan seperti ini yang Arbin inginkan. Inginnya membangunkan Sam dan mengajak adiknya itu untuk bercerita keluh kesahnya. Bukan malah mendapati Sam pingsan dalam tidurnya. Arbin membangunkan adiknya hingga tak sadar suara teriakannya terdengar hingga keluar. Bunda dan Felix yang sedang menyiapkan makan sampai berlari mendengarnya.
"Bun... Sam ndak mau bangun. Bangunin Sam, Bun."
Arbin mengguncang sedikit keras tubuh adiknya. Namun Lino segera menahannya. Felix menarik Arbin untuk sedikit mundur dan sang bunda menggantikan abangnya untuk membangunkan abangnya yang lain.
Namun hasilnya tetap sama, Sam masih tak mau membuka mata. Lino menyadari putranya demam dan napasnya sedikit berat.
"Felix...bisa bantu bunda? Minta tolong ke om Ferid. Bunda mau pinjem supir buat anter abang ke rumah sakit. Tolong ya..."
Felix mengangguk dan langsung berlari untuk melakukan apa yang diminta bundanya. Sementara Arbin masih diam di tempatnya. Dia panik hingga bingung harus melakukan apa.
"Bun...Arbin bisa nyetir. Ayo langsung bawa Sam ke depan."
Lino menggeleng dan menatap putra sulungnya.
"Abang masih panik, ndak bisa nyetir tenang. Biar nanti dianter sopir om Ferid."
Baru saja Arbin mau menyanggah, Felix datang sambil memberitahukan jika sopir tetangganya sudah menunggu di depan. Ternyata putranya yang lain juga mengikuti Felix karena penasaran dengan apa yang terjadi dan kenapa Felix berlari-lari.
"Han...bantu bunda bawa abang ke depan ya."
Han langsung mengangguk dan maju untuk membantu bundanya. Sky juga ikut membantu. Sam yang tidak sadarkan diri dibawa dengan kursi rodanya. Bukannya takut tidak kuat membawa abangnya, hanya saja mereka takut tangan Sam yang belum sembuh mengalami pergeseran jika mereka salah mengangkat.
Sesampainya di depan, sopir tetangganya ikut membantu membawa Sam ke dalam mobil. Sky dan Han juga ikut membantu lagi. Felix dan Elio hanya bisa memandang khawatir pada Sam yang kondisinya kembali turun.
"Bun...Arbin ikut ya."
Lino mengangguk. Dia tentu tak bisa menghalangi Arbin karena dia memahami rasa khawatir putra sulungnya itu.
"Han... Fel, Sky, El...di rumah sebentar ya."
Keempatnya mengangguk. Mereka malah mengatakan untuk jangan khawatir dan menyuruh bundanya untuk segera membawa abangnya ke rumah sakit. Hari menjelang petang, suasana jalanan tentu lebih padat karena ini jamnya orang-orang pulang dari bekerja. Namun pak sopirnya tahu kondisi, berusaha untuk secepatnya sampai di rumah sakit dengan selamat. Untungnya mereka tidak terjebak dalam kemacetan meski jalanan yang padat.
Sesampainya di rumah sakit, Sam langsung dibawa ke UGD untuk ditangani. Arbin memilih masuk dan menunggu di lorong dekat UGD, sedangkan Lino tak lupa mengucapkan terima kasih dan mengatakan tidak masalah jika pak sopir pulang. Wanita menghampiri Arbin setelahnya. Putranya saling meremas tangan untuk melampiaskan rasa khawatirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Broken Home (SKZ)
FanfictionKeinginan Samudra tidak banyak. Dia hanya tidak ingin merepotkan ayah, bunda, dan saudaranya. Serta ingin memiliki keluarga utuh seperti yang lainnya. ▶️Cerita berpusat pada Samudra. ▶️Saya hanya meminjam tokoh. Tapi nama, ide, dan jalan cerita adal...