"Chris harus dirawat untuk pemeriksaan lebih lanjut. Sebenarnya dia masih harus menjalani masa pemulihan pasca pengobatannya."
Itu adalah kalimat pertama yang Giovanni ucapkan ketika para putra Sutomo bertanya tentang keadaan ayah mereka. Chris tiba-tiba tidak sadarkan diri ketika akan bertukar tugas dengan Arbin untuk menjaga Sam. Lino yang ada disana langsung berteriak panik. Wanita itu sebenarnya tahu pengobatan macam apa yang dijalani oleh mantan suaminya di luar negeri. Tapi mendengar Gio kembali menjelaskan tetap membuatnya terkejut dan tak percaya.
"Chris belum dinyatakan sembuh total dari kanker nasofaring yang dia derita. Pengobatannya memang dinyatakan berhasil dan membawa kemajuan. Namun pemulihan dan pengecekan terhadap sel kanker harus tetap rutin dilakukan pasca pengobatannya. Tapi Chris malah kabur sebelum dinyatakan sembuh total."
"Jadi... Om sebenernya udah tau kan kondisi dan dimana ayah waktu itu?"
Arbin bertanya setelah Gio menjelaskan sedikit tentang keadaan Chris. Dia tentu terkejut dan sedikit ada rasa kecewa ketika hal segawat itu malah disembunyikan oleh ayahnya.
"Ya. Tapi ayah kamu minta om buat sembunyikan kabar ini dari kalian."
"Dan om turutin gitu aja? Om bohongin Sam yang kemarin kangen banget sama ayah sampai dia sakit. Dia pengen banget denger kabar ayah dan ndak ada satupun yang bisa jawab."
Kesal dan kecewa. Apa yang sebenarnya ada di dalam pikiran para orang dewasa ini? Apakah mereka belum cukup dewasa untuk mengetahui kabar dan kebenaran yang terjadi dalam keluarga mereka?
"Ini juga demi Sam, Bin. Om nggak mau dia kepikiran dan malah sakit."
"Tapi dia juga sakit karena mikirin dimana ayah. Dia mikir apa mungkin ayah buang dia karena dia ngrepotin ayah. Apa ayah ndak mikir sampai kesana?"
"Bin...tolong pahami ayah mu. Dia hanya nggak mau keluarganya khawatir. Untuk itu dia milih pengobatan di luar negeri. Kebetulan dia juga ada proyek disana. Dia udah ngerancang ini sebelumnya. Dia udah Konsul sama rekan kerja dan rumah sakit yang dia tuju untuk perawatan nanti. Om pengen kamu ngerti posisi ayah kamu."
"Kalian pengen aku yang bocah ini ngerti posisi kalian. Tapi apa kalian ngerti gimana posisi adek ku? Gimana overthinking-nya Sam pas tau ayah ndak ngabarin dia sekian Minggu. Dan dengan kejadian ini, apa kalian ngerasain gimana sedihnya adek ku kalau sampai dia ndak bisa ketemu ayah sampai-...sampai...huks..."
"Sam pasti sadar, Bin."
Gelengan Arbin berikan.
"Aku...aku bukan anak kecil yang bisa kalian bohongin. Aku emang buta soal medis dan semacamnya. Tapi dengan keadaan Sam yang kayak gini, berapa persen kemungkinan dia bisa sadar dan pulih dari keadaannya?"
"Kita nggak bisa menghitung karena memang nggak ada hitungannya. Soal berapa lama dia akan bangun juga dokter nggak berani menyimpulkan. Kami dokter, bukan Tuhan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Broken Home (SKZ)
FanfictionKeinginan Samudra tidak banyak. Dia hanya tidak ingin merepotkan ayah, bunda, dan saudaranya. Serta ingin memiliki keluarga utuh seperti yang lainnya. ▶️Cerita berpusat pada Samudra. ▶️Saya hanya meminjam tokoh. Tapi nama, ide, dan jalan cerita adal...