"Kamu udah bosen hidup? Kamu mau mati, hah?! Mati aja sana!"
"Abang!"
Suasana kamar itu terasa mencekam. Sky yang berada di dalam kamar juga tidak bisa berbuat banyak ketika Arbin datang dan langsung murka pada Samudra yang masih tergolek lemas di ranjangnya. Han yang menginterupsi juga tak tahu harus mengatakan apa.
"Kamu selalu bilang ndak mau ngrepotin siapa-siapa. Tapi dengan kamu gini, kamu sadar ndak udah banyak ngrepotin?"
Arbin tidak bisa berpikir banyak ketika Mahendra, teman kuliahnya memberi kabar jika salah satu adiknya dipulangkan karena pingsan. Kenapa temannya itu bisa tahu? Karena Mahendra adalah kakak dari Chandra, teman sekelas Han.
"Maaf..."
Hanya kata maaf yang bisa diucapkan Sam pada abangnya. Tubuhnya masih terasa lemas dan kepalanya masih pening.
"Kamu cuma bisa maaf. Aku diemin El karena dia udah bikin kamu sakit tempo hari. Tapi sekarang malah kamu sendiri yang nyari penyakit. Kamu itu paham sama dirimu sendiri opo ndak to, Sam? Di Eman kok ora iso? Karepmu piye?"
Sam meremas selimutnya. Sebenarnya hatinya sakit karena ucapan Arbin. Tapi dia memang salah. Jadi diterima saja semua ucapan abangnya itu.
"Jangan cuma diem."
"Trus aku harus gimana? Aku juga ndak mau, tapi mereka..."
"Mereka opo? Sopo seng nyuruh kamu main basket? Ngomongo..."
Sam diam. Dia tak bermaksud mengadu. Lagipula salahnya juga setuju saja saat Arjuna menyuruhnya untuk turun ke lapangan. Jika dia salah bicara, bisa saja Arbin menghajar temannya itu.
"Ndak ada yang nyuruh."
"Berarti kamu emang mau bunuh diri to? Udah tau ndak boleh olahraga berat, kok maksa."
"Iya...aku emang mau bunuh diri biar ndak nyusahin semuanya. Abang puas?!"
"Bang astaga!!"
Han dan Sky langsung menahan Arbin yang mencengkeram kerah piyama yang dikenakan Sam. Sedikit sulit karena tubuh keduanya kalah dengan tubuh berotot kakaknya. Sam tidak melawan. Terlanjur sakit hati karena dari tadi kakaknya bicara tentang bunuh diri dan mati. Membuat kata-kata itu terngiang dalam kepalanya.
"Wes sak karepmu. Aku ora peduli."
Arbin mengambil buku-bukunya yang ada di kamar Sky, lalu memasukkan semua dalam totebag dan langsung pergi setelahnya tanpa menghiraukan yang lainnya. Lino yang tadi berdiri di depan kamar juga tak menghalangi. Mungkin putra sulungnya ingin menenangkan diri. Yang terpenting sekarang adalah Samudra yang masih diam dan menunduk dengan pandangan kosong.
"Sam..."
Masih diam. Sam tidak menyahuti panggilan Lino.
"Sam..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Broken Home (SKZ)
FanficKeinginan Samudra tidak banyak. Dia hanya tidak ingin merepotkan ayah, bunda, dan saudaranya. Serta ingin memiliki keluarga utuh seperti yang lainnya. ▶️Cerita berpusat pada Samudra. ▶️Saya hanya meminjam tokoh. Tapi nama, ide, dan jalan cerita adal...